Melalui SL-PHT, Dosen UB Bantu Atasi Permasalahan Budidaya Kentang di Kota Batu

TIMESINDONESIA, BATU – Pertanian kentang di Desa Sumber Brantas, Kota Batu menghadapi tantangan serius terkait serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan penurunan kualitas lahan. Hal tersebut dikaranekan intensifnya proses budidaya tanaman yang dilakukan petani.
Penggunaan pupuk dan pestisida sintetis yang berlebihan merupakan salah satu faktor penyebabnya. Penggunaan pupuk dan pestisida sintetis dalam jangka panjang juga berkontribusi pada penurunan kualitas lahan.
Advertisement
Lahan pertanian yang semula subur dan subur kemudian menjadi kurang produktif, mengakibatkan petani harus menghadapi tantangan serius dalam menghasilkan hasil panen yang memadai.
Ketua Kelompok Taruna Tani Abinaya Milenial, Ramadhani Ragil Priyambodo mengatakan, saat ini budidaya tanaman kentang sangat sulit karena adanya serangan OPT yang sangat kompleks. Dia menyebut di antaranya seperti penyakit hawar daun, layu dan sebagainya, serta pengendalian dengan pestisida sudah tidak mampu untuk mengatasinya.
“Selain itu, tanah-tanah di Sumberbrantas sekarang pHnya sudah masam dengan rata-rata di bawah 5,” ungkapnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, tim dosen Universitas Brawijaya (UB) yang terdiri dari Luqman Qurata Aini, SP.M.Si., Ph.D. (Ketua Program); Prof. Dr. Ir. Abdul Latief Abadi, MS.; Dr. Arie Srihardyastutie, S.Si., M.Kes.; serta dr. Novi Khila Firani, M.Kes., Sp.PK. menginisiasi kegiatan sekolah lapang pengelolaan hama dan penyakit terpadu (SL-PHT) melalui program Doktor Mengabdi (DM).
Pengelolaan hama terpadu (PHT) merupakan strategi yang dapat diaplikasikan karena berbasis ekologi yang berfokus pada pencegahan hama penyakit atau kerusakannya secara komprehensif dan jangka panjang (preemptive) melalui teknik-teknik pengendalian yang diintegrasikan kedalam praktek budidaya.
Prinsip PHT meliputi budidaya tanaman sehat, pelestarian dan pemanfaatan musuh alami, pengamatan (monitoring) secara teratur, dan petani memahami ekologi dan dan menjadi ahli PHT di lahan sendiri.
Proses transfer IPTEK ke petani dilakukan menggunakan teknik participatory extension yang wujud utamanya berupa Sekolah Lapangan PHT. Tujuan kegiatan ini untuk menyelenggarakan Sekolah Lapangan untuk pengelolaan hama dan penyakit secara terpadu (PHT) melalui pendekatan ekologis dengan menekankan pada peningkatan kesehatan agroekosistem menuju pertanian berkelanjutan menggunakan metode participatory extension.
Pelaksanaan SL PHT menggunakan metode transfer pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan hama dan penyakit kepada petani secara partisipatif melalui Pendidikan orang dewasa (Andragogi).
Harapannya, petani akan mampu menerapkan sistem pertanian berkelanjutan dan mengendalikan hama dan penyakit gada pada tanaman kentang dengan lebih efektif, menjadikan pertanian di Sumberbrantas lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Kegiatan SL PHT ini dapat berjalan atas kolaborasi berbagai pihak diantaranya tim dosen UB, Kelompok Taruna Tani Milenial Abinaya, Pemerintah Desa Sumberbrantas, UPT Proteksi Jatim serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kegiatan ini berlangsung sejak bulan Juni-Juli 2024.
Ketua Program, Luqman Qurata Aini, menyatakan program ini merupakan langkah UB dalam membantu masyarakat, khususnya para petani milenial di Sumberbantas, dalam mengatasi permasalahan di bidang pertanian, khususnya pada tanaman kentang dengan pendekatan holistik dan ekologis untuk mewujudkan agroekosistem yang sehat dan tangguh.
"Kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak sehingga program ini dapat terlaksana,” imbuhnya.
SL-PHT memberikan pemahaman dan ketrampilan kepada petani melalui belajar melalui pengalaman praktik secara langsung pada petak studi (demplot) berdasarkan SOP yang telah disepakati bersama. Selain itu diberikan juga pelatihan ketrampilan melalui topik-topik khusus yang disampaikan oleh para ahli yaitu dosen dan praktisi.
Sementara itu, Rian selaku Ketua Kelompok Taruna Tani Abinaya menyatakan, program SL-PHT memberikan pengetahuan petani mengenai pengelolaan pertanian yang berkelanjutan secara ekonomi dan ekologi.
Selain itu, kata dia, dalam SL-PHT para peserta diberikan berbagai pelatihan seperti managemen dan monitoring lahan, pengguan perangkap hama, pembuatan kompos, pestisida nabati, dan produksi agen hayati.
"Sehingga petani lebih mandiri dan tidak bergantung dengan produk kimia sintetis yang banyak beredar di pasaran," ujarnya.
Pelaksanaan SL-PHT berhasil meningkatkan pengetahuan petani berdasarkan kenaikan nilai post-test petani. “Kami sangat senang dengan adanya SL-PHT kita dapat mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida sintetis, serta dapat menghasilkan produksi kentang yang bagus," kata Rian.
"Kami berharap dapat melanjutkan upaya positif ini dalam mendukung pertanian berkelanjutan dan menghadirkan perubahan yang berarti dalam dunia pertanian di masa depan," imbuhnya. (d)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Rizal Dani |