Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe Mundur Karena Kolitis Ulserativa, Apa Itu?

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, Jumat (28/8/2020) kemarin menyatakan bermaksud untuk mundur karena masalah kesehatan kronis yang muncul kembali, yakni kolitis ulserativa.
Kepada wartawan Perdana Menteri terlama Jepang ini ternyata penderita kolitis ulserativa sejak remaja. Dua minggu berturut-turut ia mengunjungi rumah sakit Tokyo untuk pemeriksaan kesehatannya itu. Apa itu Kolitis Ulserativa ?
Advertisement
Dikutip dari Alodokter.com , kolitis ulserativa adalah penyakit radang usus kronis yang menyebabkan peradangan di saluran pencernaan.
Penyakit ini akan hilang-muncul sepanjang hidup penderitanya. Pengobatan yang tepat memang bisa membantu meredakan gejala dan mencegah penyakit ini kambuh. Tetapi penyakit ini tidak bisa disembuhkan.
Kolitis ulseratif merupakan salah satu penyakit radang usus, selain penyakit Crohn. Gejala penyakit ini berbeda pada tiap penderita, sesuai tingkat keparahannya. Beberapa gejala yang sering muncul pada penyakit ini adalah:
Diare disertai darah atau nanah, nyeri atau kram perut, sering ingin buang air besar tapi tinja sulit, tubuh mudah lelah, nyeri anus, berat badan menurun, demam
Kadang gejala di atas bisa dirasakan lebih ringan atau bahkan tidak muncul sama sekali selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Kondisi ini disebut periode remisi.
Periode remisi kemudian dapat diikuti dengan munculnya kembali gejala, yang disebut dengan periode relaps. Selain gejala di atas, penderita kolitis ulseratif yang relaps juga dapat mengalami gejala lain, seperti:
Sariawan, mata merah, nyeri dan bengkak pada sendi.Pada kasus yang parah, penderita dapat mengalami jantung berdebar hingga sesak napas.
Penyebab kolitis ulserativa belum diketahui secara pasti. Tetapi penyakit ini diduga dipicu respons sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang sel-sel sehat di saluran pencernaan. Juga bisa bermula dari terbentuknya luka di rektum, lalu menjalar ke atas. Kondisi tersebut memicu peradangan dan luka di dinding dalam usus besar.
Kolitis ulserativa (ulcerative colitis) biasanya hanya pada lapisan terdalam dari usus besar (kolon) dan rektum. Bentuknya berkisar dari ringan sampai parah. Menderita ini menempatkan pasien pada risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker usus besar.
Segera periksakan diri ke dokter jika muncul BAB yang disertai dengan darah atau nanah karena penyakit ini penyakit yang bisa berlangsung dalam jangka panjang.
Periksakan diri ke dokter secara rutin untuk memantau perkembangan penyakit dan mengevaluasi pengobatannya. Sebab penyakit ini juga berpotensi menyebabkan komplikasi serius yang bisa mengancam nyawa.
Sebaiknya segera periksakan diri jika mengalami demam lebih dari dua hari, sakit perut, diare lebih dari enam kali, anemia, jantung berdebar, dan sesak napas. Lebih dari 150.000 kasus per tahun penderita kolitis ulserativa di Indonesia.
Perlu diketahui, 5-8 persen penderita kolitis ulserativa terkena kanker usus besar atau kanker kolorektal. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja, namun lebih berisiko terjadi pada orang dengan kondisi berikut:
Berusia di bawah 30 tahun. Meski begitu, juga ada beberapa orang baru terserang kolitis ulserativa setelah usianya di atas 60 tahun atau memiliki riwayat ulseratif kolitis dalam keluarga, mencakup orang tua, saudara kandung, atau sepupu.
Pengobatan kolitis ulserativa bertujuan untuk meredakan dan mencegah kekambuhan gejala. Metode pengobatannya tergantung pada tingkat keparahan gejala dan seberapa sering gejala kambuh, yaitu:
Mengubah pola makan. Beberapa makanan dan minuman bisa memperburuk gejala kolitis ulserativa terutama saat kambuh setelah periode remisi. Untuk meringankan gejalanya, Anda dapat membatasi dan menghindari jenis makanan di bawah ini:
Susu dan produk olahannya, makanan pedas, makanan tinghi serat, seperti buah, sayur, dan kacang-kacangan, minuman beralkohol dan berkafein.
Disarankan untuk makan beberapa kali sehari dalam porsi kecil, daripada makan hanya 1-2 kali sehari tapi dalam porsi besar. Selain itu, dianjurkan untuk banyak minum air putih setiap hari.
Mengurangi Stres. Meskipun tidak secara langsung menyebabkan kolitis ulserativa, stres dapat memperburuk gejalanya. Karena itu kelola stres dengan baik dengan berolahraga ringan atau melakukan teknik relaksasi pernapasan dan otot.
Mengonsumsi obat. Dokter bisa meresepkan obat-obatan untuk mengatasi kolitis ulserativa. Jenisnya tergantung pada tingkat keparahan gejala. Obat-obat yang umum diberikan antara lain:
Obat antiradang seperti sulfasalazine dan kortikosteroid, obat imunosupresan seperti azathioprine dan ciclosporin, obat pereda nyeri paracetamol.
Tidak dianjurkan menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid karena dapat memperparah gejala kolitis ulserativa, misalnya Antidiare, seperti loperamide, antibiotik.
Karena itu, skrining kanker usus besar tiap 1-2 tahun harus dilakukan untuk pencegahan.
Skrining kanker usus besar sebaiknya dilakukan 6-10 tahun setelah kemunculan gejala kolitis ulseratif. Skrining lebih awal juga disarankan apabila Anda memiliki keluarga yang menderita kanker usus besar.
Jika tidak ditangani secara cepat, cepatnya, kolitis ulserativa bisa memicu berbagai kondisi lain yang berbahaya. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
Penyumbatan pembuluh darah, Megakolon toksik atau pembesaran usus besar, usus besar robek, peradangan pada mata, kulit, dan sendi, engeroposan tulang atau osteoporosis, pebyakit liver, perdarahan hebat, dehidrasi parah, meningkatnya risiko kanker kolorektal.
Karena itulah Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe sempat mengatakan bahwa sangat menyayat hati untuk meninggalkan begitu banyak tujuannya yang belum terselesaikan karena kolitis ulserativa-nya kambuh dan dia harus menjalani perawatan baru yang membutuhkan suntikan IV. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sholihin Nur |