Resensi: Gede Pangrango & Salju Everest, Menikmati Romantisme Pendaki Gunung sekaligus Belajar Teknik Pendakian

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tidak banyak buku, apalagi novel, tentang petualangan atau kegiatan di alam terbuka yang berisi tentang teknik-teknik mendaki gunung. Novel berjudul “Gede Pangrango & Salju Everest” karya Sania Rasyid ini adalah salah satunya. Berbekal pengalaman langsung dalam melakukan pendakian untuk hobby maupun untuk profesional sebagai guide, Sania Rasyid menulis novel Gede Pangrango dan Salju Everest dengan sangat detail dan romantis.
Novel ini secara runtut menjabarkan lika-liku pendakian gunung dengan segala persiapan dan rintangannya, haru biru dan konflik persahabatan, cinta segitiga yang terpendam, dunia kerja perhotelan, serta keindahan gunung-gunung di lndonesia dan di luar negeri dengan segala tantangan dan bahayanya.
Advertisement
Diawali dengan sosok bernama Heidy, seorang perempuan berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Barat bernama Cianjur. Hidupnya yang awalnya berjalan biasa seperti layaknya anak SMA berubah 180 derajat saat mengikuti kegiatan sekolah perkemahan sabtu minggu di Bumi Mandalawangi - Cibodas. Dia selalu punya keinginan untuk berkelana seperti tikoh idolanya, Pak Janggut. Itu adalah kali pertamanya dia begitu penasaran dengan kegiatan pecinta alam, mendaki gunung. Dan itupun kali pertama Heidy berkenalan dengan Victoni dan Ghari yang dijumpainya di jalur pendakian Gunung Gede.
Sejak saat itu Heidy menjadi dekat dengan Victoni. Victoni yang sudah berkuliah di Universitas Indonesia sebagai mahasiswa kedokteran tidak menghalangi jauhnya jarak usia dan tinggal mereka.Perlahan Victoni membangun Heidy menjadi seorang pendaki gunung yang tangguh. Heidy pun seiring berjalannya waktu menempa diri dan belajar untuk mendaki gunung yang baik dan bahkan suatu saat nantinya memimpin pendakian. Menumbuhkan rasa cinta Heidy kepada setiap puncak gunung, terutama Gunung Gede Pangrango, dan keinginan terbesarnya adalah dia ingin menjejakkan kaki di tanah Everest, di negeri Himalaya. Heidy selalu bermimpi suatu saat akan ke Nepal bersama Victoni.
Heidy pun berkenalan dengan Erbil, seorang kakak mahasiswa dari Cianjur yang kerap melakukan pendakian bersama. Dan ternyata, Erbil, Victoni, dan Ghari telah mengenal satu sama lain karena sebelumnya pernah mengadakan pendakian gabungan ke Gunung Semeru dan Rinjani.
Konflik hati dimulai karena sejak pertemuan pertama di jalur pendakian Gunung Gede, Heidy yang sangat tertarik pada Victoni, pun merasakan gejolak hati yang dia pendam kepada Ghari. Ghari pun merasakan hal yang sama tapi dia memilih mengalah dan melanjutkan hidup. Victoni yang telah menaruh curiga mencoba menepis berkali dan beranggapan persahabatannya dengan Ghari tidak boleh rusak.
Sementara Heidy menyimpan semua rapat-rapat karena tidak ingin menyakiti dan menghancurkan dunia yang telah dia bangun bersama Victoni. Meski pertengkaran-pertengkaran pun muncul.
Heidy pun berkuliah akhirnya di jurusan Sastra Inggris. Disaat menuju wisuda, Victoni melamarnya. Heidy yang bingung akan kemana setelah lulus nanti, karena melamar kerja bukanlah hal yang mudah, akhirnya mengawali karirnya di dunia hospitality industry. Dia pertama bekerja di sebuah Café dengan menjadi seorang waitress. Victoni mendukungnya, dan tidak disangka justeru Heidy memilih pekerjaan itu sebagai cikal bakal karirnya untuk berkeliling dunia nanti.
Ganjalan demi ganjalan hubungan Heidy dan Victoni pun datang, semua tentu dengan datang dan perginya sosok Ghari, bahkan saat Ghari yang akhirnya punya kekasih yang serius pun. Meski akhirnya Heidy dan Victoni akhirnya menikah, diawali dengan tidak mulus. Ghari, sebagai sahabat Victoni tidak datang di hari pernikahan mereka.
Heidy, setelah bertahun berlalu memutuskan untuk bekerja sebagai Bartender di hotel di luar negeri. Meneruskan karirnya, karena dia berfikir hanya itulah yang tersisa. Dia pada akhirnya tidak bisa mempertahankan Victoni. Namun kehadiran Victoni dan Ghari yang selalu datang silih berganti meski kehidupan telah berganti membuat hati seorang Heidy jatuh bangun tergugu.
Heidy yang terus mendaki gunung di berbagai negara, belajar dari banyak orang yang dia temui akhirnya menjadi pendaki gunung yang handal. Baginya bekerja di hotel di luar negeri adalah sesungguhnya tiket gratisnya untuk berkeliling dunia, menjejakkan kaki di puncak-puncak tinggi yang dulu dia rasa hanyalah mimpi. Dan pada akhirnya justeru Erbil pada akhirnyalah yang mengiringi langkahnya mendaki gunung ke Everest Base Camp.
Novel berjudul "Gede Pangrango & Salju Everest" ini mempunyai kekuatan karena penulisnya adalah seorang perempuan yang benar-benar melakukan kegiatan mendaki gunung sebagai hobby dan guide. Tidak hanya gunung di dalam negeri (Indonesia) tetapi juga di luar negeri, sehingga teknik-teknik yang tertuang dalam novel ini dapat menjadi inspirasi bagi para pendaki pemula.
Novel ini sangat layak dibaca para generasi muda terutama yang gemar melakukan kegiatan mendaki gunung, ataupun yang ingin mendaki gunung, ataupun bagi orang yang sekedar ingin menikmati kisah-kisah pendakian.
Peresensi: Stanislaus Riyanta, penggemar kegiatan di alam terbuka.
Judul Buku : Gede Pangrango & Salju Everest
Penulis : Sania Rasyid
Tebal Buku : 370 Halaman
Penerbit : Grasindo
Tahun Terbit : 2022
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Haris Supriyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |