Jamming Bersama Musisi, Harmoni Mengalir Merdu di Kafe AuK

TIMESINDONESIA, PALU – Malam begitu tenang. Langitpun begitu cerah berhiaskan bintang-bintang mengiringi keindahan suasana di Kafe AuK di Jalan Sis Aljufrie Kota Palu, Jumat, (5/5/2023).
Hampir semua kursi dipenuhi musisi lokal yang duduk berkumpul, bercengkrama sambil menikmati alunan musik reggae yang dimainkan Rival Himran (Man) musisi asal Palu yang sudah berkiprah di kancah nasional.
Advertisement
Perlahan jemari pria berambut gimbal itu memainkan bass dengan apik, pun demikian dengan Umariyadi Tangkilisan. Jari jemarinya begitu lincah memetik gitar bersama Munif diiringi suara keyboard yang dimainkan oleh Indah M Noor.
Harmonisasi alunan musik reggae terlihat mengalir dan memesona. Tubuh para pemain ikut bergerak luwes mengikuti irama, memecah keheningan malam itu.
Para penonton mulai terbuai oleh penampilan Rival dan kawan-kawan yang memikat. Merekapun ikut mengentakkan kaki dan mengangguk kepala mengikuti alunan musik sambil berseru menyambung setiap bait lagu yang dinyayikan Rival. Suasana jamming bertajuk “Silaturahmi Bersama Musisi” tampak kompak, akrab dan hangat.
Kelima pemusik itu berkolaborasi membawakan beberapa lagu ciptaan Bob Marley. Tak hanya menyanyikan lagu-lagu Bob Marley, Rival juga menyanyikan lagu yang memadukan bahasa Kaili dan bahasa Inggris dalam genre reggae berjudul Nemo yang artinya Jangan dan juga lagu Hasan Bahasyuan yang berjudul Poveba.
Ia menyanyikannya secara lambat dan berulang-ulang. Suaranya berpadu dengan iringan alat musik dari Munif, Indah M Noor dan Idham dengan gaya kompak, mereka berhasil memancing tepuk tangan meriah dari para penonton. Penonton yang menghafal liriknya pun ikut bernyanyi.
Tak hanya Rival dan kawan-kawan yang beraksi malam itu. Setelah pertunjukan musik Reggae usai, penampilan Zarro Ananta pun dimulai dengan genre Brazilian Jazz.
Zarro yang memiliki nama lengkap Muhammad Nizar adalah penyanyi dan pencipta lagu Indonesia yang cukup dibanggakan di daerah asalnya Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Kali ini Zarro, diiringi Rival Bass dan Indah sebagai Keyboard. Mereka memainkan musik jazz begitu apik. Harmoni yang mereka ciptakan membuat penonton terpukau.
Zarro merupakan mantan vokalis dari band indie Chloropyl yang dibentuk sejak tahun 1998. Pada tahun 2005 Zarro memutuskan mengundurkan diri dari Chloroyl lalu bersolo karier dengan judul Sentuhan Nada disusul album kedua pada tahun berikutnya berjudul Ananta.
Pada tahun 2010 Zarro merilis album ketiganya yang berirama R&B bertajuk Reinkarnasi dengan mengandalkan lagu “Babe”
Tidak hanya Rival dan Zarro, yang tampil dalam acara “Silaturahmi Bersama Musisi” musisi lokal Palu, Ummariyadi Tangkilisan, Iwan Masruri, Indah M Noor, Munif Bachmid, Ipi Nadoyo, Idham Sarata Reggae, Anif Nauda, Miqdad Himran, Iwan Harudji, Anas Gilmore,Fana Bachmid, Lukman Stand Up Komedy Palu ikut meramaikan acara itu.
Mereka berkolaborasi bermain musik secara bebas dengan system siapa saja yang ingin bermain musik maka akan dipersilahkan menuangkan kreatifitasnya.
Uniknya dalam mempersiapkan penampilan mereka malam itu, sebagian dari musisi itu tidak berlatih terlebih dahulu, namun penampilan mereka maksimal.
Seperti Umariyadi Tangkilisan membawakan lagu ciptaannya sendiri yang berjudul “Tak Dibawa Mati” kemudian Iwan Masruri membawakan lagu Parappapa dan yang lebih menarik perhatian penonton saat Ipi Nadoyo menyanyikan lagu Dangdut dengan judul Ikan Dalam Kolam.
Penampilan Ipi Nadoyo mampu menghipnotis penonton dengan gaya khasnya bernyanyi sambil berjalan menyambangi penonton lalu mengajak penonton berjoget bersama.
Meski malam semakin larut, suasana makin meriah. Semua penonton hanyut dalam lagu yang Ia nyanyikan. Tak hanya menyanyikan lagu Ikan Dalam Kolam, Ipi juga menyanyikan lagu dengan judul Minta Rokok yang dinyanyikan secara bersahut-sahutan.
Faruk Djavar Nasar, pemilik Kafe AuK, mengaku senang kegiatan musik seperti ini dilaksanakan di kafenya. Menurutnya, memfasilitasi para musisi untuk menyalurkan bakat mereka, secara tidak langsung sudah mendukung para musisi lokal di Kota Palu dalam mengembangkan kreativitas dan talenta mereka di bidang musik.
Pengusaha muda ini tidak hanya memfasilitasi para musisi bermain musik di kafenya. Ia pun sudah menerapkan pembayaran royalti lagu-lagu yang digunakan saat ada konser musik di Warkop Aweng AuK miliknya. Setelah membayar royalti, Ia diberikan sertifikat lisensi dari Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN).
Menurut Faruk apa yang telah ia lakukan itu adalah upaya untuk memberikan edukasi kepada para pelaku usaha, pemusik dan masyarakat agar selalu menghargai sebuah karya seni. Ketika digunakan untuk tujuan komersial maka wajib membayar royalti kepada yang berhak yaitu pencipta lagunya.
“Saya senang bisa menghargai para pencipta lagu dengan membayar hak ekonomi mereka. Ini adalah kewajiban bagi para pengusaha yang menggunakan lagu untuk tujuan komersial,” ujarnya.
Umariyadi Tangkilisan yang juga Ketua Persatuan Artis Penyanyi dan Pencipta Lugu Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) Sulteng, menambahkan, Kafe AuK adalah kafe pertama yang mendapatkan sertifikat dari LMKN, sesuai dengan amanat UU No 28 tahun 2014 tetang Hak Cipta.
Setiap hak esklusif para pencipta sudah diterapkan di Kafe AuK, seperti ketika melaksanakan iven KLA Project Night belum lama ini.
Umariyadi Tangkilisan berharap Kafe lain dapat melakukan hal yang sama di Kota Palu apabila melaksanakan iven yang mengunakan karya orang lain.
“Kami senang dapat memberikan wadah bagi para musisi lokal untuk tampil dan berkolaborasi bersama. Kami berharap semoga kegiatan seperti ini dapat terus diadakan dan semakin mendukung perkembangan musik lokal di kota Palu,” harapnya.
Menurutnya kewajiban pembayaran royalti itu sudah di atur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta dan peraturan pemerintah Nomor 56 tahun 2021 tentang pengelolaan royalti hak cipta lagu/musik.
Di tempat yang sama, Farid Djavar Nasar salah satu tokoh masyarakat di Kota Palu mengatakan, acara jamming bersama musisi lokal yang diadakan di Kafe Auk ini merupakan bukti nyata bahwa musik dapat menjadi media untuk mempersatukan dan mempererat hubungan antarindividu dan komunitas.
“Kegiatan seperti ini diharapkan dapat terus dilakukan sebagai upaya untuk mendukung perkembangan musik lokal di Kota Palu. Kalau bukan kita masyarakat Kota Palu, siapa lagi yang membesarkan nama musisi daerah kita,” ucapnya.
Menariknya, acara jamming ini hanya digagas dalam waktu sehari oleh Farid Djavar Nasar, Ges Nasar, Umariyadi Tangkilisan dan Rival Himran. Namun, berhasil memperlihatkan semangat kolaborasi dan kreativitas para musisi lokal.
Musik bukanlah suatu hal yang asing di telinga bahkan di kehidupan kita sehari-hari. Dengan musik perjalanan terasa menyenangkan, bekerja terasa menyenangkan, bahkan tidak sedikit yang tidurnya ditemani musik. Bisa dibilang musik sudah menjadi satu kebutuhan dari manusia secara universal.
Tetapi, musik tidak bergerak di ruang hampa. Memahami musik sebagai sebuah ekosistem, berarti mengakui bahwa musik mempunyai dampak pada keberlangsungan aspek-aspek di sekelilingnya. Musik memiliki dampak besar terhadap kesejahteraan masyarakat.
“Untuk menumbuhkan ekosistem musik di Sulawesi Tengah, semua elemen masyarakat harus mendukung perkembangan musik lokal di daerah ini. Ke depan kita berencana akan melaksanakan iven lebih besar lagi untuk mengumpulkan semua musisi yang ada di Kota Palu,” tutup Farid.
Acara ini juga turut dihadiri oleh Kadis Kebudayaan Andi Kamal, Budayawaan Neni Muhidin, Arifin Sunusi,Takbir Larekeng mewakili Yayasan Hasan Bahasyuan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.