Gaya Hidup

Galeri Mbatuaji Gelar Pameran Seni Instalasi dan Lukisan

Sabtu, 07 Mei 2016 - 00:15 | 132.70k
FLOW: Sebuah karya instalasi yang turut dipamerkan di Gedung Kesenian Mbatuaji Kota Batu, Jumat (6/5/2016). (Foto:Nurliana Ulfa/BatuTIMES)
FLOW: Sebuah karya instalasi yang turut dipamerkan di Gedung Kesenian Mbatuaji Kota Batu, Jumat (6/5/2016). (Foto:Nurliana Ulfa/BatuTIMES)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BATU – Kota Batu menjadi salah satu pilihan para seniman luar kota untuk memamerkan karyanya. Misalnya pameran yang digelar oleh 54 perupa dari STKW (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta) Surabaya di Gedung Kesenian mBatuaji.

Pameran yang digelar selama empat hari mulai Jumat (6/5/2016) ini mengajak serta 15 orang seniman dari Kota Batu dan Kota Malang untuk memamerkan 115 karya seni rupa.

Advertisement

Selain lukisan, pameran bertajuk Eksistensial ini juga memajang seni instalasi. Seni intalasi merupakan kreasi perupa yang menggunakan media campuran dua dimensi dan tiga dimensi dan memanfaatkan ruang kosong dalam sebuah pameran.

Salah satu seni instalasi dalam pameran ini adalah karya yang berjudul Flow. Karya seorang seniman dari Malang ini cukup menyita perhatian pengunjung.

Di sudut ruang pameran, tergantung sepotong kemeja berwarna cokelat yang terlihat sedang menuangkan kopi menggunakan tangan buatan.

Kopi yang keluar dari ceret (teko) tersebut tentu bukan kopi sungguhan, melainkan bahan karet yang sudah beku berwarna kehitaman. ‘Cairan’ kopi ini mengenai sebuah replika televisi berwarna putih.

Perupa dari karya tersebut ingin mengatakan bahwa ceret atau teko adalah cerminan dari manusia. Cairan apapun yang ada di dalam ceret jika dikeluarkan akan tetap sebagai cairan tersebut, misalnya kopi.

Sama seperti pikiran manusia. Apapun yang dipikirkan, akan keluar lewat ucapan atau tindakannya.

Ada pula instalasi unik lainnya yang berjudul Electric Bird. Jika pengunjung bertepuk tangan di depan karya ini maka sensor yang menghubungkannya akan menimbulkan suara burung-burung berkicau.

”Karya ini juga merupakan kritik lingkungan. Saat ini jarang dijumpai burung-burung berkicau, jadi di karya ini dipasang burung elektrik,” papar Aris Dwi Pambudi, panitia pameran.

Selain didatangi siswa-siswi SMA, pameran ini juga banyak dikunjungi oleh wisatawan yang terkena jalaur padat merayap yang melintasi jalan Oro-oro Ombo.

”Tadi ada rombongan wisatawan dari Kupang NTT satu bus yang juga tertarik mampir kesini,” imbuh mahasiswa STKW ini.

Sabtu (7/5/2017) pagi panitia akan mengadakan workshop membatik. Siapapun termasuk wisatawan bisa mampir ke gedung kesenian untuk belajar membatik secara gratis.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.




TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES