Benarkah Squid Game Terinspirasi dari Brother's Home, Kamp Konsentrasi di Korsel?
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Drama Squid Game yang telah tayang sejak akhir 2024 lalu masih menjadi perbincangan hangat. Isu terbaru yang beredar di media sosial, Squid Game diangkat dari kisah nyata yang terjadi sekira tahun 1975-1986 di Korea Selatan.
Isu itu langsung dibantah oleh Sutradara Squid Game Hwang Dong Hyuk. Ia mengatakan cerita ini fiksi belaka, namun memang disesuaikan dengan kondisi ekonomi sosial di Korsel. "Isu sosial ekonomi hal yang nggak ada habisnya, kami melihat sisi itu untuk menjadi sebuah kisah menarik yang dipadukan dengan permainan, tradisional," jelasnya seperti dikutip dari newsen1.
Advertisement
Ia menambahkan banyak film sukses yang juga mengangkat isu sosial ekonomi dan kesenjangan khususnya di Korea Selatan. Parasite salah satunya, film yang sukses meraih Oscar.
Meski begitu banyak sumber yang menuliskan bahwa Squid Game memang terisnpirasi dari Brother's Home, kamp konsentrasi di Korea Selatan. Kamp konsentrasi tersebut diaktifkan sekitar tahun 1975, menjelang Asian Games 1986 dan Olimpiade Seoul 1988.
Kompas menulis, kamp konsetrasi sebagai program 'pemurnian' atau pembersihan lingkungan menjelang digelarnya Asian Games 1986 dan Olimpiade Seoul 1988.
Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Chun Doo Hwan mengumpulkan tuna wisma di Seoul kemudian dimasukkan dalam kamp konsentrasi bernama Brothers Home yang dipusatkan di Busan.
Pemerintah mengklaim Brothers Home para tuna wisma mendapatkan pelatihan kerja dan fasilitas hidup yang layak. Namun pada praktiknya tidak seperti itu.
Kabar yang beredar telah terjadi perbudakan manusia di kamp konsentrasi Brothers Home. Mereka dieskploitasi untuk bekerja membuatsejumlah barang, mulai pensil, peralatan memancing, pakaian sepatu, bahkan barang yang terbuat dari bahan logam. Mereka bekerja tanpa diupah.
Lebih miris lagi, banyak anak-anak yang juga menjadi korban dari Brothers Home. Yeon Seng Mo, salah satu korban perbudakan Brothers Home, mengaku masuk kamp itu sejak usia 15 tahun. Pekerja akan dihukum jika tidak mampu menyelesaikan target yang sudah ditentukan.
"Jika kami tidak menyelesaikannya, kami akan dipukul dengan tongkat baseball," terang Seng Mo, dikutip dari Kompas.
Sumber lain menyebut, para tuna wisma juga tidak diperkenankan menyebutkan nama, merekanhanya diberi nomor dada sebagai pengenal.
Brothers Home dikepalai oleh Park In Keun, bekas anggota militer sekaligus petinju. Dia memimpin Brothers Home ala militer, dengan membentuk rantai komando.
"Strategi mereka adalah membuat tahanan menyiksa tahanan lain," jelas Park Min Seong. Di dalam apa yang disebut 'peleton' yang menampung hingga 120 tahanan dengan deretan ranjang susun. Lebih mengerikan karena tahanan menjadi sasaran hukuman kolektif yang diberikan oleh pimpinan peleton bahkan untuk kesalahan sepele. Nggak nanggung hukuman yang dilakukan bisa langsung hukuman mati, dor tembak di tempat.
"Kami adalah mainan untuk dimainkan oleh para pemimpin peleton," ingat Choi Seung Woo yang dibawa secara paksa ke Brothers Home saat berusia 14 tahun.
Kepemimpinan Park In Keun dibekingi banyak pihak, sehingga kejahatan di Brothers Home tak terendus. Barulah pada 1986 Brothers Home digerebek, sesaat setelah kunjungan Jaksa lokal bernama Kim Yong Won.
Tahun 1987 Park In Keun resmi ditahan dan didakwa atas penggelapan, kurungan ilegal dan eksploitasi manusia. Sayangnya dia dibebaskan dari segala dakwaan.
Beberapa tahun kemudian, advokat HAM Korsel Park Lae Goon kembali mencermati kasus Brothers Home. Ia mengatakan ada orang 'kuat' yang mendorong pembebasan In Keun, bahkan presiden Chun Doo Hwan. Dari investigasinya banyak pelanggaran HAM yang dilakukan pada kaum minoritas tuna wisma. Bahkan dilaporkan sedikitnya ada 551 korban meninggal di kamp konsentrasi itu. Namun Lae Goon meyakini korban jauh lebih banyak dari itu.
Squid Game
Drama ini sejatinya diambil dari permainan anak-anak Korea. Dari logonya saja diambil dari permainan anak lompat dengan pola cumi-cumi.
Squid Game permainan yang mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan hadiah uang tunai miliaran won. Pesertanya adalah mereka yang merasa tidak punya harapan hidup secara ekonomi.
Mereka ditantang untuk mengikuti berbagai permaian selama 6 hari. Banyak permaian tradisi Korea sebagai tantangan, mulai dari Lampu Merah Lampu Hijau, Ddakji, Gonggi, Biseokchigi, Paeng Chigi, Jegi Chigi, Mingle. FYI beberapa permaian tersebut ada yang sudah dikenal sejak zaman Joseon loh.
Permaian bisa dimainkan sendiri, ada juga yang dimainkan secara beregu. Jika kalah langsung ditembak mati.
Squid Game 1 yang tayang pada 2022 lalu menjadi sangat viral di seluruh dunia. Bahkan Squid Game ditonton oleh orang yang bukan penggemar drakor.
Musim keduanya baru tayang pada akhir tahun lalu, dan nggak kalah pamor dengan musim pertamanya. Sebab drama ini memang melanjutkan kisah pemenang musim pertama. Banyak kejutan yang dihadirkan pada musim kedua. Jadi disarankan untuk menonton musim pertamanya dulu sebelum masuk musim keduanya.
Di media sosial banyak influencer yang membahas soal kisah Brothers Home yang kemudian dikaitkan dengan drama Squid Game. Menurutmu gimana TIMES Lovers? (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |