Gaya Hidup

Indre Wanof Puasa Ramadan 18 Jam di Rusia, Masuk Masjid Seperti Masuk Rumah 

Minggu, 10 April 2022 - 13:41 | 86.58k
Indre Wanof. (FOTO: Dok. Pribadi)
Indre Wanof. (FOTO: Dok. Pribadi)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Menjadi ekspatriat di Rusia tentu sarat dengan pengalaman berharga saat Ramadan tiba. Terutama bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjalankan pengabdian atau menempuh pendidikan. 

Muhammad Indre Wanof, Mahasiswa S2 di Moscow State University of Technology bercerita momen-momen selama tiga puluh hari berpuasa di antara mayoritas penduduk beragama Kristen Ortodoks. Suasana tersebut jelas berbeda ketika ia melewati Ramadan di Tanah Air. 

Advertisement

"Mungkin yang saya rindukan dari Indonesia yaitu azan, orang tadarus. Kalau di sini mungkin nggak terasa. Tapi ketika sekali aja masuk masjid itu ngerasa kayak di rumah. Karena kita jarang mendengar orang azan dan orang ngaji," kata Indre Wanof kepada TIMES Indonesia, Minggu (10/4/2022). 

Sebagai penganut agama minoritas di Moscow, Ibu Kota Rusia, Indre mengaku tidak ada kendala dalam menjalankan ibadah puasa. 

Kendati waktu sahur di Rusia berlangsung lebih cepat. Sekitar jam 02.00 sampai 03.00 dini hari. Kemudian subuh pukul 03.30 waktu setempat. Sementara waktu puasa memang lebih lama. Sekitar 14 hingga 18 jam. Namun lapar maupun dahaga tak akan terasa. Karena Rusia merupakan daerah dingin. 

Apalagi Indre juga memiliki beberapa sahabat dari negara-negara Muslim. Seperti Afganistan, Sudan dan negara-negara daratan Arab atau Negara Asia. Mereka kompak dan kerap berkumpul bersama membuat acara keagamaan. Termasuk momen memasak menu buka puasa bersama.

Jika tidak ada acara buka bersama, Indre pergi sendiri ke restoran yang menjual makanan halal dan kemungkinan menyajikan nasi meskipun itu sangat jarang. Biasanya pemilik resto adalah etnis Tatarstan. Mereka mayoritas muslim. Sama seperti Dagestan. Kota asal Khabib Nurmagomedov. 

"Jadi banyak makanan yang disajikan dan makanan itu menurut saya enak-enak dan harganya nggak jauh beda sama Indonesia. Sama kayak Jakarta," kisahnya. 

Setelah buka puasa, Indre pergi tarawih ke masjid. Jumlah masjid di Moscow bisa dihitung jari. Sangat sedikit. Jamaah tersentral.

"Karena tidak banyak masjid di Moscow, jadi orang-orang muslim agak lebih sentral shalatnya bareng-bareng di masjid yang sama. Jadi nggak terbagi-bagi. Jadi satu tarawihnya," kata dia. 

Waktu tarawih juga cukup lama. Shalat sebanyak 21 rakaat. Namun jika tidak kuat, bisa pulang dan melanjutkan witir di rumah. Sama seperti di Indonesia 

"Jadi ketika saya di masjid terasa kayak rumah banget. Karena di sekitar selain di masjid itu nggak ngerasain puasa Ramadan. Seperti di Indonesia," ucap Indre Wanof. 

Dia juga menceritakan sebuah hal unik dan lucu. Saat mencoba tadarus di kamar asrama mahasiswa usai tarawih. Seseorang bertanya apa yang sedang Indre lakukan? 

"Malah mereka menganggapnya kayak saya baca jimat mantra ketika saya ngaji. Itu menjadi sebuah pengalaman juga ketika kita berada pada situasi yang minoritas atau ada orang yang nggak tahu apa yang udah kita pelajari khususnya dari agama Islam," ungkapnya. 

Namun Indre bangga. Selama ini memang banyak pertanyaan datang tentang filosofi puasa dan apa itu Islam padanya. 

"Jadi banyak tantangan ataupun pertanyaan yang datang dari teman-teman yang memiliki kepercayaan yang berbeda selain agama Islam," imbuhnya. 

Semua jawaban itu akan menjadi sebuah dakwah kecil untuk mengenalkan agama Islam yang damai dan memberi rahmat bagi seluruh alam. 

"Saya senang menjelaskan di situ tentang apa itu Islam apa itu puasa, kenapa kita harus menahan haus dan lapar di bulan Ramadan, filosofi di belakangnya," ujar Indre Wanof. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES