Indonesia Positif

DIKST UB Gelar Seminar, Satukan Persepsi Inovasi dengan Dunia Industri

Kamis, 14 Maret 2024 - 19:20 | 11.36k
Seminar Innovation and Product Market Fit yang digelar DIKST UB melalui aplikasi zoom, Kamis (14/3/2024). (Tangkapan layar)
Seminar Innovation and Product Market Fit yang digelar DIKST UB melalui aplikasi zoom, Kamis (14/3/2024). (Tangkapan layar)

TIMESINDONESIA, MALANG – Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains & Teknologi (DIKST) Universitas Brawijaya (UB) menggelar weminar Innovation and Product Market Fit, Kamis (14/3/2024).  Seminar yang dilaksanakan secara Daring tersebut menghadirkan praktisi expert. Yakni CEO dan Co Founder at Qasir.id Rachmat Anggara.

Direktur DIKST UBbMohammad Iqbal, S.Sos., M.IB., DBA mengatakan, seminar ini diselenggarakan selaras dengan kebutuhan kampus untuk bisa menyesuaikan hasil inovasinya dengan kebutuhan pasar.

"Inovasi itu tidak hanya dilakukan berbasis pada novelty atau keinginan beragam produk, tetapi sekaligus harus berbasis pada kebutuhan  pasar. Dan itu yang ingin kita pelajari dari praktisi," ucapnya. 

Dia menambahkan, seminar kali ini merupakan seri pertama dari serangkaian aktivitas yang akan kita selenggarakan pada bulan ini. Dia menyebut akan ada 3 seminar dengan narasumber yang berbeda-beda.

"Barangkali ini bisa kita gunakan sebagai bahan pembelajaran yang baik. Sehingga dalam mengembangkan inovasi kita selalu akan terkoneksi dengan hal yang bersifat praktis salah satunya market," pungkasnya.

Di tempat yang sama, Wakil Rektor V Bidang Riset dan Inovasi UB, Prof. Unti Ludigdo mengucapkan, dengan adanya seminar ini dia berharap para akademisi di UB bisa mendapatkan satu pencerahan untuk bisa lebih memastikan hilirisasi terhadap produk inovasi yang mereka miliki.

"UB memiliki banyak sekali inovasi yang dihasilkan oleh para inventor. Baik dosen maupun mahasiswa.  Namun dari sekian banyak inovasi, kami akui bahwa banyak yang belum terhilirisasi," ucapnya.

Dia menyebut, satu tantangan besar bagi UB agar produk inovasi yang mereka buat bisa lebih diterima di pasar yakni dengan memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat atau industri.

"Kami mencoba membangun suatu pola dalam pengembangan inovasi yang berbasis kebutuhan industri atau masyarakat. Dari situ kemudian kita tarik apa yang kemudian harus dilakukan oleh para peneliti, untuk menyambut adanya kebutuhan akan hal itu," kata dia.

Sehingga tujuanya diadakanya forum semacam ini ad dalam rangka mengkoneksikan antar apa yang ada di UB dengan apa yang dibutuhkan oleh dunia industri.

"Insan peneliti dan akademik yang kutatan mereka berada pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lahir inovasi, yang kemudian teman-teman di pelaku industri memiliki satu perspektif dalam pengembangan suatu produk yang bisa diterima oleh pasar. Sehingga kita bisa menyatukan," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES