Indonesia Positif

RSV Mengancam Kesehatan Pernapasan Lansia, GSK Gelar Forum Global di Bangkok, Menua dengan Sehat

Sabtu, 21 Desember 2024 - 19:18 | 20.97k
 GSK Forum Global di Bangkok (Foto: Jaya)
GSK Forum Global di Bangkok (Foto: Jaya)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus pernapasan yang tersebar luas namun tidak terkenal.

Virus ini menular melalui inhalasi atau kontak dengan sekresi pernapasan dari mereka yang terinfeksi dimana memiliki gejala-gejala termasuk hidung tersumbat, batuk mengi dan demam ringan.

Advertisement

RSV ini bahkan sangat sulit untuk didiagnosis dan membutuhkan tes khusus yang tentunya tidak murah, memakan waktu serta tidak mudah diakses secara luas. Sementara bagi lansia dan individu dengan penyakit penyerta sering kali tidak menyadari bahwa gejala mereka disebabkan oleh RSV ini meningkatkan risiko komplikasi serius bahkan fatal karena saat ini belum tersedia pengobatan khusus untuk mengatasi RSV pada orang dewasa yang menambah tantangan penanganannya.

Meskipun RSV dapat menginfeksi individu kapan saja sepanjang tahun, penyebarannya lebih intensif selama bulan-bulan musim hujan dari September hingga Februari, dan mencapai puncaknya pada bulan-bulan yang lebih dingin di bulan Oktober dan Desember.  Virus yang sangat menular ini menyebar dengan mudah di dalam rumah tangga, di mana satu orang yang terinfeksi biasanya menginfeksi tiga orang lainnya, dan meskipun sebagian besar individu yang terinfeksi dapat menularkan dalam jangka waktu 3-8 hari, lansia yang terinfeksi dapat menularkan virus untuk jangka waktu yang lebih lama.

RSV sering digambarkan sebagai penyakit anak-anak di media sosial karena anak-anak, seperti lansia, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, sehingga mereka rentan. Namun, RSV menimbulkan beban yang lebih besar pada lansia.

Penelitian telah menunjukkan bahwa insiden rawat inap dan kematian akibat RSV jauh lebih tinggi pada lansia dibandingkan pada anak-anak. Lansia dengan kondisi tertentu seperti pneumonia, gagal jantung kongestif (CHF), asma, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) memiliki risiko rawat inap yang lebih tinggi ketika terinfeksi RSV Selain itu, RSV dapat menyebabkan berbagai komplikasi pernapasan yang berat pada lansia, termasuk henti napas dan gagal napas, gangguan pernapasan, dan emfisema Lebih jauh lagi, sekitar 30% orang dewasa yang lebih tua mungkin mengalami komplikasi jantung ketika dirawat di rumah sakit karena RSV.

Satu dari empat pasien RSV (24,5%) mungkin memerlukan perawatan profesional di rumah setelah keluar dari rumah sakit.   Selain itu, satu dari empat (26,6%) pasien tersebut dirawat kembali dalam waktu tiga bulan setelah keluar dari rumah sakit, dan yang lebih memprihatinkan lagi, tiga dari sepuluh (33%) dapat meninggal karena komplikasi yang terkait dengan RSV dalam waktu satu tahun sejak waktu hospitalisasi. 

Prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam 3 tahun di Asia Tenggara mencapai 15,2 juta kasus dan di Indonesia, prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam tiga tahun bisa mencapai 6,1 juta kasus  dr. Fariz Nurwidya, SpP(K), PhD meyampaikan “Kami mencatat peningkatan tingkat positif kejadian RSV di antara subjek yang diuji pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Temuan ini menunjukkan beban infeksi RSV yang signifikan, yang menggambarkan "fenomena gunung es," di mana jumlah kasus terdeteksi hanya sebagian kecil dari keseluruhan kasus yang sebenarnya terjadi di populasi.”

Dengan populasi lansia Indonesia yang terus meningkat, potensi beban kesehatan dan ekonomi akibat RSV pada orang dewasa perlu menjadi perhatian serius. Seiring dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan angka harapan hidup rata-rata masyarakat Indonesia,  pencegahan RSV melalui vaksinasi dan edukasi menjadi langkah penting untuk mengurangi dampaknya, terutama pada kelompok berisiko tinggi.

Pertemuan RespiVerse ini menegaskan komitmen GSK dalam menghadirkan solusi inovatif untuk tantangan kesehatan pernapasan global. Melalui kolaborasi internasional, pemanfaatan teknologi canggih, dan fokus pada pencegahan, GSK berupaya memberikan dampak nyata dalam meningkatkan kualitas hidup pasien di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dengan mendukung edukasi dan inovasi, GSK berharap dapat berkontribusi pada terciptanya komunitas yang lebih sehat dan berkelanjutan di tengah tantangan kesehatan global yang terus berkembang.

Oleh karena itu, GSK bekerjasama dengan dokter spesialis dan ahli dari seluruh dunia menciptakan program unggulan yang bertujuan meningkatkan kualitas perawatan klinis dan hasil pengobatan baru bagi jutaan pasien dengan penyakit pernapasan, GSK menyelenggarakan pertemuan RespiVerse tahunan ke tiga pada 13 dan 14 Desember lalu di Bangkok, Thailand.

“Kami meneliti dan mengembangkan vaksin, produk biologis, dan obat inhalasi untuk mengatasi penyakit pernafasan seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan Respiratory Syncytial Virus (RSV). GSK memanfaatkan teknologi terbaru untuk mengatasi penyebab utama penyakit ini dan mencegah perburukan, sehingga pasien mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih sehat,” kata Dr. Gur Levy, Regional Medical Lead of Biologics Emerging Market GSK.

Pertemuan RespiVerse tahun ini menghadirkan pembicara dan peserta internasional terkemuka dari berbagai wilayah, termasuk Asia Tenggara, Amerika Latin, Amerika Tengah, dan lainnya. Acara ini mengintegrasikan sains, teknologi, dan keahlian untuk mengidentifikasi tantangan klinis utama di bidang pernapasan. Tujuannya untuk mengembangkan konten ilmiah dalam rangka memperluas pengetahuan serta meningkatkan praktik profesional dokter paru di Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Panel ahli akan membahas empat patologi pernapasan utama: asma sedang, asma berat, PPOK, dan RSV.

"Pencegahan adalah kunci dalam kesehatan masyarakat, terutama untuk mengatasi penyakit pernapasan seperti RSV, yang lebih sering terjadi dan berbahaya dibandingkan flu. Di GSK, kami berkomitmen untuk mengembangkan inovasi vaksin guna melindungi kelompok rentan, terutama lansia dan mereka yang memiliki kondisi medis seperti asma, PPOK, diabetes, dan penyakit jantung, dari risiko kesehatan serius akibat RSV. Dengan memprioritaskan pencegahan, kami bertujuan untuk mengurangi beban RSV dan mendukung terciptanya komunitas yang lebih sehat di seluruh dunia, khususnya dalam menghadapi populasi global yang semakin menua,” ujar Dr. Arnas Berzanskis, VP & Regional Medical Affairs Head – Vaccines di GSK.

Para pakar kesehatan masyarakat menyatakan kekhawatiran terhadap risiko serius RSV pada populasi lanjut usia (lansia) dan individu dengan penyakit penyerta. Di Indonesia, jumlah lansia terus meningkat seiring bertambahnya usia harapan hidup, dengan prediksi mencapai 14,6% dari total populasi pada tahun 2030.   Saat ini, sekitar 20,7% lansia menderita penyakit penyerta yang memperburuk kerentanan mereka terhadap infeksi berat RSV. Kondisi ini diperparah oleh sistem imun lansia yang melemah akibat penuaan, meningkatkan risiko komplikasi serius dan beban kesehatan masyarakat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES