Gaya Hidup

Tradisi Barongsai Meriahkan Cap Go Meh di Vihara Avalokitesvara Kota Tasikmalaya

Senin, 26 Februari 2024 - 13:35 | 49.53k
Pertunjukkan Barongsai dalam rangkaian perayaan Cap Go Meh di Vihara Avalokitesvara, Jalan Pemuda, Empangsari, Tawang, Kota Tasikmalaya, beberapa hari yang lalu. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Pertunjukkan Barongsai dalam rangkaian perayaan Cap Go Meh di Vihara Avalokitesvara, Jalan Pemuda, Empangsari, Tawang, Kota Tasikmalaya, beberapa hari yang lalu. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Suara tetabuhan yang khas dan menggema dari Vihara Avalokitesvara yang terletak di kawasan Jalan Pemuda No. 11 , Empangsari, Tawang, Kota Tasikmalaya. Vihara ini menjadi saksi kegiatan budaya yang bersemi di tengah masyarakat Tionghoa setempat.

Sebagai bangunan vihara tertua yang berdiri megah sejak tahun 1951, vihara ini telah menjadi tempat berlangsungnya berbagai peristiwa bersejarah dan tradisi yang kaya akan makna yang menjadi kekayaan seni dan budaya Indonesia.

Advertisement

Pertunjukkan atraksi Barongsai telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam rangkaian perayaan Cap Go Meh di Vihara Avalokitesvara Tasikmalaya.

WNI-turunan-Tionghoa.jpgSeorang WNI turunan Tionghoa saat memberikan angpau (amplop) kepada salah satu barongsai di di Vihara Avalokitesvara, Jalan Pemuda, Empangsari, Tawang, Kota Tasikmalaya, beberapa hari yang lalu. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Cap Go Meh, yang merupakan perayaan akhir Tahun Baru Imlek yang dirayakan dengan penuh sukacita, menjadi momen berharga bagi keluarga dan teman-teman untuk berkumpul dan merayakan bersama.

Tradisi ini tidak hanya dikenal di Kota Tasikmalaya, tetapi juga tersebar luas di berbagai komunitas Tionghoa di seluruh dunia.

Ho Cung Tek, seorang warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Babakan Payung, Cihideung, Kota Tasikmalaya, menjelaskan bahwa atraksi Barongsai merupakan bagian dari tradisi nenek moyang yang berasal dari Cina.

Menurutnya, meskipun di Cina atraksi ini sering diselenggarakan dalam berbagai upacara seperti pernikahan, di Indonesia atraksi Barongsai umumnya hanya terjadi pada hari-hari besar seperti Imlek dan Cap Go Meh.

Ho Cung Tek, yang akrab disapa Ko Tek Tek, berharap agar seni Barongsai di Kota Tasikmalaya dapat terus dikembangkan dan bahkan dijadikan atraksi olahraga yang dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga dapat menjadi bagian dari kekayaan budaya Nusantara.

"Ini tradisi dari Cina, kalau di Cina biasa di gelar dibeberapa upacara misalkan ada pernikahan, tapi kalau sekarang di Indonesia hanya di hari besar seperti Imlek, Cap Go Meh,"ungkap Ko Tek tek, Senin (26/2/2024)

Menurutnya, tradisi Barongsai tidak hanya harus dilihat dari sudut pandang hiburan semata, tetapi juga dari nilai budaya yang terkandung di dalamnya, salah satunya budaya berbagi.

"Sekarang ada beberapa perubahan dalam sajian gelaran Barongsai dimana kalau dahulu beriringan dengan tradisi petasan, tapi sekarang di Indonesia tradisi petasan itu di hilangkan mengingat faktor keamanan dan dirubah menjadi tradisi kembang api," tuturnya.

Ia menambahkan dan berharap seni barongsai di Kota Tasikmalaya dapat dikembangkan dan dapat dijadikan atraksi olahraga yang dapat digemari oleh masyarakat sehingga menambah khazanah budaya nusantara. Ia pun berharap tiap tahunnya ada pertunjukan barongsai.

"Ada pun barongsai jangan dilihat sudut pandang ngamennya saja tapi harus dilihat dari nilai budaya berbagi, yang momennya pas di acara besar dan dapat berkembang menjadi event yang dapat dipertandingkan oleh beberapa perguruan sehingga dapat menjadi sebuah kekayaan budaya nusantara," tandasnya

Berbeda dengan pandangan Ho Cung Tek, ada Wo Tjong Hoa, seorang warga keturunan Tionghoa lainnya yang tinggal di Citapen, Kahuripan, Tawang Kota Tasikmalaya.

Bagi Wo Tjong Hoa, atraksi Barongsai merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan Cap Go Meh yang selalu digelar setiap tahun dan menjadi momen kebahagiaan bagi warga Tionghoa di Kota Tasikmalaya.

Perayaan Cap Go Meh di Vihara Avalokitesvara biasanya dimulai dengan makan bersama Lontong Cap Go Meh pada sekitar jam 11 siang. Wo Tjong Hoa, atau yang lebih akrab disapa Tjong-tjong, menyebutkan bahwa perayaan ini memiliki makna spiritual dan sosial yang mendalam.

Ia berharap bahwa melalui momen perayaan tersebut, kerukunan antar umat beragama di Tasikmalaya tetap terjaga, dan semua dapat bersatu dalam menjaga kondusifitas di lingkungan masing-masing.

Kedua pandangan tersebut menjadi cerminan dari kekayaan budaya dan keberagaman yang ada di Kota Tasikmalaya. Tradisi Barongsai tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi medium bagi masyarakat untuk memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan.

Dengan berbagai upaya pemeliharaan dan pengembangan, tradisi ini dapat terus dilestarikan dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas budaya Nusantara.

"Saya berharap momen Cap Go Meh di mana momennya setelah Pilpres 2024, kita seluruh masyarakat akan mengedepankan konsep kebersamaan di mana pemimpin yang terpilih dapat menciptakan sebuah kebersamaan dan kerukunan tetap bisa terjaga, sambil mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil, khususnya setelah masa-masa sulit akibat pandemi Covid-19." pungkas Tjong-tjong. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES