Kesehatan

Prevalensi Stunting Kota Bandung Capai 26,40 Persen, Pemkot Bentuk Tim Audit

Senin, 17 Oktober 2022 - 15:08 | 38.02k
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung, Dewi Kania Sari, Senin (17/10/2022). (Foto: Humas Bandung)
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung, Dewi Kania Sari, Senin (17/10/2022). (Foto: Humas Bandung)

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Sebagai upaya menangani masalah stunting, Pemkot Bandung membentuk Tim Audit Kasus Stunting (AKS) melalui Keputusan Wali Kota Bandung Nomor 800/Kep.850-DPPKB/2022. Langkah tersebut dilakukan karena prevalensi stunting di Kota Bandung mencapai 26,40 persen.

Menurut Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung, Dewi Kania Sari, penanganan stunting menjadi salah satu prioritas utama pemerintah untuk itu dibutuhkan percepatan untuk menanganinya.

"Berdasarkan data SSGI tahun 2021 menunjukkan, prevalensi stunting di Kota Bandung sejumlah 26,40 persen, prevalensi stunting di Kota Bandung sejumlah 26,40 persen," ujar Dewi di kantornya, Senin (17/10/2022).

Ia melanjutkan, pada data e-PPGBM tahun 2021 tercatat sebanyak 7.568 atau 7,59 persen balita stunting di Kota Bandung.

Berdasarkan hal ini, dalam setahun setidaknya Pemkot Bandung perlu melakukan audit stunting sebanyak dua kali.

"Sekarang merupakan audit pertama yang mengambil sempel dari dua kecamatan dan kelurahan," ucapnya

Lokasi tersebut antara lain sampel dari Kecamatan Babakan Ciparay, Kelurahan Margahayu Utara, dan Kecamatan Bandung Kidul, Kelurahan Kujangsari.

Dipilihnya empat lokasi ini, imbuh Dewi, karena data prevalensi stunting di sana masih tergolong tinggi.

"Sasaran yang diaudit terdiri dari calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, baduta berisikp stunting yang telah dianalisis oleh masing-masing tim pakar. Hasilnya akan dipaparkan hari ini," imbuhnya.

Menanggapi hal ini, Ketua TP PKK Kota Bandung, Yunimar Mulyana menyampaikan, stunting bukan hanya mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, tapi juga perkembangan lainnya.

Stunting.pngGambar ilustrasi cegah stunting. (Foto: Kementerian Kesehatan RI)

"Upaya yang sudah kita lakukan dari 2019 yakni melalui Bandung Tanginas. Kita sudah turun ke semua kecamatan," papar Yunimar.

Sejak 2019 Pemkot Bandung bekerja sama dengan Baznas untuk menyediakan makanan siap santap bergizi di 15 kelurahan lokus stunting.

Program ini terus bertambah hingga tahun 2021 sebanyak 151 kelurahan telah tersasar Bandung Tanginas.

"Kita juga melakukan pelatihan posyandu, ada buku catatan kader cerdas stunting sebagai bahan referensi untuk mengetahui apa itu stunting dan cara penanganannya," jelasnya.

Tahun ini Pemkot Bandung akan kembali bekerja sama dengan Baznas melalui program pemberdayaan keluarga tanginas.

"Sekarang tidak hanya penerima manfaatnya, tapi juga keluarganya harus kita dampingi agar lebih paham," ungkapnya

Program Bandung Tanginas membawa Pemkot Bandung memperoleh Penghargaan Perencanaan Daerah Tahun 2022 Tingkat Provinsi.

"Kita dapat Juara 1 Inovasi Pembangunan dengan Tema Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural," tuturnya.

Selain program Bandung Tanginas, Pemkot Bandung juga akan meluncurkan program pemberdayaan Budidaya Ikan dalam Ember (Budikdamber) di setiap kelurahan.

"Akan ada 755 sasaran yang jadi penerima manfaat dari program budikdamber. Keluarga tersebut juga akan mendapatkan pendampingan intens. Sehingga kita tidak hanya membagikan, tapi ada pendampingan sampai mereka paham dan berhasil," imbuh Ketua TP PKK Kota Bandung terkait upaya Pemkot Bandung dalam mengatasi stunting di Kota Bandung. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES