Nikmatnya Putu Mayang, Jajanan Langka Primadona Khas Bulan Ramadhan

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Putu Mayang atau Petulo. Sebuah jajanan tradisional langka yang hanya dapat ditemui satu tahun sekali, tepatnya di bulan puasa. Kue keriting khas Ramadhan ini sangat nikmat ketika disantap dengan kuah santan pandan gula Jawa.
Warna warni jajanan legenda ini semakin memikat mata. Menjadi teman yang sempurna untuk membatalkan puasa di kala berbuka. Bersanding dengan segelas minuman dingin, satu porsi Putu Mayang cocok sebagai makanan pembuka sebelum menyantap hidangan utama.
Advertisement
Tak heran, khususnya di Banyuwangi jajanan langka tahunan ini menjadi primadona penguasa menu takjil jalanan. Untuk mendapatkannya pun sangatlah mudah. Karena hampir seluruh penjual takjil di Kabupaten berjuluk Kota Gandrung ini menjualnya.
Rasanya yang sangat nikmat ini terbilang tidak sebanding dengan harganya yang murah. Untuk satu porsi hanya perlu merogoh kocek Rp 5 ribu saja. Di setiap porsinya, penjual membalut kue dengan daun pisang dan dibungkus dalam kotak mika. Berisi 4 kue Putu Mayang berikut kuah santan pandan gula Jawa.
Jajanan keriting ini terbuat dari tepung beras. Cara membuatnya, dengan mencampur tepung dengan air secukupnya. Untuk rasa yang lebih gurih, air bisa diganti dengan santan kelapa. Kemudian diaduk pelan-pelan diatas bara api sedang hingga menggumpal dan kenyal.
Perlu diingat, untuk mencapai level kenyal yang diinginkan, diperlukan keahlian khusus. Sebab, bila asal mengukus dan mengaduk, maka dapat dipastikan adonan akan rusak. Sehingga tekstur lembut tidak akan diperoleh.
Setelah itu angkat adonan yang sudah kenyal dan meletakkannya di sebuah wadah. Taburkan tepung tapioka secukupnya lalu diuleni menggunakan tangan. Agar lebih menarik dan mengundang selera, bisa diberikan pewarna makanan. Setelah selesai, adonan bisa dicetak.
Proses pencetakan sendiri bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama yakni dengan menggunakan cetakan pabrikan. Cetakan ini bisa terbuat dari besi, stainlees ataupun plastik. Berbentuk cekung dengan lubang-lubang, mirip parutan buah. Atau bisa dengan memasukan adonan ke dalam plastik bungkus.
Kemudian bentuk plastik seperti piramid dengan lubang diujungnya. Pencet adonan dan bentuk seperti bentuk kerupuk. Selesai mencetak, adonan kemudian dikukus hingga matang secara sempurna.
Untuk kuahnya sendiri, terbuat dari rebusan santan dan daun pandan yang sudah dicampur dengan gula merah. Agar lebih nikmat kuah ini bisa dipadu dengan buah-buahan. Misalnya saja durian atau nangka.
Salah satu penjual takjil di Banyuwangi mengatakan, selama Ramadhan tahun 2020 ini dirinya mendapati omzet yang luar biasa dari penjualan kue ini. Usaha yang dimilikinya ini merupakan warisan turun temurun. Sejak berusia 10 tahun, penjual ini sudah bergelut dengan bisnis tersebut.
“Pertama mulai berjualan sejak tahun 2000 sampai sekarang. Alhamdulilah selalu banyak pembelinya,” kata Istifalah (52), Selasa (12/5/2020).
Istifalah mengaku bisa menghabiskan 40 - 50 kg tepung beras setiap harinya. Saking banyaknya peminat kue Putu Mayang atau Petulo di Banyuwangi, Ramadhan kali ini dirinya tidak lagi berjualan dalam bentuk siap saji. Dirinya hanya menjual kue keriting ini dalam bentuk grosir. Untuk dijual kembali oleh para konsumen. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |
Sumber | : TIMES Banyuwangi |