Indah dan Segar, Inovasi Motif Batik Ecoprint Kulupan

TIMESINDONESIA, MADIUN – Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bahan alam, berbagai inovasi pun telah dikembangkan. Salah satunya adalah pemanfaatan daun yang tumbuh di lingkungan sekitar untuk menjadi bahan dasar dari pembuatan ecoprint.
Pembuatan ecoprint yang semakin marak, kemudian menggugah tim proyek kepemimpinan dari Universitas PGRI Madiun untuk membuat terobosan motif terbaru yang sesuai dengan unsur budaya lokal yang ada di Madiun. Yakni dengan membuat pelatihan batik motif ecoprint di Kelurahan Kanigoro.
Advertisement
Ecoprint ini dengan menggunakan daun-daun yang menjadi bahan pembuatan kulupan. Seperti daun pepaya jepang dan daun kenikir.
Sesuai dengan namanya, yakni eco yang bermakna ekosistem (alam) dan print yang bermakna mencetak, ecoprint sendiri adalah cara membuat batik dengan menggunakan pewarna alami. Yakni, dari zat hijau daun, akar, batang, maupun bunga yang dicetak pada sehelai kain.
Ada dua teknik yang ada pada ecoprint, yakni teknik pounding dan teknik steam. Teknik pounding (pukul) dilakukan dengan memukul daun-daun yang telah ditata di atas lembaran kain. Sedangkan teknik steam (rebus) merupakan teknik dimana daun ditata di atas kain kemudian digulung, diikat, dan direbus.
Pada kegiatan pelatihan ini, teknik yang digunakan dalam membuat batik ecoprint adalah teknik pounding (pukul). Pemilihan teknik pounding ini, didasarkan pada kemudahan teknik untuk dilakukan, menggunakan alat dan bahan yang lebih sedikit, serta biaya pembuatan yang tidak terlalu tinggi.
Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya pelatihan ini dapat meningkatkan kreativitas pemuda di Kelurahan Kanigoro. Sehingga di kemudian hari, dapat dijadikan sebagai usaha yang dapat dikembangkan oleh warga sekitar.
Hasil Kegiatan Ecoprint
Pelatihan yang dilaksanakan di Kelurahan Kanigoro dihadiri oleh 8 pemuda Karang Taruna dan 2 orang ibu PKK. Pelatihan dilakukan dengan memanfaatkan kenikir dan daun pepaya jepang. Pelatihan tersebut dilaksanakan selama tiga hari.
Pelatihan dilakukan dengan menata daun-daun tersebut di atas kain putih panjang dan kemudian dipukul-pukul agar zat hijau daunnya keluar. Meskipun terlihat sederhana, namun dalam memukul daun tersebut tetap harus memperhatikan momentum. Sehingga daun yang dipukul dapat tercetak dengan baik dan tidak merusak struktur dari daun itu sendiri.
Pelatihan yang dilakukan tim proyek kepemimpinan di Kelurahan Kanigoro ini tidak hanya berfokus pada pembuatan batik di atas sehelai kain saja. Tetapi juga dengan menggunakan totebag sebagai media ecoprint.
Penggunaan media totebag ini menunjukkan bahwa batik ecoprint dapat menjadi sebuah ide usaha dengan nilai jual yang tinggi jika memang serius dikembangkan. Motif pola yang unik dan organik serta sesuai dengan budaya lokal diharapkan dapat meningkatkan popularitas dari batik ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |