Ekonomi

Langkah Saving Aman Hadapi Deflasi, Simak Tips Investasi bagi Pemula

Jumat, 18 Oktober 2024 - 16:22 | 44.18k
Tax and Financial Consultant sekaligus CEO Karunia Consultant, Dwie Ratna Winarsih, saat diskusi Coffee Break Deflasi, Menabung atau Investasi? di Surabaya, Jumat (18/10/2024).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Tax and Financial Consultant sekaligus CEO Karunia Consultant, Dwie Ratna Winarsih, saat diskusi Coffee Break Deflasi, Menabung atau Investasi? di Surabaya, Jumat (18/10/2024).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS). Bahkan terjadi deflasi 0,12 persen pada September 2024 dan merupakan deflasi terdalam selama lima tahun terakhir. 

Fenomena gempuran barang impor, persaingan harga yang tidak sehat, menjadi biang performa produk dalam negeri tidak optimal. Sejumlah produsen melakukan pengereman dan mengurangi tenaga kerja di beberapa sektor. 

Advertisement

Gelombang pengurangan tenaga kerja pun melahirkan angka pengangguran baru. Perekonomian kian lesu sehingga deflasi tak terbendung.

Kondisi ini disinyalir merupakan yang terburuk sejak 1998. Untuk lepas dari deflasi, pemerintah harus berjuang menumbuhkan kembali daya beli masyarakat.

Tax and Financial Consultant sekaligus CEO Karunia Consultant, Dwie Ratna Winarsih, mengatakan, bahwa deflasi saat ini tidak sama dengan 1998. Namun, juga efek domino dari pandemi. Produsen berjuang beradaptasi.

"Kalau produsen tidak mampu mempertahankan produksinya, maka dia harus melakukan efisiensi," Dwie Ratna saat paparan diskusi Coffee Break "Deflasi, Menabung atau Investasi?" bersama media yang diselenggarakan oleh bank bjb di Surabaya, Jumat (18/10/2024).

Tidak hanya secara korporasi, langkah penting juga harus dilakukan oleh personal dalam pengelolaan keuangan. Karena orang tidak bisa bekerja seumur hidup. Apalagi untuk mengantisipasi terjadinya perburukan perekonomian. 

Masyarakat juga was-was jika terjadi resesi ekonomi. Mereka harus berhati-hati mengelola keuangan sampai situasi perekonomian cukup aman. Ia menyarankan agar melakukan investasi ketimbang menabung. Karena investasi yang sudah diukur berdasarkan analisa risiko pakar, tidak memberikan dampak negatif. 

"Kita harus menyisihkan income kita. Kalau berbicara isu deflasi dan arah pemerintahan ini, berarti kita bicara politis. Dan apakah berkaitan dengan investasi yang akan kita masuki? Jawabannya adalah tidak," ujarnya.

Investasi, politik dan ekonomi, ia sebut memiliki rel masing-masing. Bahkan, bisa jadi ekonomilah yang mempengaruhi situasi politik. Bukan sebaliknya.

Ia pun membagikan kiat memulai investasi. Terutama kepada pemula.

Investasi, kata Dwie, memiliki metode. Tidak bisa asal-asalan. Prinsip utama investasi adalah diversifikasi. 

"Seluruh investor di dunia memegang prinsip yang sama, tidak hanya berinvestasi di satu sektor. Diversifikasi terhadap produk investment," katanya.

Investasi juga harus terencana berdasarkan risiko dan pemahaman masing-masing orang. Kemampuan mengelola aset juga sangat penting sebagai langkah sampingan investasi. Ada istilah mengatakan, 'investasi jangan sampai jual nyawa'.

"Investasi bukan spekulasi, harus tahu kapasitas karena setiap orang tidak sama," ujarnya.

Ada investasi perbankan, properti, emas hingga buka usaha. Modal untuk investasi bisa ditabung atau deposito setelah menyisihkan anggaran penopang kebutuhan sehari-hari dan pengeluaran wajib. Memang butuh kedisiplinan diri.

"Perlu diingat pula, investasi tidak atau jangan pernah menggantikan active income yang sudah terbentuk," terang Dwie. 

Ia menyarankan pentingnya belajar investasi sebagai second income dibandingkan menabung. Karena nilai mata uang semakin merosot terhadap dolar. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES