Hari Ibu, Sejarah dan Awal Peringatannya di Indonesia

TIMESINDONESIA, MALANG – Hari Ibu, sebuah momen istimewa yang secara universal diakui sebagai wujud penghargaan dan cinta kasih terhadap sosok penuh kelembutan yang telah membimbing dan memberikan kasih sayang sepanjang hidup kita. Sejarah Hari Ibu memiliki akar yang dalam dan bermakna, menjadi momentum untuk merenung tentang perjuangan, dedikasi, dan kekuatan seorang ibu.
Di Indonesia, Hari Ibu dirayakan tiap 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional. Di beberapa negara, Hari Ibu atau Mother's Day diperingati pada hari Minggu pekan kedua bulan Mei.
Advertisement
Sejarah Hari Ibu
Sejarah Hari Ibu bermula pada awal abad ke-20 di Amerika Serikat. Seorang aktivis bernama Anna Jarvis memulai gerakan untuk mendirikan hari khusus sebagai penghormatan kepada seorang ibu.
Anna Jarvis, seorang pejuang sosial yang bekerja keras untuk membantu ibu-ibu setempat dalam menyikapi permasalahan kesehatan dan sosial. Anna Jarvis juga dikenal sebagai sosok yang mempromosikan perdamaian selama Perang Saudara Amerika.
Pada 1908, Anna Jarvis berhasil mengorganisir acara peringatan Hari Ibu pertama di Grafton, Virginia Barat. Ann Jarvis kemudian membuat proposal untuk menjadikan Hari Ibu sebagai hari libur nasional. Kongres Amerika Serikat saat itu menolak proposal itu.
Namun, pada 1911, seluruh negara bagian di Amerika Serikat sepakat menjadikan Hari Ibu sebagai hari libur. Baru kemudian pada 1914, Presiden Woodrow Wilson menandatangani deklarasi untuk menjadikan Hari Ibu sebagai hari libur nasional.
Hari libur nasional di AS untuk memperingati seorang Ibu, ditetapkan pada hari Minggu pekan kedua bulan Mei.
Hari Ibu di Indonesia
Berbeda dengan di Amerika Serikat, Hari Ibu di Indonesia dirayakan setiap tanggal 22 Desember. Presiden Soekarno meresmikannya dalam bentuk Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928.
Pada awalnya Bung Karno memang memilih tanggal itu agar sesuai dengan semangat Kongres Perempuan Indonesia 1928: Merayakan semangat dan kesadaran wanita Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Namun, dalam perjalannya makna itu mulai berubah. Kini, makna Hari Ibu lebih banyak menyoroti rasa cinta terhadap ibu.
Sekadar diketahui, Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, digelar dari 22 hingga 25 Desember 1928 di gedung bernama Dalem Jayadipuran, yang kini merupakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta. Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra.
Di Indonesia, organisasi wanita telah ada sejak 1912, terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan wanita Indonesia pada abad ke-19 seperti Kartini, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dan sebagainya. Kongres dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan.
Pengakuan Internasional Hari Ibu
Budaya merayakan Hari Ibu di beberapa negara berbeda. Setiap negara mempunyai cara tersendiri untuk merayakan hari Ibu, namun esensinya tetap sama: menghormati peran ibu dalam kehidupan sehari-hari.
Di era modern ini, perayaan Hari Ibu tidak hanya menjadi ajang penghargaan dan kasih sayang, tetapi juga untuk merenung tentang peran perempuan dalam masyarakat yang semakin berkembang. Wanita tidak hanya menjadi pendukung keluarga, tetapi juga memiliki peran yang semakin besar dalam dunia profesional, ilmiah, dan politik.
Hari Ibu kini juga menjadi ajang refleksi untuk memahami pentingnya pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, dan hak-hak perempuan. Melalui pendidikan dan dukungan yang memadai, perempuan dapat mengukir prestasi luar biasa di berbagai bidang, membuktikan bahwa mereka adalah sosok yang tak hanya hebat sebagai ibu, tetapi juga sebagai pemimpin dan penggerak perubahan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |