Gaya Hidup

Haji Iin, Sang Kolektor Pipa Cangklong dari Yogyakarta

Senin, 13 Januari 2020 - 10:22 | 879.43k
Tokoh pemipa (pipe smoker) sekaligus kolektor pipa cangklong dari Yogyakarta, H. Indriyanto Eko Saputro, ST. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
Tokoh pemipa (pipe smoker) sekaligus kolektor pipa cangklong dari Yogyakarta, H. Indriyanto Eko Saputro, ST. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Keberadaan pipa cangklong terkesan uzur atau klasik bagi sebagian orang. Apalagi kini ada vapor atau rokok elektrik, inovasi dari bentuk rokok konvensional menjadi modern. Untuk menghisapnya, tinggal memanaskan cairan dalam alat elektrik dengan tenaga baterai. Tanpa proses membakar tembakau layaknya rokok konvensional. 

Konon, Albert Einstein pernah berucap, "Saya percaya bahwa merokok (dengan pipa) memiliki kontribusi akan suatu perdamaian dan keakraban."

Advertisement

Pipa-Rokok.jpg

Ya, ilmuwan paling terkenal di dunia ini dikenal sebagai perokok berat. Namun dia memilih menggunakan pipa, daripada cerutu atau rokok kretek seperti sekarang ini.

Begitu pula mendiang maestro Seni Lukis Indonesia Affandi. Atau pengusaha eksentrik ternama almarhum Bob Sadino.

Mereka semua semasa hidupnya dikenal sebagai para pemipa (pipe smoker).

Hingga kini keberadaan pipa cangklong terus digemari masyarakat, bahkan masih jadi life style (gaya hidup).

Tokoh pemipa (pipe smoker) sekaligus kolektor pipa cangklong dari Yogyakarta, H. Indriyanto Eko Saputro, ST yang sering dipanggil Haji Iin kepada TIMES Indonesia, Senin (13/1/2020) mengungkapkan, sejarahnya, merokok dengan cangklong atau nyangklong memang lahir dari lingkungan bangsawan. Karena itu, wajar jika kemudian terbersit dalam benak masyarakat, bahwa para pemipa atau pencangklong identik dengan tingkat strata sosial tinggi. Seperti kalangan bangsawan, pejabat, seniman besar dan sebagainya.

Menikmati tembakau dengan pipa cangklong memang berbeda dengan merokok batangan ataupun vapor.

Kalau pada rokok atau vapor asapnya dihisap (inhale) dan masuk ke paru-paru. Untuk pipa canglong, asapnya hanya disimpan di rongga mulut atau mirip orang kumur, lalu dihembuskan.

Pipa-Rokok-2.jpg

"Inilah yang membuat sensasi tersendiri saat menikmati tembakau dengan pipa cangklong," ungkap pengusaha mapan dari Yogyakarta ini.

Keberadaan pemipa, ungkap Haji Iin. Sebetulnya cukup banyak, di beberapa tempat ada komunitasnya. Untuk pipa dalam negeri sudah ada yang membuatnya. Sering disebut barang mewah karena bahan dasarnya berasal dari luar negeri. Salahsatunya kayu Briar yang harus mendatangkan dari Eropa.

Cangklong juga telah merembet ke generasi muda.

Dirinya mengaku pertama kali kenal pipa cangklong sejak 1987. Namun tidak terus menerus nyangklong.

Sempat berhenti nyambung berhenti nyambung. Sedangkan pasangannya saat nyangklong adalah kopi.

Kini puluhan pipa cangklong berkelas jadi koleksi. Sebagian terbilang langka dan disimpan dalam lemari khusus di ruang kerjanya. Hampir 80 persen merupakan barang impor dari berbagai negara dengan aneka merk ternama. Harga koleksi pipa cangklongnya paling murah berkisar dua jutaan rupiah. Sedangkan termahal saat beli jika di kurskan mencapai puluhan juta rupiah.

Haji Iin, sangat hapal merk pipa canglong ternama. Mulai dari Dunhill (England), Savineli (Italia), Peterson (Irlandia), Missouri Meerschaum (AS), Stanwell (Denmark) dengan berbagai jenis dan bentuknya. Begitu pula material atau bahan pembuatnya. Sebagian produk bermerk tersebut juga dimilikinya.

Edisi-Selasa-14-Januari-2020-pipa.jpg

Pipa canglong, kata Haji Iin ada pula yang harganya ratusan juta rupiah. Senilai harga mobil ternama. Tentu pipa jenis ini terbuat dari bahannya pilihan atau material khusus. Pastinya berkualitas, desain khusus dan terbatas penuh sentuhan artistik bernilai seni tinggi.

Untuk tembakaunya sendiri ada yang impor baik dari Italia, Amerika dan lain- lainnya. Namun ada pula yang lokal, ujar Haji Iin sambil menunjukkan tembakau Srintil yang sudah disimpan dua tahun lamanya.

Nyangklong baginya juga dijadikan ukuran kondisi badan. Saat capek atau ngantuk jika dipaksa mipa-pun pasti tidak enak rasanya.

Tak ayal tiap bepergian kemana-mana tas milik pengusaha berusia 60 tahun ini pasti berisi peralatan ngecanglong. Minimal dua buah pipa canglong berikut tembakau di bawanya sehingga dirinya sangat hapal persoalan korek api yang kadang jadi masalah saat di Bandara tertentu.

"Hati hati saat memilih jenis korek berkaitan dengan pipa canglong yang terbuat dari kayu, " pesannya sembari menunjukan jenis korek api yang aman dan tidak merusak pipa.

Kini pipa cangklong jadi hobi satu-satunya. Setelah tahun 2012 lalu Haji Iin meninggalkan hobin bermain golf. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES