Entertainment

Kolaborasi Musisi Belgia dengan Musisi Lokal Situbondo Hidupkan Suasana Stasiun Kopi

Minggu, 26 Februari 2023 - 09:45 | 101.19k
Kolaborasi musisi Bergia, Dirk Wachtelaer bersama musisi lokal Situbondo di bawah Sanggar Nusantara Rhytem di Stasiun Kopi Situbondo, Jatim (Foto: Agus Miftahorrahman/TIMES Indonesia)
Kolaborasi musisi Bergia, Dirk Wachtelaer bersama musisi lokal Situbondo di bawah Sanggar Nusantara Rhytem di Stasiun Kopi Situbondo, Jatim (Foto: Agus Miftahorrahman/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Alunan musik tradisional hasil kolaborasi Sanggar Nusantara Rhytem dengan musisi Belgia Dirk Wachtelaer, membuat Stasiun Kopi di Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jatim, dipenuhi antusiasme, Sabtu (25/2/2023) malam.    

Dirk Wachtelaer adalah musisi Belgia yang memiliki diskografi sepanjang 42 tahun. Sementara Nusantara Rhytem merupakan rumah bagi musisi lokal Situbondo, yang dibidani Ali Gardy, salah satu dari 15  nominator komposer muda Indonesia.

Malam itu, Dirk yang mempunyai dikografi sepanjang 42 tahun memainkan alat musik tabuh dan perkusi. Sedangkan Ali Gardy dari Nusantara Rhytem, berfokus kepada konservasi serta pembelajaran alat musik tradisional.

Puncak kolaborasi tersebut kemudian ditutup dengan penampilan kolaborasi antara Dirk bersama segenap anggota Nusantara Ryhtem yang memainkan berbagai macam alat musik tradisional.

Beberapa alat musik yang dimainkan antaranya, drum dimainkan oleh Dirk. Sementara beberapa alat musik tradisional seperti Dukduk, Rebana, Karinding Towel, Darbuka, Triangle dan Suling, dimainkan oleh Nusantara Ryhtem.

Tanpa latihan maupun rehearsal terlebih dahulu, 10 pemain musik bermain bersama memainkan alat musik yang berbeda, menghasilkan alunan musik merdu nan enak didengar. Stasiun Kopi pun, malam itu pernuh dengan antusiasme berkat kolaborasi tersebut.

Tur Musik ke Indonesia

Dirk datang ke Indonesia dalam rangka tur musik, berkolaborasi dengan seniman dan musisi lokal di  tanah air.

Kolaborasi asik musisi Belgia bersama musisi lokal Situbondo malam itu, berawal dari tur Dirk ke Tasikmalaya dan Bandung. Di dua daerah tersebut, ia mengajarkan musik eksperimental yang sedang naik daun dan dilirik penikmat musik dan filmmaker.

Saat tur ke beberapa sanggar musik di Bandung, Dirk diarahkan ke Ali Gardy.

"Saya kaget awalnya. Tiba-tiba ada yang nelpon dan bicara bahasa Inggris," cerita Ali kepada TIMES Indonesia.

"Langsung saya matikan, lalu alihkan ke pesan karena kaget," lanjutnya.

Singkat cerita, obrolan tersebut berlanjut menjadi sebuah kesepakatan event kolaborasi antara kedua belah pihak.

Dirk memainkan alat musik tabuh dan perkusi. Sementara Ali Gardy dari Nusantara Rhytem, berfokus kepada konservasi serta pembelajaran alat musik tradisional.

"Pak Dirk ini fokusnya di drum. Alat musik perkusi. Kita fokusnya di alat musik tradisional. Ada dua elemen, akhirnya kita putuskan kolaborasikan saja dalam bentuk musik eksperimental," ungkap Ali.

Kolaborasi tersebut dilaksanakan dalam dua buah sesi. Sesi pertama sebagai sesi pengenalan serta belajar dengan kuota terbatas pada Jum'at (24/2/2023) di Sanggar Nusantara Rhytem.

Sesi kedua adalah pertunjukan yang digelar di Stasiun Kopi di Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo.

Bertukar Pengalaman Musik

Selama proses pembelajaran, baik Dirk dan Ali saling bertukar pengalaman dan pemahaman bermusik. Dirk yang datang dengan latar belakang musik Eropa berpadu dengan Ali Gardy, musisi lokal tradisional.

Dalam pandangan Dirk, musik Indonesia mengusung nada repetitif untuk membentuk ritme musiknya. Hal tersebut bertolak belakang dengan gaya musik Dirk yang bersifat eksploratif dan tidak terbatas.

Ali Gardy menjelaskan, bentuk repetitif dalam alunan musik Indonesia berakar dari musik sebagai bagian ritual keagamaan.

"Salah satu akar musik Indonesia itu adalah pengiring ritual yang bersifat repetitif. Tapi sekarang sudah jauh lebih terbuka dan berkembang. Makanya saya tadi masukkan rebana dalam penampilan agar dapat dikembangkan pemanfaatan dan musiknya," beber Ali.

Melalui kolaborasi tersebut, Dirk juga belajar banyak tentang keberagaman alat musik tradisional Indonesia dan dedikasi Nusantara Rhytem dalam melestarikannya.

Musisi Belgia berumur 56 tahun tersebut mengaku senang dengan sambutan masyarakat setempat. Ia berharap dapat kembali bermain serta tampil di Indonesia.

"Sebuah kebanggan bisa ke Indonesia, bertemu dengan banyak musisi dan komposer hebat. Masyarakat yang terbuka dan baik," ungkap Dirk Wachtelaer usai berkolaborasi dengan Sanggar Nusantara Rhytem di Situbondo . (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES