
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mengeluarkan peringatan keras tentang bahaya yang ditimbulkan oleh panas ekstrem. Guterres menyatakan bahwa panas diperkirakan membunuh hampir setengah juta orang per tahun.
"Panas diperkirakan membunuh hampir setengah juta orang per tahun, sekitar 30 kali lebih banyak dari pada siklon tropis," kata Guterres dalam konferensi pers, Kamis (25/7/2024).
Advertisement
"Kita tahu apa yang mendorongnya -- perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan bahan bakar fosil. Dan kita tahu itu akan menjadi lebih buruk," ujar Guterres.
Menurutnya, panas ekstrem kini menjadi "ketidaknormalan baru" yang menghancurkan ekonomi, memperlebar kesenjangan sosial, melemahkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB, dan menyebabkan banyak korban jiwa.
Olhe karenanya, dalam pidato, Guterres mengumumkan empat area fokus untuk mengatasi dampak panas ekstrem, yakni merawat yang paling rentan, meningkatkan ketahanan ekonomi dan masyarakat dengan menggunakan data dan sains, meningkatkan perlindungan bagi pekerja, dan mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
Guterres menekankan bahwa fokus komunitas internasional saat ini harus pada dampak panas ekstrem.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa masih banyak gejala krisis iklim lainnya yang memerlukan perhatian, seperti badai dahsyat, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan naiknya permukaan air laut.
Untuk mengatasi gejala-gejala tersebut, dia berkata, "Kita perlu melawan penyakit. Penyakit itu adalah kegilaan yang membakar satu-satunya rumah kita. Penyakit itu adalah kecanduan bahan bakar fosil. Penyakit itu adalah tidak adanya tindakan untuk mengatasi perubahan iklim."
Ia menyerukan kepada dunia untuk segera bertindak menghadapi tantangan kenaikan suhu.
Dia mengajak G20 harus mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan mendukung negara-negara dan masyarakat yang rentan.
Pesan Guterres jelas, panas ekstrem memiliki dampak ekstrem pada manusia dan planet ini. Dunia harus bersatu dan bangkit untuk menghadapi tantangan ini, demi menyelamatkan nyawa dan melindungi bumi yang kita tinggali. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |