Entertainment

Tumbuhkan Nasionalisme Lewat 'Negeri Dongeng'

Sabtu, 02 September 2017 - 21:05 | 152.12k
Sutradara film dokumenter 'Negeri Dongeng' Anggi Friska saat special scenering di theatre 5 XXI ciampelas Walk (Ciwalk) Bandung. Sabtu (02/08/17) (Foto Cindy/TIMES Indoensia)
Sutradara film dokumenter 'Negeri Dongeng' Anggi Friska saat special scenering di theatre 5 XXI ciampelas Walk (Ciwalk) Bandung. Sabtu (02/08/17) (Foto Cindy/TIMES Indoensia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bertepatan dengan peringatan HUT RI ke-72, Aksa 7 hadirkan spesial scenering film dokumentasi 'Negeri Dongeng' yang diangkat dari kisah nyata tentang sebuah perjalanan ke-7 puncak gunung tertinggi Indonesia di Theatre 5 XXI Ciwalk, Bandung, Sabtu (02/09/17).

Pengambilan gambar film garapan sutradara Anggi Friska dan kawan kawan yang bergerak independen ini merupakan kejadian nyata yang dialami selama ekspedisi berlangsung terhitung dari bulan November 2014 sampai April 2016.

Advertisement

Mulai dari November 2014 Gunung Kerinci, Desember 2014 Gunung Semeru, Januari 2015 Gunung Rinjani, Februari 2015 Gunung Bukit Raya, Mei 2015 Gunung rantemario, November 2015 Gunung Binaiya dan di akhiri April 2016 Gunung Cartenz. 

NEGERI-DONGENGCINDYE6h8m.jpg

"Pendakian dibagi menjadi beberapa periode berlangsung selama hampir 2 tahun diawali dari Gunung kerinci Sumatera Barat,  terus ditutup dengan pendakian ke Gunung Cartenz di Papua pada April 2016," ujar Anggi Friska 

Sisi menarik yang bisa disaksisan, Anggi Friska mengungkapkan, dapat melihat lebih dekat kehidupan masyarakat pegunungan serta proses interaksi personal antara tim ekspedisi. 

"Misi kita disini bagaimana nemenukan pancasila dalam  perjalanan, menemukan rasa cinta yang lebih kepada bangsa, toleransi, rasa bagaimana manusia memanusiakan manusia dan memaknai hidup kita," terang Anggi Friska kepada TIMES Indonesia.  

NEGERI-DONGENG1AWEFo.jpg

Ia juga menghimbau kepada penonton agar bisa bergerak untuk Indonesia dengan caranya masing-masing. Gotong-royong untuk Indonesia dengan tidak merusak alam dan membangun lingkungan potensi lingkungan serta wisata sebagai tulang punggung negeri. 

"Empati, toleransi dan gotong royong sepertinya sudah luntur di kehidupan kota, padahal gotong royong adalah budaya negeri. Semoga dengan film ini dapat membangkitkan semangat gotong-rong,  empati serta toleransi kepada lingkungan sekitar," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES