
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Perajin ikan asin di pesisir Banyuwangi tengah menghadapi tantangan berat karena pasokan bahan baku dari nelayan yang turun.
Krisis bahan baku ikan asin sangat dirasakan terutama di wilayah Kecamatan Muncar. Padahal wilayah tersebut merupakan salah satu daerah penghasil ikan terbesar di Indonesia.
Advertisement
Seperti yang dikeluhkan oleh salah satu perajin ikan asin asal Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Hasan. Dirinya mengakui jika sejak beberapa bulan terakhir bahan baku ikan asin merosot, hal ini tak lain karena memang tangkapan ikan nelayan yang menurun.
“Terakhir kali bahan baku melimpah dan mudah didapat ketika saat bulan puasa atau sekitar bulan Maret,” katanya, Sabtu (21/6/2025).
Dikatakan oleh Hasan, untuk bisa terus berproduksi dia terpaksa membeli bahan baku berupa ikan beku dari pabrik pengolahan ikan. Meski begitu, nyatanya pabrik pengolahan ikan pun juga turut mengeluhkan hasil tangkapan ikan yang menurun.
Selain membeli ikan dari pabrik, pria yang sudah 27 tahun jadi perajin ikan asin itu juga memasok ikan sampai ke wilayah lain agar produksi ikan miliknya terus berjalan. Pasalnya banyak konsumen yang memesan ikan asin dari Hasan.
"Beruntungnya saya masih dapat kiriman ikan dari luar Muncar, jadi saya masih bisa memproduksi,” ujarnya.
Akibat dari kelangkaan tersebut berimbas pada harga jual ikan yang naik. 1 kilogram ikan saja dibanderol dengan harga Rp6.000, sedangkan ambil dari luar wilayah Muncar bisa tembus Rp.10.000.
Ketika stok ikan normal, masih kata Hasan, dirinya dibantu delapan karyawannya dan bisa memproduksi ikan asin kurang lebih 7 sampai 8 Kwintal ikan perharinya. Karena bahan baku yang menipis, kali ini dirinya hanya bisa memproduksi 4 sampai 5 Kwintal per hari.
“Bisa memproduksi 3 Kwintal lebih saja sekarang sudah bagus,” terangnya.
Bagi Hasan, semua ikan adalah potensi untuk dijadikan ikan asin. Ia berproduksi sesuai ketersediaan bahan baku yang ada, meski begitu ikan jenis sempenit dan layang paling mendominasi hasil olahannya.
"Dua ikan jenis itu yang paling laris. Terkadang saya juga memproduksi ikan petek dan teri kering. Kalau pas ada cumi kadang saya juga buat cumi asin," terang bapak 2 anak itu.
Karena produksi ikan milik Hasan sudah banyak dikenal, oleh sebab itu banyak pelanggannya yang tak hanya dari pasar lokal saja, melainkan juga telah dipesan dan sampai dikirim keluar daerah seperti, Bali, Madura dan Jakarta. Karena itu dirinya harus tetap memproduksi ikan asin walaupun bahan baku yang menipis.
Harganya pun bervariasi, untuk jenis ikan asin sempenit saat ini rata-rata dibanderol Rp.18.000 sampai Rp.30.000 per kilogram, kemudian ikan asin layang rata-rata dijual dengan harga Rp.20.000 per kilogram. Sementara untuk ikan cumi asin dihargai Rp.95.000 per kilogram.
"Harga jual ikan asin berubah-ubah seiring dengan ketersedian stoknya juga," terang Hasan.
Sepinya tangkapan ikan di perairan Banyuwangi khususnya wilayah Muncar sungguh menjadi tantangan berat tak hanya bagi nelayan, tetapi juga bagi produsen hasil olahan berbahan baku ikan. Padahal, sebentar lagi memasuki bulan Suro dimana akan digelar syukuran laut yakni Petik Laut. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |