Berburu Foto di Hutan Banyuwangi, Fotografer ini Dag-dig-dug Berjumpa Macan Tutul

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Seorang fotografer dari Banyuwangi, Jawa Timur, ini memiliki pengalaman mendebarkan saat berburu foto satwa liar di dalam hutan TN Alas Purwo dan Baluran. Senang bercampur ngeri, tatkala berjumpa dengan seekor jantan macan tutul Jawa dari jarak 2 meter.
Dialah Rendra Kurnia (42) alias Gondes. Seorang fotografer profesional asal Banyuwangi yang konsen berburu foto satwa langka dan unik dengan kamera Nikon D4s yang dipasangi lensa Tamron 150-600 mm miliknya.
Advertisement
Gondes, menyebut perjumpaannya dengan keluarga predator ranking atas tersebut adalah sebuah kegilaan. Betapa tidak, dalam perjumpaan itu ia hanya sendiri tanpa ditemani siapapun. Juga tanpa perlengkapan perlindungan apapun.
Rendra Kurnia, seorang fotografer Banyuwangi memakai kostum kamuflase saat sedang berburu foto di hutan. (FOTO: Rendra Kurnia)
Namun kegilaan Gondes terhadap fotografi ini terbayar lunas. Setelah alam memberikan kesempatan untuk bertatap mata langsung dengan macan tutul Jawa tersebut. Dengan pengalaman ini, Gondes menyatakan jika spesies kucing predator Jawa ini belum punah sepenuhnya.
"Lha inilah gilanya saya. Masuk hutan hunting foto tanpa kawan. Tanpa alat keamanan cuman bawa makanan," cetus Gondes kepada TIMES Indonesia, Senin (27/9/2021).
Sejak tahun 2013 lalu, Gondes mengaku sudah melakukan pengamatan terhadap perilaku dan lokasi macan tutul Jawa ini bisa ditemukan. Perburuan ini juga sempat dilakoninya sampai di kawasan hutan Sumatera.
Macan tutul Jawa hasil jepretan Rendra Kurnia di hutan TN Baluran Banyuwangi. (FOTO: Rendra Kurnia)
Saat berburu, Gondes memang jarang mengajak teman. Ini karena, perburuan yang dilakukannya bisa memakan waktu hingga 7 hari di dalam hutan. Belum cukup disitu saja. Untuk menciptakan sebuah momen penting, Ia harus membatu sampai 6 jam lamanya. Tanpa ada pergerakan sedikitpun.
Ketika berburu foto satwa langka, Gondes biasanya memakai satu set pakaian kamuflase. Yakni sebuah pakaian menyerupai semak-semak persis seperti yang dikenakan seorang penembak runduk profesional.
"Untuk kualitas gambar yang bagus kita selalu berusaha sedekat mungkin dengan objek. Disinilah kegilaan kita diuji," kata Gondes sembari melepas tawa.
Menurutnya, untuk menjadi fotografer predator yang paling dibutuhkan adalah cara memenangkan naluri si objek. Seorang fotografer harus bisa memberikan hawa kehadiran yang tidak mengancam objek.
Aneka ragam jenis kupu-kupu di Kabupaten Banyuwangi. (FOTO: Rendra Kurnia)
Namun demikian, bukan berarti seorang fotografer harus melepas kewaspadaan sehingga bisa dipandang sebagai mangsa.
"Intinya bagaimana kita bisa mendekat tanpa memberikan sinyal bahaya bagi objek. Tapi kewaspadaan jangan sampai kendor sehingga kita ditargetkan sebagai mangsa. Jangan langsung melepas mata dari pandangan objek sebelum si objek menandai kita bukan musuhnya," jelasnya.
Dalam menggeluti profesinya ini, Gondes telah siap untuk menerima segala konsekuensi. Kelaparan, minum air sungai, digigit serangga, nyaris dipatok ular, dihinggapi hewan penghisap darah baik pacet atau lintah serta kendala lainnya.
"Ketemu king kobra putih sudah, kalajengking beracun, ular viper juga sudah. Kehujanan di hutan, kelaparan sampai minum air sungai juga sudah pernah," tambahnya.
Merilis Buku Keanekaragaman Hayati
Sejauh ini, Gondes mengaku sudah memiliki koleksi ribuan foto tentang satwa di Banyuwangi. Mulai dari macan tutul Jawa, banteng, kupu-kupu, capung, ular viper, king kobra putih, aneka burung endemik serta beberapa jenis primata setempat.
Dari koleksi tersebut, Gondes berencana untuk menerbitkan sebuah buku berisi keanekaragaman hayati di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur ini. Keragaman tersebut akan dikorelasikan dengan kebudayaan dan kebiasaan dari masyarakat lokal.
Sejauh ini, buku tersebut masih dalam tahap penyusunan. Dia mentargetkan, di tahun 2022 nanti sudah bisa dicetak sebagai aset Kabupaten Banyuwangi.
"Semoga bisa segera rampung buku ini. Rencana dengan ketebalan 400 halaman. Isinya soal satwa-satwa langka dan korelasinya dengan lingkungan. Baik sejarah di Banyuwangi atau budayanya," ujar Gondes.
Puyuh Gonggong, burung endemik di kawasan pegunungan Ijen Banyuwangi. (FOTO: Rendra Kurnia)
Menurut Gondes, alam Banyuwangi sebenarnya telah dihuni oleh ratusan bahkan ribuan satwa langka. Hanya saja, satwa-satwa tersebut berada di kawasan hutan pedalaman yang berbahaya.
"Misalnya saja Seriwang Asia atau Tali pocong, ini burung endemik. Atau Puyuh Gongong yang hanya ada di kawasan pegunungan Ijen saja. Ada juga jenis capung yang hanya ada di Banyuwangi," katanya.
Selain untuk kepentingan sebuah buku ini, Rendra Kurnia alias Gondes ini juga menyumbangkan hasil jepretannya kepada BKSDA untuk kepentingan dokumentasi serta penelitian. Melalui fotografi inilah, pria asal Banyuwangi ini berkomitmen untuk melestarikan kehidupan macan tutul Jawa beserta satwa dilindungi lainnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |