Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS Hibahkan Alat Konverter-Kit Dual Fuel untuk Nelayan

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Bahan bakar merupakan kebutuhan pokok bagi nelayan dalam mencari ikan di laut. Apabila harga dan ketersediaan bahan bakar mahal atau bahkan langka, tentu akan berdampak pada nelayan. Dan imbasnya adalah untuk mencukupi nafkah bagi keluarga nelayan.
Dosen dari Departemen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tergerak untuk membantu memberikan solusi atas permasalahan itu dengan mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat (abdimas).
Advertisement
Tim pengabdi dari Dosen Teknik Sistem Perkapalan ITS terdiri dari 5 orang anggota dari laboratorium mesin kapal atau Marine Power Plan.
Adalah Adhi Iswantoro sebagai ketua kegiatan pengabdian masyarakat dan beranggotakan I Made Ariana, Prof. Semin, Prof. Aguk Zuhdi M.F. dan Beny Cahyono.
Mereka tergabung dalam tim pengabdi yang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat kepada nelayan di daerah Kedung Cowek, Bulak Kenjeran, Surabaya pada Minggu 21 November 2021.
Pada pengabdian ini tim dosen ITS menghibahkan alat converter-kit dual fuel bagi nelayan. Tak hanya itu alat tersebut juga dipasang pada mesin kapal nelayan kemudian diuji berlayar selama kurang lebih 1 jam di selat Madura.
“Pada kegiatan pengabdian masyarakat tahun ini, sebetulnya adalah lanjutan dari tahun lalu. Jika tahun lalu kita memberikan pelatihan kepada nelayan tentang mesin dual fuel, maka tahun ini kita memberikan hibah berupa alatnya, yaitu konverter-kit dual fuel. Sehingga mesin kapal bisa beroperasi menggunakan dua jenis bahan bakar sekaligus yakni solar dan gas," ujar ketua tim pengabdi, Adhi, Senin (22/11/2021).
Pada kesempatan tersebut para Dosen yang dibantu mahasiswa juga memberikan tata cara bagaimana mengoperasikan mesin dual fuel. Terlihat para nelayan sangat antusias dan sering memberikan pertanyaan kepada tim dosen.
“Iya, jadi tadi kita sudah memasang alat konverter-kit di salah satu kapal nelayan. Dan kita langsung melakukan ujicoba berlayar selama kurang lebih 1 jam. Alhamdulillah hasilnya bagus dan tidak ada kendala selama penggunaan. Mesin dapat beroperasi sebagaiman mestinya," ungkapnya.
Menurut nelayan, mesin dual-fuel ini sangat bermanfaat di tengah mahalnya bahan bakar minyak (BBM) dan kadang langka di pasaran. Oleh sebab itu penggunaan mesin dual fuel dinilai sangat membantu nelayan karena ada alternatif bahan bakar lain yaitu bahan bakar gas (BBG).
“Harapan kami tentu ini bisa membantu nelayan. Hasil penelitian yang kami lakukan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Tujuannya dengan mesin yang telah dimodifikasi menjadi dual fuel ini, biaya operasional nelayan terkait bahan bakar bisa ditekan dengan adanya gas sebagai alternatif," jelas Adhi Iswantoro.
Dengan jarak tempuh yang sama oleh nelayan Kedung Cowek, jika menggunakan BBM sekali melaut pergi-pulang menghabiskan 8 liter solar, jika dirupiahkan sekitar Rp80.000,-.
Akan tetapi jika menggunakan mesin dual fuel, untuk mesin diesel hanya butuh 1 tabung LPG ukuran 3 kg yang harganya Rp18.000,- dan solar 3 liter dengan harga sekitar Rp30.000,- sehingga jika ditotal menjadi Rp48.000,-.
Maka dengan ini biaya operasional mesin bisa ditekan dan nelayan bisa menghemat pengeluaran. Selama kegiatan berlangsung para dosen dan mahasiswa Departemen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, serta nelayan tetap menerapkan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, pengecekan suhu tubuh dan penggunaan hand sanitizer.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |