Ibu Hamil Resiko Tinggi Perlu Pahami Kondisi Diri, Berdasar Diagnosa Dokter

TIMESINDONESIA, KEDIRI – Pendampingan dan pemantauan ibu hamil resiko tinggi, menjadi salah satu usaha yang dilakukan TP PKK kota Kediri dan Dinas Kesehatan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi. Dengan pendampingan dan pemantauan secara rutin, resiko tinggi pada ibu hamil dapat diminimalisir.
Pendampingan sejak dini oleh berbagai pihak seperti bidan, anggota PKK, dan kader kesehatan diharapkan gejala-gejala yang timbul bisa dideteksi dini dan segera mendapat penanganan Penyebab ibu dan bayi meninggal sendiri bisa disebabkan beberapa faktor.
Advertisement
Ibu hamil beresiko tinggi juga bukan berarti bayinya tidak sehat karena parameter resiko tinggi banyak.Salah satunya melalui pengukuran menggunakan skor Poedji Rochjati. Contohnya, orang yang pernah melahirkan secara sesar pada pengukuran skor Poedji Rochjati sudah dikatakan beresiko tinggi.
Karena itu, Ibu hamil beresiko tinggi harus bisa mengelola resikonya berdasarkan diagnosa dokter. Para ibu tersebut wajib memahami seperti apa kondisinya dan hal yang harus dilakukan. "Ibu hamil harus makan makanan bergizi dan rutin periksa. Apabila ditemukan kelainan atau masalah bisa terdeteksi dari awal dan bisa di follow up,” tutur Ketua TP PKK Kota Kediri Ferry Silviana Abdullah Abu Bakar baru-baru ini.
Tak lupa, Ferry Silviana Abu Bakar juga mengingatkan agar para ibu untuk memberikan ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif untuk bayi yang baru lahir. Karena ASI memiliki banyak manfaat dan menjadi sumber nutrisi bagi bayi baru lahir. Dalam pendampingan ibu hamil beresiko tinggi, menurutnya, banyak ditemui sejumlah ibu tidak menyusui sehingga memberikan susu formula bayinya. Tidak diberikannya ASI eksklusif ini karena berbagai macam alasan, namun yang paling banyak adalah karena ASI tidak keluar.
Semangati Orang Tua Bayi Dengan Berat Badan Kurang
Selain melakukan pendampingan dan pemantuan terhadap ibu hamil resiko tinggi, beberapa saat lalu Ketua Tim Penggerak PKK (TP PKK) Kota Kediri Ferry Silviana Abdullah Abu Bakar juga memberikan semangatnya pada orang tua Klarisa bayi perempuan berusia 18 bulan yang memiliki berat badan kurang,
Di usia 18 bulan, Klarisa hanya memiliki berat 4,6 kilogram. Berat badan Klarisa dibawah garis merah sebab memiliki kelainan bawaan. Sehingga tidak hanya berat badan Klarisa susah untuk naik, tapi pertumbuhannya juga tidak normal karena penyakit bawaan yang dideritanya. Yakni penyakit jantung bawaan dan cacat di tangan. Kelainan ini sudah diderita sejak lahir. Setiap tiga bulan sekali Klarisa dibawa ke RSUD dr.Soetomo Surabaya.
Klarisa merupakan anak kedua dari pasangan Dimas dan Nevita warga Kelurahan Kemasan, Kota Kediri. "Kondisi Klarisa ini tidak bisa disamakan dengan bayi lain. Ada kelainan jantung dan konginetal di mulutnya itu susah untuk naik. Kita juga lakukan evaluasi terhadap Klarisa ini," ujar istri Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar itu.
Ia menambahkan tindakan operasi untuk Klarisa bisa dilakukan pada saat usia 5 tahun. Agar berat berat Klarisa segera nornal Puskesmas telah memberikan bantuan biskuit dan susu. "Jadi PR untuk Klarisa ini kita menjaga sampai di titik 5 tahun. Berat badan juga harus terus ditingkatkan. Kita harus bisa dorong dititik itu agar nanti di usia 5 tahun bisa segera dioperasi," imbuhnya.
Selain semangat, orang tua Klarisa jgua diberikan berbagai tips untuk menaikkan berat badan Klarisa. "Kita menunggu sampai usia 5 tahun untuk dilakukan tindakan operasi. Tadi juga diberikan beberapa cara yang harus dilakukan untuk menstabilkan kondisi Klarisa," ujar Dimas. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Rizal Dani |