Potret Buruh Tani Daun Emas
Rabu, 24 Juli 2019 - 14:31 | 207.29k



TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Orang terkaya di Indonesia adalah pengusaha rokok. Orang termiskin di Indonesia, salah satunya adalah buruh tani Daun Emas alias tembakau.
Begitu gambaran sederhana kalau ingin memotret buruh tani tembakau di Indonesia.
Ada cara lain untuk memotret mereka.
Sepanjang tahun 2018, kontribusi Industri Hasil Tembakau (IHT) terhadap pendapatan negara sebesar Rp 153 Triliun. Jumlah yang sangat signifikan.
Di lain sisi, saat bertemu dengan sejumlah buruh tani tembakau di Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo. Mereka mengaku bekerja selama 8 jam sehari diupah sekitar Rp 50 ribu. Ada yang 9 jam dapat Rp 70 ribu. Bahkan ada yang 5 jam kerja dengan upah Rp 30 ribu.
Itupun dengan catatan: tanpa uang makan.
Di tempat lain, ada yang upah perharinya jauh lebih kecil dari itu.
Pendapatan buruh per bulan tadi, bisa berkurang banyak bila cuaca dan tata niaga tembakau tak memihaknya.
Hujan berlebih yang membuat daun tembakau rusak. Bila panennya sukses, tak berarti untung. Harga bisa dimainkan sistem tata niaga yang "tak mau peduli" dengan petani dan buruh tembakau.
Ada banyak masalah dari hulu sampai hilir yang membuat buruh tani Daun Emas ini tak bisa nyenyak tidurnya. Risiko yang dihadapi terlalu besar, tak sebanding dengan tetesan keringatnya saat menanam, merawat dan memanen tembakau.
Tak salah kalau Daun Emas bukan lagi emas bagi petani dan buruh tani tembakau...
Fotografer | : Adhitya Hendra |
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rizal Dani |