TIMESINDONESIA, MALANG – Musik Heavy metal, sebuah aliran musik rock yang berkembang pada 1970-an, dengan akar dari blues rock dan psychedelic rock ternyata membantu penggemarnya menghadapi pemikiran soal kematian. Seperti yang di tulis Journal of Psychology of Popular Media.
Aliran musik ini, ditandai dengan distorsi gitar yang sangat kuat, solo gitar panjang, ketukan cepat, baik disemua instrumentasi alat musiknya. Lirik heavy metal pada umumnya berkaitan dengan maskulinitas dan kejantanan.
Advertisement
Karakter music yang diciptakan bertema kematian membeir dampak pada penggemarnya untuk lebih mengerti arti pada kehidupan mereka. Terutama dalam hal kesiapan menghadapi konsep kematian mereka sendiri.
Namun, tidak sedikit pula penelitian yang mengungkapkan bahwa musik tersebut tidak bermanfaat untuk mereka yang tak menyukai aliran ini.
Penemuan ini memperkuat hasil pemikiran terkait efek psikologis yang disebut "terror management theory" (TMT).
Menurut TMT, nilai-nilai budaya membantu masyarakat mengatur prospek kematian mereka dengan memberikan kehidupan bernilai dan memiliki arah.
"Musik heavy metal sering dikaitkan dengan kematian dan sekarat oleh bukan penggemarnya. Sementara buat para penggemarnya melaporkan, mendengarkan musik metal merupakan pelarian dari depresi dan bahkan membantu melawan pemikiran yang berkaitan dengan kematian," tulis para psikolog.
"Musik genre ini dapat dipandang sebagai barang budaya untuk penggemarnya dan dengan demikian dapat membentuk bagian dari identitas sosial mereka," tambahnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rochmat Shobirin |