Kolaborasi Tim Rudaya Unisma Malang dan Dewan Kesenian Malang Pelopori Konservasi Ludruk
TIMESINDONESIA, MALANG – Program Rumah Budaya dan Peradaban (Rudaya) Universitas Islam Malang (UNISMA) yang bekerja sama dengan Dewan Kesenian Malang (DKM) sukses menyelenggarakan kajian budaya bertema "Mendalami Poris sebagai Metode Keaktoran untuk Mempertahankan Eksistensi Kesenian Ludruk".
Tim yang dimotori oleh Berliana Abel Faurina beranggotakan Siti Nurul Aini, Sari Adestia Lasa, dan Gilgis Afindha Yahya merupakan mahasiswa aktif semester 3 di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unisma Malang.
Advertisement
Acara yang diadakan di Aula Oesman Mansoer Universitas Islam Malang, ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa, siswa dan guru SMA/SMK se-Kota Malang, serta masyarakat umum yang tertarik dengan seni pertunjukan tradisional. Kajian ini bertujuan mengangkat kembali kesenian Ludruk, warisan budaya Jawa Timur, yang kian tergerus oleh modernisasi dan hiburan kontemporer.
Kesenian Ludruk telah lama menjadi bagian integral dari budaya Jawa Timur, dengan ciri khasnya menggabungkan elemen musik, tari, dan dialog jenaka yang mengandung kritik sosial. Namun, dengan maraknya pilihan hiburan modern, eksistensi Ludruk kini semakin terancam.
Kondisi ini menjadi inspirasi bagi tim mahasiswa PBSI yang memenangkan kompetisi Rudaya Unisma tahun 2024, untuk menyelenggarakan kajian budaya sebagai upaya pelestarian sekaligus revitalisasi kesenian tersebut. Tim ini dibimbing oleh Dr. Ifit Novita Sari, S.Sos., M.Pd. salah satu dosen dari Program Studi PBSI.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Kajian budaya ini menghadirkan Sutak Wardiono sebagai narasumber utama. Sutak adalah seorang seniman tradisional yang telah berkiprah selama puluhan tahun dalam seni Ludruk. Dalam pemaparannya, Sutak menjelaskan metode Poris sebagai sebuah teknik keaktoran yang unik dalam Ludruk. Metode ini menitikberatkan pada penghayatan peran dan kedalaman karakter sehingga aktor dapat benar-benar memahami dan menyampaikan emosi serta pesan yang terkandung dalam setiap pertunjukan. “Metode Poris menekankan pada pemahaman karakter secara menyeluruh, sehingga penonton dapat merasakan kejujuran dalam setiap aksi aktor di panggung,” jelas Sutak.
Ketua DKM Dimas Novib Septinov yang turut hadir dalam acara ini memberikan apresiasi terhadap inisiatif UNISMA melalui program Rudaya dalam mengangkat Ludruk ke permukaan. “Kegiatan seperti ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kekayaan budaya kita. Dengan adanya kajian budaya ini, generasi muda dapat belajar langsung dari para seniman tradisi, seperti Pak Sutak, yang telah mengalami suka duka menjaga eksistensi Ludruk,” ungkapnya.
Dimas menambahkan bahwa DKM akan terus mendukung kegiatan serupa yang mendorong kolaborasi antargenerasi. Menurutnya, kolaborasi ini penting untuk menciptakan inovasi tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan dari generasi sebelumnya.
Dengan adanya kajian budaya ini, harapannya dapat memberikan kontribusi nyata dalam melestarikan budaya lokal, sekaligus membuka ruang diskusi dan inovasi bagi mahasiswa serta masyarakat umum. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada lembaga pendidikan lainnya untuk terus mendukung program-program budaya yang memperkaya identitas bangsa di tengah tantangan globalisasi.
Inisiatif yang melibatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan, seniman, dan DKM diharapkan dapat menjadi contoh bagi masyarakat luas dalam menghargai dan melestarikan warisan budaya. (*)
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |