Gayeng With YM

Niat Sama Doa Itu, Beda

Sabtu, 05 Maret 2016 - 07:50 | 708.17k
Ilustrasi
Ilustrasi
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Niat sama doa itu, beda. Jangan disamain. Tar kalau orang dikit-dikit ke Allah, punya hajat, jadi ga boleh, sebab takut disebut ga ikhlas.

Dekatkan yang pengen dunia, kepada Yang Punya Dunia. Supaya mereka mintanya ke Allah, dengan Cara-carannya Allah. Pakenya juga sesuai yang Allah mau nantinya.

Advertisement

Salah satu pintu supaya hajat dikabul, justru adalah ibadah. Maka sesiapa yang ibadah, sebab hajatnya memang pengen dikabul, mestinya? Malah dianjurkan.

Tapi buat mereka-mereka yang masuk lewat pintu ibadah, atau pake ibadah, supaya hidup enak, hajat kekabul, dan lain-lain, hanya boleh meminta, ga boleh memaksa Allah.

Dan hiasi ibadah-ibadah, dan doa-doa, dengan perhiasan taqwa, kesabaran, baik sangka. Jauhi juga dosa-dosa baru, dan perbanyak sedekah.

Dhuha, minta supaya dapat kerjaan. Ini wilayah doa atau niat? Wilayah doa. Bukan niat. Niat mah tentang ushollii sunnatadh-dhuhaa…

Baca Quran, shalawat, zikir, sedekah, supaya rizki lancar? Wilayah doa apa niat? Wilayah doa. Kalo sudah judulnya: supaya, maka supaya itu, doa.

“Saya sedekah supaya anak saya turun panasnya.” Nah, ini doa. Bukan niat. Doa tatkala dia mau sedekah, supaya anaknya sembuh.

“Nyopot cincin, supaya dituker dengan jodoh terbaik.” Ini doa. Bukan niat. Niatnya? Sedekah. Doanya? Supaya dapat jodoh.

“Sedekah, supaya bisa punya anak?”. Ini wilayah doa. Bukan niat. Sama sekali ga ganggu keikhlasan, dan ga akan ngurangin pahala akhirat.

Sebaik-baik doa, yang diiringi sedekah.

Sedekah, jangan ragu buat doa, buat minta. Bahkan tatkala kita ga sanggup sedekah, pun tetap aja ga ada halangan meminta.

Saya bikin Paytren, bikin E-Miracle, buka seminar, buka pelatihan, supaya jadi jalan, langkah, strategi, supaya bisa bersedekah lebih banyak. Doain yah..

Baca Quran, terus langsung tutup begitu saja, boleh ga? Tanpa doa? Ya boleh. Hanya kan sayang. Maka, habis ibadah, ya doa lah. Mintalah.

Sampe sini, banyak yang beda. Ya gapapa toh. Pendapatan kan juga beda-beda, he he he.

“Baca Quran, dhuha, tahajjud, sedekah, koq kepengen kaya?”. Tanya, “Loh, situ ga mau?” He he he he… Saya mah, mau. Kaya plus-plus.

Namanya juga minta. Minta kaya. Ya boleh toh. Siapa yang bisa melarang seorang hamba meminta sama Allah?

Kaya, sembuh, jodoh, anak, kerjaan, sehat, bahagia, dan lain-lain, permintaan, semua ya hanya permintaan. Ga dikasih, ya jangan ngambek.

“Nanti kalau ga diganti Allah, kecewa? Marah?”. Nah, ini 2 kali su-udzdzan. Yang satu, nuduh Allah ga ganti. Yang ke-2, nuduh ke orang lain, bahwa dia bakalan gitu.

Betapapun, selalu boleh beda. Wong cara pandangnya ya beda. Yang lain mengatakan tidak ikhlas. Tapi saya? Mengatakan, karena saya percaya Janji Allah.

Yang berseberangan pendapatnya, silahkan kemukakan pendapatnya. Tanpa tanda seru. Tetep kalem.

Izinkan saya tetep terus meminta sama Allah. Ketika saya beramal, beribadah, atau ketika saya ga punya amal, dan tanpa dibarengi ibadah.

Maksudnya, untuk meminta kepada Allah, ga harus juga harus sedekah. Sedekah itu, satu keutamaan lebih, dari kita, untuk Allah.

Dan bahwa mereka yang meminta, lalu bersedekah, baik sebelum atau sesudah meminta, tentu kedudukannya beda dengan yang meminta dengan tangan kosong.

Bahwa permintaan itu jangan hanya permintaan dunia, tapi juga yang berdimensi akhirat, nah ini saya setuju. Sepuluh malah. Tambahin doa-doanya.

Misal, sedekah motor. Pengen mobil. Niatnya kan sedekah. Mintanya, mobil. Tambahin, “Supaya kalau ngaji kemana-mana, bisa bawa keluarga.” Dengan demikian, permintaan akan “dunia”, udah punya wangi-wangi akhirat.

Nyopot cincin, lalu minta jodoh. Gimana caranya supaya ga bersifat dunia saja? Hmmm… Kalo jodoh, itu udah berbau akhirat juga. Tau kenapa?

Karena orang yang minta jodoh, itu kan pastinya pengen nikah. Nikah itu ya udah perintah agama. Sunnah Nabi. Makin ngebet, makin akhirat, he he.

Kalau ga yakin, tambahin, “Minta jodoh ya Allah, yang saya bisa jadi makmumnya saat shalat malam…” Nah, ini udah ada akhiratnya.

“Kasih saya duit 1 Miliar ya Allah!”. Boleh ga? Ga boleh, ada tanda seru, he he. Sama ustadz aja ga boleh pake tanda seru, he he…

Atau, “Kasih saya jodoh ya Allah, yang saya bisa barengan ngatamin Quran, barengan sedekah, barengan qiyaamullail…” Ini juga berbau akhirat.

Ganti redaksinya, “Yaa Allah, saya minta 1 Miliar…”. InsyaaAllah bininye noel, “Kebanyakan Bang… Buat bayar kontrakan aje. 300 rebu”

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : YusufMansur.com

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES