Gaya Hidup

Halusinasi, Ilusi dan Delusi, Serupa tapi tak Sama

Jumat, 09 September 2022 - 03:24 | 169.56k
Ilustrasi pengidap skizofrenia (Foto : SHUTTERSTOCK/STUNNING ART)
Ilustrasi pengidap skizofrenia (Foto : SHUTTERSTOCK/STUNNING ART)

TIMESINDONESIA, MALANGHalusinasi, delusi dan ilusi kerap kali dianggap memiliki makna yang sama. Nyatanya ketiganya serupa namun memiliki arti yang tidak sama.

Halusinasi, delusi dan ilusi adalah istilah yang sering dilekatkan pada penderita gangguan jiwa tertentu. Agar tidak salah kaprah, ayo kenali perbedaanya.

Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar, melihat, mencium, merasakan, atau mencicipi sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi diciptakan oleh pikiran penderita tanpa adanya stimulus eksternal.

Halusinasi sering kali terjadi pada orang yang mengalami gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, gangguan kepribadian ambang, dan gangguan bipolar atau depresi dengan gejala psikosis. 

Halusinasi juga dapat terjadi pada orang yang mengalami gangguan penglihatan, kondisi ini disebut dengan Charles-Bonnes Syndrom. Kondisi ini terjadi ketika penglihatan seseorang mulai menghilang sehingga otak akan mencoba mengisi bagian-bagian yang tidak dapat dilihat. Sehingga terjadilah halusinasi, dapat berupa hal-hal abstrak, hingga kompleks.

Selain itu, halusinasi dapat juga dialami oleh orang yang memiliki gangguan saraf dan otak seperti parkinson, delirium, stroke, dan Alzheimer.

Delusi
Delusi atau waham merupakan salah satu gangguan mental yang serius. Dalam dunia medis delusi juga disebut sebagai psikosis. Orang yang delusional biasanya sulit membedakan antara kenyataan dan imajinasi. 

Seseorang yang delusional sering kali mempercayai sesuatu yang tidak nyata dan salah. Bahkan ketika apa yang ia yakini terbukti tidak benar, ia akan tetap teguh atas apa pemikirannya dan tetap menganggap apa yang ia yakini benar. Contohnya orang yang mempercayai keberadaan alien, UFO, dan bumi datar.

Delusi juga kerap dihubungkan dengan gangguan jiwa lain seperti gangguan paranoid, halusinasi, skizofrenia, dan gangguan bipolar. Jika tidak ditangani dengan baik, delusi dapat menggangu kehidupan sehari-hari penderitanya.

Ilusi
Ilusi terjadi ketika adanya stimulus eksternal yang salah diartikan oleh pancaindra. Sehingga timbul ketidaksesuaian dengan realitas yang ada. Kondisi ini umumnya terjadi pada penderita skizofrenia, akan tetapi juga dapat dialami oleh orang yang sehat secara mental.

Beberapa bentuk ilusi yang sering terjadi adalah ilusi optikal, yang biasanya bermain dengan perspektif, contohnya foto 2D yang terlihat seperti bergerak. ketika berkendara, pepohonan terlihat seperti bergerak atau ketika melihat bayangan suatu benda yang terlihat seperti makhluk hidup. 

Selain itu ada juga ilusi auditori yang menipu pendengaran contohnya ketika mendengar suara tangisan yang sebenarnya berasal dari desiran angin, ilusi olfaktorik yang menipu Indera penciuman, ilusi gustatorik yang memipu indera pengecapan, dan ilusi taktil/perabaan. 

Ilusi taktil umumnya terjadi pada orang yang mengalami amputasi, fenomena ini juga dikenal sebagai phantom limb/anggota tubuh khayalan. Orang yang mengalami phantom limb ini dapat merasakan rasa sakit pada tangan, kaki, atau Anggota tubuh lain yang sudah diamputasi.

Demikian makna halusinasi, delusi dan ilusi yang serupa tapi tak sama. Perlu kita ketahui bahwa otak dan pancaindra kita tidaklah sempurna, sehingga bisa saja salah mengartikan suatu benda atau kejadian, sehingga apa yang kita anggap nyata terkadang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES