Gaya Hidup

Koleksi Museum Sunan Drajat Batik Singomengkok, Camella : Filosofi Motif Batik Warisan Abad ke-18

Selasa, 03 Desember 2024 - 15:32 | 29.61k
Camella Sukma Dara, Arkeolog sekaligus Direktur Kailasa Kreasi Nusantara, saat menjadi narasumber dalam seminar hasil Kajian Koleksi Museum Batik Singomengkok di Aula Disparbud Lamongan, Selasa (3/12/2024). (FOTO: Moch. Nuril Huda/TIMES Indonesia)
Camella Sukma Dara, Arkeolog sekaligus Direktur Kailasa Kreasi Nusantara, saat menjadi narasumber dalam seminar hasil Kajian Koleksi Museum Batik Singomengkok di Aula Disparbud Lamongan, Selasa (3/12/2024). (FOTO: Moch. Nuril Huda/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LAMONGANBatik Singomengkok, salah satu koleksi berharga Museum Sunan Drajat, menyimpan cerita mendalam tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai luhur Nusantara. 

Camella Sukma Dara, Arkeolog sekaligus Direktur Kailasa Kreasi Nusantara, menjelaskan bahwa batik ini merupakan peninggalan berharga yang berasal dari keturunan Sunan Drajat di Bangkalan. 

Advertisement

"Hibah ini diberikan oleh Sukandar, anak angkat Mbah Cokrokusumo, yang merupakan keturunan Sunan Drajat pada tahun 2003," kata Camella usai Seminar Hasil Kajian Koleksi Museum Batik Singomengkok di Aula Disparbud Lamongan, Selasa (3/12/2024). 

Museum-Batik-Singomengkok-2.jpg

Meski kondisi fisiknya kini rapuh dengan banyak sobekan, nilai filosofis yang terkandung dalam Batik Singomengkok tetap dijaga dan dikaji lebih dalam. 

"Batik ini memiliki empat motif utama, yakni singa, mahkota, kubah masjid, dan burung garuda. Setiap motif ini sarat makna dan menjadi refleksi ajaran serta budaya yang berkembang sejak abad ke-18," ujarnya. 

Camella menjelaskan, untuk masing-masing makna dibalik motif batik Singomengkok. Pertama, motif ini dipercaya terinspirasi dari gamelan peninggalan Sunan Drajat dengan ornamen Singomengkok. 

Museum-Batik-Singomengkok-3.jpg

"Singa melambangkan kebijaksanaan dan kekuatan untuk menangkal sifat buruk manusia," tuturnya. 

Motif Burung Garuda melambangkan ajaran hasta brata, delapan sifat utama pemimpin bijaksana yang mengutamakan kepentingan bangsa di atas segalanya.

"Motif ini juga merepresentasikan semangat kebangsaan di era kerajaan," katanya. 

Kemudian motif Kubah masjid menjadi simbol keimanan kepada Allah SWT dan hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (habluminallah) serta sesama manusia (habluminannas). 

"Terakhir motif Mahkota melambangkan kekuasaan duniawi, sebagai perlambang otoritas dan tanggung jawab seorang pemimpin," tuturnya. 

Camella menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam batik ini.

"Kita berusaha untuk mengkonservasi, bukan secara fisik karena kondisi batik sudah memprihatinkan, melainkan makna dari motif-motifnya," ujarnya.

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh wawancara dengan Hidayat Ikhsan, keturunan ke-14 Sunan Drajat sekaligus pencetus Museum Sunan Drajat.

"Perpaduan empat motif ini tidak hanya estetis, tetapi juga mencerminkan ajaran luhur Sunan Drajat yang relevan hingga kini," katanya. 

Sebagai warisan budaya sejak abad ke-18, Batik Singomengkok diharapkan dapat diakui sebagai kekayaan khas Kabupaten Lamongan.

"Dengan mengkonservasi nilai filosofinya, semoga Batik Singomengkok dapat diusulkan menjadi tinggalan budaya atau batik khas Lamongan," ucapnya. (*)​

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Satria Bagus

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES