Hukum dan Kriminal

Pegiat Antikorupsi Yogyakarta Desak Tuntaskan Dugaan Korupsi Hibah Pariwisata

Senin, 22 Januari 2024 - 23:51 | 26.37k
Pegiat antikorupsi Jogja Corruption Watch (JCW) Baharuddin Kamba menggelar aksi tunggal di depan Kantor Kejari Sleman. (FOTO: A Riyadi/TIMES Indonesia)
Pegiat antikorupsi Jogja Corruption Watch (JCW) Baharuddin Kamba menggelar aksi tunggal di depan Kantor Kejari Sleman. (FOTO: A Riyadi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Sudah berbulan-bulan ditangani, pengusutan kasus dugaan korupsi dana hibah pariwisata Kabupaten Sleman ada perkembangan yang signifikan. Untuk memancing semangat tim penyidik Kejari Sleman agar kembali naik, pegiat antikorupsi Jogja Corruption Watch (JCW) Baharuddin Kamba menggelar aksi tunggal.

Aksi tersebut dilakukan di depan kantor Kejaksaan Negeri Sleman, Senin (22/1/2024) siang. Aksi tunggal ini dilakunnya untuk mendukung Kejari Sleman untuk segera menuntaskan kasus dugaan korupsi dana hibah pariwisata Kabupaten Sleman. Hal ini mengingat kasus tersebut kini naik tahap penyidikan namun belum ada penetapan tersangka.

Advertisement

“Penanganan kasus ini sudah satu tahun lamanya. Tetapi, Kejari Sleman terkesan lamban dalam penuntasan kasus dana hibah pariwasata Sleman ini. Ada apa?” tanya Baharudin saat aksi.

JCW-2.jpg

Dalam aksi tunggal tersebut, Bahar, sapaan akrab Baharuddin Kamba, membawa dua ekor anak ayam berwarna kuning dan orange, dan sapu lidi. Ia juga terlihat membawa sejumlah uang kertas mainan, mengenakan lurik garis lurus, membawa dua bungkus tolak angin serta mengenakan topi.

Lagi-lagi, Bahar menegaskan bahwa aksi tunggal di depan kantor Kejari Sleman ini sebagai bentuk dukungan dirinya kepada tim penyidik Kejari Sleman agar segera menuntaskan kasus dugaan korupsi dana hibah pariwisata Kabupaten Sleman.

Menurutnya, dua ekor anak ayam sebagai simbol agar Kejari Sleman memiliki "taji" dalam menuntaskan kasus dana hibah pariwisata kabupaten Sleman. Nantinya, dua anak ekor ayam ini akan tumbuh besar dan memiliki taji.

Sementara uang mainan dan sapu lidi memiliki makna bahwa dalam penuntasan kasus ini harus bersih dari intervensi dari siapapun dan KKN. Simbol kain lurik motif garis lurus dimaknai agar menuntaskan kasus dana hibah pariwisata Sleman tegak lurus atau on the track dalam penanganannya.

“Sedangkan dua bungkus tolak angin sebagai harapan agar Kejari Sleman tidak 'masuk angin' dalam penuntasan kasus dana hiban pariwisata ini,” tegas Bahar.

Aksi tunggal aktivis JCW ini mendapat respon dari Kepala Seksi Intelejen (Kasintel) Kejari Sleman, Ginanjar. Menurut Ginanjar, Kejari Sleman berterimakasih kepada masyarakat khususnya aktivis JCW yang mengawal kasus dana hibah pariwisata Sleman ini.

“Terima kasih sudah peduli mengawal kasus yang ditangani Kejari Sleman,” terang Ginanjar. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES