Modoka Migina: Menyelami Tradisi Perkawinan Suku Galela
TIMESINDONESIA, MOROTAI – Modoka Migina atau dapat diartikan sebagai bawaan pengantin wanita setelah resmi menikah. Modoka Migina merupakan tradisi pernikahan Suku Galela yang masih dilestarikan sampai saat ini di desa Mamuya, Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara.
Hal tersebut disampaikan Pembina Sanggar Budaya Gogaro Nyinga, Desa Mamuya Galela, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Muhammad Diadi saat dikonfirmasi TIMES Indonesia, Minggu (24/12/2023).
Advertisement
Tarian adat Cakalele dalam menyambut mempelai laki laki. (FOTO: Muhammad Diadi For TIMES Indonesia).
"Modoko Migina berasal dari bahasa adat Galela yang terbagi atas dua suku kata yaitu Modoka dan Migina. Modoka artinya pengantin wanita sedangkan Migina artinya hantaran atau bawaan," ungkapnya.
Bawaan dari pengantin wanita adalah berupa alat-alat tradisional Galela yang akan dijadikan sebagai perabotan rumah tangga selama membina keluarganya.
Berikut nama-nama alat tradisional Galela yang akan menjadi bawaan pengantin wanita.
Tate adalah saringan atau ayakan tepung, Tatapa: saringan atau ayakan beras, Sosolota: penjepit api dan makanan dari rotan, Sesa: sapu lidi, Sasadu: pengaduk nasi, Kiaro: tas keranjang wanita, Dadaho: kipas api, Jungutu Etui: alas duduk dan tidur, Roroku: wadah mengangkat sampah, Sulanga: baskom cuci pakian, Lelenga: piring.
Boso: balanga, Palaudi: tas keranjang pria, Kokori: parutan kelapa, Tagalaya: tempat nasi, Ngengele: tempat penjepit api dan makanan dari bambu, Iru-iru atau Gugui: pengaduk kuah, Tolu: topi petani dan nelayan, Ngangalo: penumbuk sagu, Gogunange: cetakan sagu, Rube: tempayan air, Telaga Magihi: rak piring, Dederu: wadah perabotan rumah tangga.
Muhamad Diadi mengatakan bawaan atau hantaran ini juga mempunyai makna bahwa mempelai wanita mampuh mengurusi suami dan anak-anaknya serta menjadi seorang ibu yang bertanggunjawab.
"Mari jaga, belajar dan lestarikan torang pe'adat-istiadat jangan hilang karena jaman. Memperkenalkan budaya Galela pada generasi mengajak mereka untuk belajar agar kelak budaya tidak hanya menjadi tumpangan di ingatan saja. Syukuru idala-dala," ajak Pembina Sanggar Budaya Gogaro Nyinga, Mamuya Galela, Muhammad Diadi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |