Ote Abadi, Musisi Asal Sulteng yang Pertama Menembus Industri Musik Nasional

TIMESINDONESIA, PALU – Bagi masyarakat Kota Palu, Sulawesi Tengah, sosok Ote Abadi sudah tidak asing lagi.
Pria kelahiran Palu, 17 Mei 1958 itu, bisa dibilang musisi asal Sulteng yang pertama kali merantau dan menembus industri musik nasional.
Advertisement
Sejak tahun 70an Ote Abadi sudah berkarya. Salah satu karyanya adalah mengubah Topegugu mantra kuno suku Kaili menjadi sebuah lagu bercorak rock n roll yang populer dikalangan musisi tahun 80-90an.
Kelak garapan ini menjadi salah satu rujukan dalam penciptaan karya yang bersumber nyanyian tradisi Kaili.
Nama Ote Abadi juga pernah tercatat sebagai anggota Konser Rakyat Leo Kristi tahun 1983-2006.
Pencapaiannya menjadi gitaris dan vokal pada grup Leo Kristi seniman trubador legendaris Indonesia semakin memperkaya pengalaman musikal Ote Abadi.
Selain pernah bergabung di Konser Rakyat Leo Kristi, Ote Abadi juga pernah merilis dua album Dibalik Terali (1988) dan Cinta Terlarang (1995).
Meskipun dirinya pernah berada di grup band lain atau bersolo karier, namun hingga sekarang Ote Abadi masih menjadi bagian dari Konser Rakyat Leo Kristi.
Pada akhir tahun 80an sampai tahun 90an Ia pernah membuat group dengan Ully Sigar Rusady dan Arthur Kaunang yang bernama Kelompok Hijau.
Tidak hanya itu, Ote Abadi juga pernah gabung dengan musisi-musisi seperti Erwin Harahap Pendiri dan pimpinan The Mercy's. The Mercy’s adalah band legendaris dalam bendera The New Mercy’s.
“Saat itu saya jadi Vokalis The Merci’s,” ujarnya.
Setelah mengeluarkan beberapa album rekaman solo yang saat itu masih bentuk kaset pita, Ote Abadi juga aktif sebagai penulis lagu yang produktif. Salah satu karyanya “Permata Biru” direkam dan dinyanyikan Nicky Astria.
Masih banyak lagi karya-karya Ote Abadi yang tak dapat disebutkan satu persatu selama kurang lebih 50 tahun berkiprah dipanggung musik Nasional.
Dalam perjalanannya menembus industri musik nasional ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan yang harus dihadapi.
Namun, batu kerikil yang mengganjal setiap perjalanannya mampu ia lewati. Buktinya hingga saat ini dirinya masih konsisten menjadi seorang musisi yang terus melahirkan karya-karya yang luar biasa.
Menurut Ote Abadi, hari-harinya ia habiskan untuk terus berkarya. Apa saja ia lakukan untuk mewujudkan impiannya yaitu berarti bagi orang banyak dan mengabdi untuk bangsa dan tanah air lewat jalur musik.
“Saya mengambil jalur musik ini sebagai pilihan hidup saya. Menekuni profesi ini, tidak sedikit yang harus dikorbankan. Namun itu tak jadi masalah. Bagi saya ini pilihan hidup saya dan saya harus menerima semua konsekuensinya,” kata Ote Abadi.
Menurut Ote Abadi, tantangan terberat yang ia hadapi saat ini adalah bagaimana tetap eksis dalam persaingan dengan seniman-seniman kreatif muda yang semakin banyak dan semakin cerdas.
Sehingga, sambungnya, harus menyesuaikan karya-karya dengan pola-pola mainstream kekinian karena dalam persaingan global dirinya harus tetap berdiri dan mempertahankan karakter yang sudah dibangun lewat perjalanan yang cukup panjang.
Ote Abadi mengakui, kesuksessannya menembus industri musik nasional tak lepas dari dukungan dari berbagai pihak, khususnya dukungan dari keluarga.
Ote Abadi berharap keberlangsungan kehidupan pelaku seni khususnya seniman-seniman musik mendapat perhatian dari pemerintah karena banyak seniman yang karyanya luar biasa bagus tetapi belum pernah menyentuh permukaan panggung.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.