Gaya Hidup

Ragam Tradisi Unik Jelang Ramadan di Indonesia

Selasa, 29 Maret 2022 - 08:27 | 58.59k
Tradisi padusan di Boyolali Jawa Tengah, saat ini menjadi salah satu agenda wisata yang dikembangkan oleh Pemkab Boyolali. (foto: antaranews)
Tradisi padusan di Boyolali Jawa Tengah, saat ini menjadi salah satu agenda wisata yang dikembangkan oleh Pemkab Boyolali. (foto: antaranews)
FOKUS

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Masyarakat Indonesia menyambut datangnya bulan suci Ramadan dengan suka cita. Ragam tradisi digelar sebelum datangnya bulan puasa. Berikut beberapa tradisi unik yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia menjelang datangnya bulan Ramadan yang dirangkum dari beberapa sumber.

1. Nyadran

Tradisi ini kental dilakukan oleh masyarakat di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Nyadran adalah tradisi pembersihan makam oleh masyarakat dan biasanya dilakukan menjelang Ramadan tiba. Selain membersihkan kompleks makam, masyarakat di berbagai tempat juga menggelar doa bersama yang disambung dengan makan bersama. Acara ini sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah. Namun, secara umum, tradisi ziarah kubur menjelang Ramadan dilakukan banyak suku dan daerah di Indonesia.

2. Padusan/Kuramasan

Selain Nyadran, di wiayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan sebagian Jawa Timur juga ada tradisi padusan. Sedangkan di wilayah Sunda, Jawabarat disebut Kuramasan.  Ketika tradisi padusan atau kuramasan, orang akan berbondong-bondong ke sebuah tempat pemandian, sungai, atau pantai untuk mandi dan berendam. Mereka percaya air bisa menyucikan diri dalam rangka menyambut bulan Ramadan.

3. Nyorog

Nyorog adalah tradisi menyambut Ramadan yang digelar masyarakat Betawi. Nyorog dilakukan dengan membagikan makanan ke tentangga dan keluarga. Tujuan dari nyorog adalah untuk mengingatkan bahwa bulan Ramadan akan segera datang dan Ramadan merupakan ajang untuk saling silaturahmi.

4. Meugang

Aceh juga memiliki tradisi menyambut Ramadan. Namanya,  Meugang, yakni merupakan tradisi menyembelih kambing atau sapi. Biasanya masyarakat memasak daging di rumah, setelah itu membawanya ke mesjid untuk makan bersama keluarga, kerabat, tetangga, atau yatim piatu.


5. Malamang

Malamang merupakan tradisi memasak lemang untuk menyambut Ramadan di Sumatera Barat. Lemang adalah makanan yang terbuat dari penggabungan antara beras ketan putih dan santan yang dimasukkan ke dalam bambu. Tradisi ini bertujuan sebagai sarana berkumpul dan mempererat tali silaturahmi sambil menyambut datangnya bulan Ramadan.

6. Balimau

Mandi balimau merupakan tradisi mandi menggunakan campuran jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau. Biasanya dilakukan di sungai atau tempat pemandian. Balimau biasanya dilakukan satu atau dua hari menjelang bulan suci Ramadan. Tradisi ini diwariskan secara turun temurun, dan dipercaya telah berlangsung selama berabad-abad.

7. Suru Maca

Suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan mempunyai tradisi 'Suru Maca' yang digelar jelang Ramadan. Suru Maca yang berarti membaca doa secara bersama untuk dikirimkan kepada leluhur. Biasanya, ritual Suru Maca dilakukan tepat sepekan memasuki bulan suci Ramadan. Dengan menyajikan beragam kuliner khas suku Bugis-Makassar seperti serta nasi ketan dua warna, yakni ketan putih maupun hitam serta gula merah yang telah dicairkan atau akrab disebut songkolo palopo.

8. Batahlil

Batahlil merupakan tradisi menyambut bulan Ramadan di Ternate, Maluku Utara. Seperti tradisi Nyadran di Jawa, Batahlil adalah tradisi berziarah ke makam orang tua atau keluarga sebelum Ramadan tiba. Setelah ziarah dan pulang ke rumah, masyarakat saling memberikan nasi kuning atau kue ke tetangga.

9. Magong

Di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, masyarakat Suku Tidung menyambut bulan puasa dengan menyalakan lampu pelita yang terbuat dari bambu atau kaleng minuman bekas. Dalam Bahasa Tidung. menyalakan pelita disebut magong. Menyalakan pelita dimaknai sebagai ungkapan keceriaan dan kebahagiaan menyambut bulan puasa.

10. Bakar Batu

Di Papua, seperti di Jayapura umat Muslim menyambut Ramadan dengan tradisi bakar batu. Disebut Bakar Batu karena batu dibakar hingga panas lalu ditumpuklah bahan makanan seperti daging ayam, kambing, sapi, dan umbi-umbian. Tumpukan makanan ini kemudian ditutup lagi dengan batu panas hingga matang. Tradisi bakar batu dilakukan sebagai bagian dari kegiatan silaturahmi dan saling memaafkan sebelum Ramadan tiba.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES