Jumlah Umat Muslim Korea Terus Meningkat, Begini Sejarahnya

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Jumlah umat muslim Korea Selatan terus bertambah dari tahun ke tahun. Meskipun sebagai agama minoritas, namun Islam tetap bertahan.
Hal itu tampak dari industri wisata Korea yang menawarkan wisata halal bagi pelancong muslim. Selain itu, banyak juga masjid dengan bangunan indah megah berdiri di negeri gingseng itu.
Advertisement
Meningkatnya umat muslim di Korea selain karena dakwah (menjadi mualaf karena dakwah), ada juga yang masuk Islam karena pernikahan.
Beberapa pesohor Korea yang beragama Islam juga memberi andil meningkatnya jumlah umat muslim di sana. Diketahui, para pesohor merupakan magnet bagi penggemarnya. Jadi apapun tingkah laku sang idola akan diikuti oleh penggemar.
Ayana jihye moon (FOTO: okezone.com)
Lalu bagaimana sejarah Islam masuk ke Korea?
Dikumpulkan dari berbagai sumber, Islam masuk Korea pada zaman Dinasti Silla (57-935 Masehi). Saat itu, pedagang dan penjelajah dari Arab dan Persia singgah di Dinasti Silla (salah satu dari tiga bekas Kerjaan Korea) melalui Dinasti Tang di China.
Beberapa pedagang memutuskan untuk menetap di semenanjung Korea dengan menjadi tentara juga pejabat pemerintahan.
Sayangnya Dimasti Silla tidak menunjukkan peninggalan Islam yang menonjol. Namun Cendekiawan Muslim bernama Ibn Khurdadbih melakukan Survei Umum Jalan dan Dinasti pada abad ke-9 di dinasti kuno Korea tersebut. Ia menemukan patung tanah liat dan patung batu Penjaga Kerajaan dengan ciri khas Persia ditemukan di Gyeongju, ibu kota Silla dahulu.
Penyebaran Islam di Korea berlanjut di Dinasti Goryeo (918-1392 Masehi). Dinasti Goryeo sendiri merupakan penyatuan tiga Kerajaan Korea yaitu Silla, Hubaekje, dan Hugoguryeo yang didirikan oleh Raja Taejo Wang.
Zaman itu perdagangan dari Arab semakin berkembang di Korea. Pedagang Arab membawa bahan untuk resep pengobatan dan emas sebagai nilai tukarnya. Selain berdagang, banyak saudagar yang menyebarkan Islam secara tidak langsung. Kegiatan peribadatan mereka seperti salat, mengaji terlihat oleh penduduk setempat.
Islam makin berkembang pada Dinasti Yuan Mongol (1279-1368). Saat itu Dinasti tersebut mengambil alih China. Dengan begitu hubungan melalui darat dengan Eurasia semakin terbuka lebar. Akhirnya banyak orang muslim banyak yang datang melalui perjalanan darat.
Pada masa itu, banyak orang non Mongol dari Arab, Persia, Asia Tengah, Turki yang dipekerjakan untuk menjalankan kekaisaran, bertugas sebagai pasuikan hingga mendapatkan jabatan administratif.
Umat Muslim Korea tengah beribadah di Masjid Pusat Seoul di Itaewon, Seoul, Korea Selatan. (Korea.net/Kim Sunjoo)
Bahkan, banyak pejabat Muslim dari Mongol yang dikirim ke Korea untuk memastikan apakah instruksi yang diberikan kepada Dinasti Goryeo dipatuhi. Hal itu menyebabkan banyak pedagang Muslim pindah dan membuka toko di Korea.
Sayangnya, pada Dinasti Joseon (1392-1920) Muslim Korea dilarang melakukan ibadah dan mengenakan pakaian tradisional.
Hingga akhirnya pada tahun 1427 hubungan Korea dengan dunia muslim terhenti, karena Dinasti Joseon hanya mempertahankan hubungan dengan Tiongkok dan Jepang. Hal itu membuat dinasti ini terisolasi dari seluruh dunia, termasuk negara Islam.
Namun pada awal 1950, Islam kembali masuk ke Korea. Saat perang saudara antara Korea Utara dan Korea Selatan. PBB mengirimkan dukungannya melalui pasukan Turki.
Kehadiran para tentara Turki, membuat komunitas Muslim Korea pertama terbentuk. Komunitas tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pada 1960-an sudah ada 200 anggota. Hingga pada 1967 Federasi Muslim Korea didirikan. Sepuluh tahun kemudian, umat muslim Korea meningkat menjadi 15.000 orang, dan terus meningkat hingga saat ini mencapai 150.000 orang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |