Alfalfa Tropik: Solusi Kurangi Ketergantungan Impor Pakan Ternak di Indonesia

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Bambang Suwignyo, menyatakan bahwa budi daya hijauan alfalfa tropik dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor pakan ternak, khususnya untuk sapi perah dan kambing peranakan etawa (PE).
Pernyataan ini disampaikan dalam keterangannya di Yogyakarta pada Selasa (18/3/2025).
Advertisement
“Produksi alfalfa tropik bisa menjadi solusi mengurangi ketergantungan impor,” ujar Bambang. Alfalfa tropik merupakan hijauan berkualitas tinggi yang dapat menggantikan sebagian kebutuhan impor alfalfa, yang selama ini masih sangat besar.
Ketergantungan Impor Pakan Ternak
Berdasarkan data Kementerian Pertanian RI, Indonesia masih bergantung pada impor pakan hijauan ternak alfalfa. Pada tahun 2023, nilai impor alfalfa mencapai 20,6 juta ton dengan nilai lebih dari Rp142 miliar.
Beberapa perusahaan industri ternak perah bahkan membutuhkan sekitar 300 ton pakan alfalfa setiap bulan dalam bentuk hay (pakan yang sudah diawetkan).
Pengembangan Alfalfa Tropik oleh UGM dan Pemerintah Kulon Progo
Sebagai upaya menekan impor, UGM telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk mengembangkan demplot alfalfa tropik seluas satu hektare.
Hasilnya menunjukkan bahwa tanaman ini dapat tumbuh dengan baik, dengan produksi segar mencapai 10 hingga 18 ton per hektare.
Varietas alfalfa tropik yang dikembangkan ini telah diakui sebagai plasma nutfah Indonesia dengan nama Kacang Ratu BW. Selain mengurangi ketergantungan impor, alfalfa tropik juga memiliki keunggulan dalam meningkatkan kualitas pakan ternak.
Keunggulan Alfalfa Tropik untuk Pakan Ternak
Menurut Bambang, alfalfa tropik mampu meningkatkan kadar protein pakan ternak sebesar 10% hingga 15%. Hal ini berdampak positif pada produktivitas ternak dan produksi susu. Berdasarkan uji coba yang dilakukan pada kambing etawa selama empat bulan, hasilnya cukup signifikan:
-
Produksi susu meningkat sekitar 20%.
-
Bobot kambing meningkat hingga 15%.
-
Biaya pakan berkurang hingga 30% berkat pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif.
Dukungan untuk Ketahanan Pangan Nasional
Pengembangan budi daya alfalfa tropik sejalan dengan strategi ketahanan pangan nasional. Dengan sistem pertanian terpadu yang mengintegrasikan manajemen pakan, peternak dapat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak.
“Kami ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak, khususnya dalam manajemen pakan dan produksi susu kambing peranakan etawa,” jelas Bambang.
Bambang berharap dengan dukungan penelitian lebih lanjut dan sosialisasi kepada peternak, tanaman ini berpotensi menjadi tulang punggung industri pakan ternak di Indonesia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |