Indonesia Positif

Hadapi Tantangan Keberlanjutan, Dosen UMBY Bahas Dinamika Media dan Pers Indonesia

Kamis, 12 Desember 2024 - 18:17 | 15.34k
Dosen Ilmu Komunikasi UMBY, Rani Dwi Lestari, MA ketika memberikan materi dalam International Visiting di USIM (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Dosen Ilmu Komunikasi UMBY, Rani Dwi Lestari, MA ketika memberikan materi dalam International Visiting di USIM (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Rani Dwi Lestari MA mengungkapkan media dan pers di berbagai belahan dunia, tengah mengadapi tantangan keberlanjutan model bisnis yang mampu menyokong jurnalisme berkualitas di era digital.

“Tantangan ini perlu didukung dengan kolaborasi seluruh elemen, baik media, masyarakat maupun pemerintah,” kata Rani dalam International Visiting Lecture yang diadakan di University Sains Islam Malaysia (USIM), Senin (2/12/2024) lalu

Advertisement

Agenda tersebut merupakan wujud implementasi kerja sama antara UMBY dan USIM yang melibatkan dosen dan mahasiswa Ilmu Komunikasi dari kedua belah pihak.

Dalam paparannya, Rani menyampaikan, kondisi media dan pers di Indonesia saat ini tengah berada di persimpangan antara persaingan dengan media sosial dan platform media digital. Media konvensional seperti surat kabar, radio dan televisi telah banyak bermigrasi ke ranah media online.

Media-media yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, lanjutnya, dapat terus bertahan. Namun, banyak juga yang tumbang karena tidak mampu bersaing dengan media digital lain dalam memperebutkan atensi khalayak.

“Kolaborasi antara media, khalayak dan pemerintah dalam mendukung keberlanjutan media dan jurnalisme perlu dilakukan,” kata Rani, Kamis (12/12/2024).

Dosen-kom-UMBY.jpg

Menurutnya, media perlu menyajikan jurnalisme berkualitas. Sehingga, khalayak dapat berperan sebagai konsumen media maupun ikut serta berkontribusi pada proses jurnalisme. Sementara pemerintah perlu mendukung dengan regulasi dan kebijakan yang berpihak pada jurnalisme.

Rani menjelaskan Indonesia memiliki keunggulan pada aspek regulasi yang mendukung kemerdekaan media dan pers, yakni melalui implementasi Undang Undang nomor 40 tahun 1999 tentang pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang memiliki fungsi menjaga profesionalitas dan independensi pers. Meskipun dalam pelaksanaannya, regulasi tersebut tidak sepenuhnya bisa dijalankan dengan maksimal karena berbagai faktor.

Ia menilai, faktor eksternal seperti persaingan komersial dan pola konsumsi khalayak media yang berubah menjadikan media berbasis jurnalisme perlu menempatkan posisi pembeda dengan media sosial atau media non pers. Kenyataan bahwa rujukan informasi masyarakat justru didominasi bersumber dari media sosial, tidak dapat dipungkiri lagi.

“Karenanya, jurnalisme perlu memposisikan diri tidak lagi hanya sebagai penyampai informasi belaka, karena informasi saat ini sangat mudah didapatkan dari berbagai media. Namun, jurnalisme harus menjadi pencerah dalam banjir informasi masyarakat, memberikan konteks suatu masalah agar publik memahami persoalan dan bukan dibingungkan dengan informasi simpang siur,” tegasnya.

Sementara itu, dosen komunikasi USIM, Dr Suria Hani A. Rahman menambahkan, media dan pers di Malaysia tidak sepenuhnya merdeka seperti halnya di Indonesia yang dilindungi oleh undang-undang pers. Senada dengan yang terjadi di Indonesia, tantangan persaingan dengan media sosial juga dialami media- media di Malaysia.

“Media kritis di Malaysia saat ini mulai bertumbuh dan mulai tidak terlalu dikekang. Jumlahnya memang tidak banyak, sebagian besar media masih dibawah pengawasan pemerintah dan kami juga menghadapi tantangan yang sama pada aspek keberlanjutan bisnis media masa depan yang bersaing dengan media sosial dan digital,” paparnya dalam kegiatan International Visiting Lecture yang diselenggarakan oleh University Sains Islam Malaysia (USIM) bersama UMBY. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES