Indonesia Positif

Refleksi Pribadi Iwan Sunito: Australia Tidak Sempurna, Tapi Ini Pilihan Terbaik Saya

Sabtu, 26 April 2025 - 17:58 | 4.08k
Founder One Global Capital Iwan Sunito.(Dok.One Global) 
Founder One Global Capital Iwan Sunito.(Dok.One Global) 
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perjalanan seorang Iwan Sunito bak jalinan kisah yang penuh ambisi, ketekunan, dan visi mendalam.

Tak heran, kesuksesan Founder One Global Capital ini menaklukkan Benua Kanguru pun menjadi inspirasi banyak diaspora dan pebisnis pemula, terutama yang bermain di sektor properti.

Advertisement

Padahal, menurut Iwan Sunito, semua itu berawal dari sebuah candaan saat sang ayah, Handy Sunito, yang berniat mengirimnya bersekolah di Sydney pada 1984 silam.

“Pesan beliau jelas, saya harus mencari pijakan di tanah baru. Saat itu, saya sempat berpikir mungkin ayah tidak ingin saya kembali pulang,” tutur pria kelahiran Surabaya ini sembari tertawa, Sabtu (26/4/2025).

Namun ternyata, Handy Sunito memiliki pandangan visioner. Kata-katanya yang paling diingat Iwan adalah: “tidak peduli seberapa besar Surabaya, Sydney pasti jauh lebih besar dalam ekonomi dan peluang.”

“Kini saya menyadari betapa bijaknya keputusan beliau yang membuka jalan menuju proyek-proyek bernilai miliaran dolar. Di samping itu, ayah juga memberi nasihat: berpikirlah besar, tetapi mulailah dari yang kecil,” kenangnya.

Perjalanan Iwan Sunito di Australia dimulai di University of New South Wales (UNSW), tempatnya menyelesaikan studi dengan gelar Sarjana Arsitektur pada 1992, kemudian meraih gelar Master Manajemen Konstruksi pada 1993.

“Pendidikan di UNSW membentuk pemahaman saya tentang arsitektur, manajemen properti, dan investasi. Di sana pula saya mendapat penghargaan Eric Daniels Prize untuk Desain Hunian,” kata pria kelahiran 1966 ini.

Iwan menuturkan, beradaptasi di Sydney tidak selalu mudah, terutama karena kendala bahasa yang sering menimbulkan situasi lucu.

“Misalnya ketika salah memahami sapaan G'day sebagai perintah untuk go away. Atau saat pertama kali ditanya santai ‘how ya goin?’ dan saya polos menjawab: ‘by bus!’ Pernah pula saya salah dengar ucapan ‘how are you going today?’ jadi ‘how are you going to die?’ Semua ini menjadi pengalaman yang lucu sekaligus mengajarkan saya ketahanan dan adaptasi,” ungkapnya, semringah.

Sydney memang unik dan menjanjikan peluang ekonomi besar. Bahkan secara historis nilai properti di sana naik dua kali lipat setiap sepuluh tahun.

Berbekal nasihat sang ayah agar bermimpi besar dengan langkah terukur, pada tahun 1996 Iwan Sunito lewat bendera Crown Group kala itu memulai proyek kecil namun ambisius di Bondi Junction dengan pembangunan 54 unit hunian.

“Proyek yang menghasilkan keuntungan sekitar Rp50 miliar ini menjadi awal yang menjanjikan, sekaligus menjadi pelajaran penting tentang kesabaran dan dinamika pasar properti,” jelas ayah tiga anak ini.

Pertumbuhan bisnis pun terus berlanjut, konsisten dan stabil. Salah satunya lantaran Australia memiliki stabilitas politik, mata uang kuat, iklim yang baik, pelayanan kesehatan prima, serta lingkungan bisnis yang kondusif.

“Didukung pertumbuhan ekonomi Asia yang pesat, Australia sangat ideal untuk pertumbuhan bisnis dan menjadikannya tujuan investasi jangka panjang yang strategis,” terangnya.

Delapan tahun setelah proyek pertama, pada 2004, Iwan Sunito menemukan pendekatan inovatif yang menjadi prinsip investasinya: "Buy Well, Add Value, Sell Well" (Beli dengan Tepat, Tambah Nilai, Jual dengan Baik).

Prinsip ini mulai diterapkan pada proyek-proyek besar berikutnya dan meraih berbagai macam penghargaan internasional bergengsi berkat inovasi, kualitas, dan visi strategis.

One Global Capital dan Peluang Besar Australia

Lepas dari Crown Group, Iwan Sunito bersama perusahaan barunya, One Global Capital, menikmati pertumbuhan signifikan.

Salah satunya One Global Resorts Green Square yang sukses mencatat kenaikan pendapatan sebesar 15% dengan okupansi 99,5%, serta peningkatan pendapatan Rp8 miliar dalam waktu enam bulan saja.

Selain itu, One Macquarie Park yang segera memulai proses konstruksi, akan menjadi hotel modular pertama di Sydney.

Menggarap proyek bergengsi lain di Chatswood, Iwan tengah berdiskusi dengan Armani Group guna menghasilkan desain griya tawang (penthouse) eksklusif.

Dia juga mengungkapkan, Obe Global Capital juga memiliki rencana investasi strategis di Sydney CBD dalam dekade ini.

“Pengalaman puluhan tahun serta kepercayaan besar dari investor yang telah loyal selama lebih dari 20 tahun menjadi kekuatan terbesar kami. Kini investor kami tersebar di seluruh dunia, dari individu hingga institusi. Saya selalu percaya, bahwa kepercayaan besar datang dari kepercayaan-kepercayaan kecil," katanya.

Setelah empat dekade bermukim di Sydney, Iwan Sunito mengakui bahwa Australia memberikan peluang besar bagi mereka yang berani mengambilnya.

Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan investasi di Asia Pasifik seperti Vietnam, Kamboja, Singapura, Malaysia, dia meyakini Australia adalah pilihan terbaik dari segi stabilitas, keamanan, aksesibilitas, serta potensi ekonomi jangka panjang.

“Berawal dari gaji tahunan hanya Rp250 juta, kini saya mengelola portofolio dengan proyek bernilai Rp5 triliun hingga Rp25 triliun. Saya sungguh berterima kasih kepada ayah atas kebijaksanaannya, yang mengatakan ‘Australia tidak sempurna, tapi ini pilihan terbaikmu,’” pungkasnya.

Tips Investasi dan Bisnis di Australia

Bagi calon investor dan pebisnis di Indonesia yang ingin merambah Australia, Iwan Sunito berbagi tiga tips penting:

1. Temukan bisnis yang ingin Anda kembangkan 

Berinvestasilah pada bidang yang membuat Anda antusias dan ingin memperdalam pengetahuan. Seperti mahasiswa yang bekerja untuk meningkatkan keterampilan hingga akhirnya mampu membuka bisnis sendiri. Mulailah dari bisnis kecil dan bertumbuhlah perlahan.

2. Cari dan Investasikan pada bisnis partner yang memiliki skala dan keahlian

Ikuti tren investasi yang terbukti berhasil, seperti investor Jepang yang fokus mencari bisnis yang sudah memiliki skala, keahlian khusus, serta catatan keberhasilan yang terbukti. Jangan coba sendirian karena kompetitor lokal pasti jauh lebih unggul dalam pemahaman pasar lokal yang diperoleh selama puluhan tahun.

3. Temukan mitra bisnis yang dapat dipercaya

Kepercayaan yang kuat hanya bisa dibangun melalui rekam jejak mitra yang transparan selama 10 atau bahkan 20 tahun.

Iwan Sunito juga mengaku pernah terburu-buru memasuki joint venture. Walaupun akhirnya tidak mengalami kerugian finansial, pengalaman tersebut sangat menegangkan baginya. Namun ia tetap semangat melanjutkan bisnis. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES