Gaya Hidup

WJSC, Trend Mendaki Gunung di Kalangan Perempuan

Rabu, 04 Desember 2024 - 16:09 | 38.01k
Sejumlah peserta WJSC saat menuju kawasan Gunung Cakrabuana beberapa tahun yang lalu. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Sejumlah peserta WJSC saat menuju kawasan Gunung Cakrabuana beberapa tahun yang lalu. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Aktivitas mendaki gunung kini semakin digandrungi, terutama oleh kaum muda. Menariknya, pendakian tidak lagi didominasi oleh kaum pria. Trend ini mulai meluas ke kalangan perempuan yang menjadikan kegiatan outdoor sebagai bagian dari gaya hidup. 

Trend aktivitas olahraga alam bebas yang dilakukan oleh para perempuan lebih dari sekadar pelepas penat, bagi sebagian orang, mendaki adalah sarana belajar, refleksi diri, dan bentuk interaksi dengan alam.

Advertisement

Women Jungle Survival Course: Edukasi dan Konservasi Alam di Gunung Cakrabuana

Hal tersebut diungkapkan oleh Miftah Rizky, Ketua Forum Komunikasi Cinta Alam Tasikmalaya (FKPAT), saat mempersiapkan penyambutan 100 peserta Women Jungle Survival Course (WJSC) yang akan digelar Eiger Adventure Service Team (EAST) 6-11 Desember 2024di kawasan Gunung Cakrabuana, Kabupaten Tasikmalaya. Menurut Miftah, kegiatan ini bukan hanya sekadar rekreasi, tetapi juga ajang pembelajaran yang mendalam.

“Mendaki bukan sekadar bermain. Di WJSC, peserta belajar bertahan hidup di alam dan memahami arti sebenarnya dari perjalanan pendakian,” jelas Miftah yang akrab disapa Babol, Rabu (4/12/2024).

Ia menambahkan bahwa banyak biro perjalanan kini menawarkan open trip khusus bagi perempuan. Selain menjadi wadah rekreasi, kegiatan ini memberikan dampak positif bagi pengembangan pariwisata dan konservasi.

Sementara itu pegiat olahraga alam bebas, Adam Malik, yang mendalami teknik panjat tebing di Sekolah Panjat Skyger Bandung, mengungkapkan bahwa mendaki gunung adalah proses penggalian karakter diri.

“Saat mendaki, setiap individu menghadapi tantangan fisik dan mental. Situasi seperti medan berat dan cuaca ekstrem sering memunculkan sifat asli seseorang, mulai dari kesabaran hingga egoisme,” ujarnya.

Adam menambahkan bahwa mendaki mengajarkan kepedulian terhadap sesama. Prinsip “tidak meninggalkan teman di belakang” menjadi pelajaran penting yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap langkah menuju puncak adalah simbol kesabaran dan penghargaan terhadap proses.

Mendaki meurutnya bukan hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Adam menyoroti bahwa masih banyak pendaki yang kurang memahami etika lingkungan.

“Banyak pendaki yang tidak mempersiapkan diri dengan baik. Peralatan yang dibawa sering kali tidak memadai, dan kesadaran akan keselamatan diri serta tanggung jawab terhadap lingkungan masih rendah,dan di WJSC ini para pesertaditempa” katanya.

Adam berharap melalui kegiatan seperti WJSC, peserta dapat memahami pentingnya edukasi dan persiapan sebelum mendaki.

Gunung Cakrabuana: Lokasi Favorit untuk Pembelajaran Pendaki Pemula

Gunung Cakrabuana di Kabupaten Tasikmalaya menjadi pilihan ideal bagi pendaki pemula. Medannya yang bervariasi menjadikannya lokasi favorit untuk pelatihan pecinta alam di wilayah Priangan Timur. 

Ia menyebutkan bahwa pelatihan di gunung yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati ini dapat memberikan pemahaman mendalam tentang survival di alam bebas.

Edukasi dan regulasi menjadi aspek penting untuk mengurangi risiko kecelakaan dan kerusakan lingkungan. Miftah menegaskan pentingnya peraturan ketat dari pihak basecamp agar pendaki memahami etika pendakian dan membawa peralatan yang sesuai.

“Kesadaran dan pengetahuan dasar pendakian sangat diperlukan. Sosialisasi mengenai etika lingkungan harus terus digalakkan,” imbuhnya.

Mendaki gunung menawarkan pelajaran berharga yang tidak bisa didapatkan di tempat lain. Bagi para pendaki pemula, penting untuk menikmati proses pendakian, bukan hanya fokus pada puncak.
Kesimpulan: Jadilah Pendaki yang Bertanggung Jawab

Mendaki gunung adalah perjalanan yang mengajarkan banyak hal, mulai dari kesabaran, kerja sama, hingga rasa tanggung jawab terhadap alam. Namun, tanpa persiapan yang matang, kegiatan ini bisa menjadi berisiko. Oleh karena itu, setiap pendaki harus membekali diri dengan pengetahuan yang cukup.

"Mari belajar dari alam, hargai setiap langkah, dan jadilah pendaki yang peduli. Alam adalah warisan yang harus dijaga untuk generasi mendatang. Sebab, keindahan yang kita nikmati hari ini, adalah amanah untuk masa depan," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES