Kaus Imlicht, Fashion Ramah Lingkungan dari Serat Bambu

TIMESINDONESIA, MALANG – Kampanye lingkungan bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya melalui kaus ramah lingkungan. Itulah yang diusung oleh Imlicht, kaus yang menggunakan bambu sebagai bahan utamanya.
Naning Suharti, Founder Kaus Imlicht mengatakan, kaus bambu adalah upaya edukasi tentang kepedulian lingkungan kepada masyarakat.
Advertisement
Perempuan asal Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur ini bercerita, ide pembuatan kaus bambu tercetus sejak awal tahun 2022. Ketika itu, Naning melihat tumpukan pakaian yang mencemari lingkungan. Munculkan ide menciptakan produk fashion yang ramah lingkungan dengan bahan yang natural dan eco-friendly.
Setelah riset, akhirnya Naning menemukan bambu sebagai bahan utama pembuatan kaus Imlicht. Sebuah kaus yang ramah lingkungan.
“Awalnya saya riset-riset apakah ada baju yang bisa terbuat dari bahan-bahan organik agar ketika dipakai di tubuh lebih enak dan nyaman Selain itu inovasi produk ini juga masih terbilang minim,” jelas Naning saat ditemui ketika mengikuti Festival Mbois di Malang Creative Center, pada Minggu, 24 September 2023.
Bambu dipilih sebagai bahan utama pembuatan kaus ini karena ia lebih ramah lingkungan. Selain tidak memerlukan pestisida maupun pupuk untuk tumbuh, bambu juga mengandung antibakteri yang baik untuk kesehatan penggunanya.
“Misal kakak menggunakan kaus ini selama satu minggu dan tidak dicuci itu tidak masalah dan tidak akan menimbulkan bau karena ada anti bakteri tersebut,” guraunya untuk mencairkan suasana walaupun apa yang ia katakan memang sebuah fakta.
Produksi pembuatan produk kaus ini masih berada di level home industri. Meskipun begitu, Naning selalu berusaha menjaga kualitas produk dengan menggunakan bahan utama yang berkualitas tinggi yakni bambu yang bisa didapatkan di Bali.
Selain itu, untuk menunjang prinsip keberlanjutan, penggunaan tinta dari ekstrak daun dan akar mangrove yang digunakan pada produk juga telah menggunakan bahan organik dan menambah kualitas produk. Dengan bersumber pada bahan yang berasal dari alam, tentunya kaos ini bisa menjadi alternatif bagi konsumen yang ingin berbelanja produk yang memperhatikan faktor lingkungan.
“Proses penjahitan dan penyablonan kaos yang saya buat ini saya lakukan di home industri saya akan tetapi untuk proses dari bambu sampai menjadi kaus itu terdapat industrinya sendiri,” tuturnya.
Selain mencoba berbuat sesuatu untuk alam, Naning tergerak untuk mendirikan bisnis kaus bambu dengan tujuan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Sejak awal ia telah menggaet teman-teman seperkuliahannya untuk bergabung dalam menjalankan bisnis yang ia dirikan.
Dalam memproduksi kaus bambu, Naning membutuhkan modal sekitar Rp100 ribu hingga Ro 150 ribu untuk satu kaus, tergantung dari desain dan kerumitan detail yang ia terapkan. Harga jual kaus bambu ini pun beragam, berkisar antara Rp150 ribu hingga Rp350 ribu tergantung dari banyaknya tinta yang ditambahkan pada kaus tersebut.
Meskipun saat ini Naning hanya memproduksi kaus dengan model lengan pendek, ia tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan model kaus lainnya, seperti lengan panjang, kemeja, atau bahkan baju muslim.
Naning mengatakan bahwa ia memiliki keunikan dalam sistem produksi yang ia jalankan. Ia ingin mengangkat etika produksi dengan tidak mempekerjakan anak di bawah umur dan menyetarakan hak dan kewajiban para pegawainya.
Keunggulan dari kaus bambu, Imlicht, adalah bagi para konsumen untuk kesehatan pastinya jauh lebih bagus. Selain itu, Naning juga ingin mengajak para konsumen untuk turut andil dalam menjaga ekosistem lingkungan dan mengurangi limbah tekstil. Kaus ini sangat cocok untuk pengguna yang memiliki kulit sensitif karena bahannya yang sangat lembut, dingin, dan nyaman dipakai.
Meski terbuat dari bahan organik, teknik perawatan kaus Imlicht hampir sama dengan kaus lainnya. Naning menyarankan agar semua pakaian dicuci secara manual karena pakaian yang dicuci menggunakan mesin akan lebih cepat rusak.
Namun, kendala yang dihadapi Naning dalam membuat kaus Imlicht cukup banyak. Proses pembuatannya yang rumit mulai dari tumbuhan yang diekstrak untuk jadi tinta dan untuk pemasaran harus mengedukasikan terlebih dahulu kepada konsumen. Namun, dia percaya bahwa konsumen akan tertarik jika tahu apa perbedaan kaus ini dengan yang lainnya.
“Harapan saya dengan adanya kaus Imlicht ini yakni masyarakat lebih melek tentang lingkungan karena bumi kita itu lagi sakit sekarang dan di sisi lain kaus bambu dengan bahan organik lebih bagus untuk kesehatan,” tuturnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |