Kesehatan

RSHS Bandung Rawat 12 Pasien Anak Gangguan Ginjal Akut, Begini Langkah Kemenkes

Rabu, 19 Oktober 2022 - 21:03 | 39.09k
RSHS Bandung merawat 12 anak yang mengalami gangguan ginjal akut. (FOTO: rshs.or.id)
RSHS Bandung merawat 12 anak yang mengalami gangguan ginjal akut. (FOTO: rshs.or.id)

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Sejak Agustus 2022 sampai saat ini, Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung telah merawat 12 anak dengan gangguan ginjal akut.

“Tiga pasien masih dirawat. Satu pasien dengan kondisi baik dan akan segera pulang,” jelas dr. Ahmedz Widiasta, Sp.A(K), M.Kes, Staf Divisi Nefrologi IKA RSHS yang secara intens merawat pasien ginjal anak. 

Dokter Ahmedz menjelaskan bahwa banyak yang datang ke RSHS memang yang kondisinya sudah berat. “Pasien berasal dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan beberapa dari luar Bandung. Mayoritas pasien berusia dibawah enam tahun,” papar dr. Ahmedz seperti dilansir dari laman resmi RSHS. 

gangguan-ginjal-akut.jpgWaspadai anak-anak dengan gejala gangguan ginjal akut. (FOTO: kemenkes.go.id)

Sementara itu, Ketua Divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSHS, Prof. Dr., Dany Hilmanto, dr, Sp.A(K) mengimbau masyarakat agar jangan panik namun tetap harus waspada.

Terkait istilah yang umum digunakan di masyarakat yakni gagal ginjal akut, Prof. Dani menyampaikan agar sebaiknya menggunakan istilah gangguan ginjal, untuk menunjukan adanya fase-fase sebelum ke fase gagal.

“Penting dikenalkan istilah gangguan ginjal, bukan gagal ginjal untuk menunjukan bahwa jika dideteksi secara dini tingkat kesembuhan akan tinggi,” terangnya.

Informasi-seputar-gangguan-ginjal-akut.jpgInformasi seputar gangguan ginjal akut. (FOTO: kemenkes.go.id)

Penyakit ini disebut dengan gangguan ginjal akut (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) karena sampai saat ini masih belum diketahui penyebabnya. Namun, para ahli sedang berupaya terus melakukan penelitian mengenai penyebab penyakit ini dan mendukung pemerintah agar sedapat mungkin diketahui penyebabnya sehingga masyarakat dapat mengetahui cara pencegahan yang tepat.

Gejala anak dengan penyakit ini di antaranya demam, batuk, pilek disertai dengan diare dan berdasarkan pemeriksaan laboratorium kadar kreatin meningkat. Tanda lain yang bisa diidentifikasi orang tua adalah berkurangnya air kecil pada anak.

“Jika anak demam, batuk, pilek lebih dari 7 hari, apalagi disertai diare segera diperiksakan ke dokter,” imbuhnya.

Untuk mendukung tata laksana di layanan kesehatan, diperlukan ketersedian IVIG agar banyak pasien dapat ditangani dengan baik. Dokter Ahmedz juga mengusulkan agar ke depan dapat diselenggarakan pemeriksaan urine rutin pada anak seperti imunisasi, sehingga penyakit dapat dideteksi secara dini.

“Petunjuk tata laksana terhadap penyakit ini sudah diterbitkan dan disosialisasikan kepada tenaga kesehatan di Indonesia, begitu pun edukasi upaya pencegahan kepada masyarakat. Diharapkan setelah upaya edukasi yang masif orang tua dapat lebih waspada dan tingkat kematian pada anak dengan gangguan ginjal ini menurun,” jelasnya.  

Sementara itu, sejak akhir Agustus 2022, Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal/Acute Kidney Injury (AKI)  yang tajam pada anak, utamanya dibawah usia 5 tahun. Peningkatan kasus ini berbeda dengan yang sebelumnya, dan saat ini penyebabnya masih dalam penelusuran dan penelitian.
 
Jumlah kasus yang dilaporkan hingga 18 Oktober 2022 sebanyak 206 dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak, dimana angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65%.
 
“Dari hasil pemeriksaan, tidak ada bukti hubungan kejadian AKI dengan Vaksin COVID-19 maupun infeksi COVID-19. Karena gangguan AKI pada umumnya menyerang anak usia kurang dari 6 tahun, sementara program vaksinasi belum menyasar anak usia 1-5 tahun,” kata juru bicara Kemenkes dr Syahril, seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan. 
 
Kemenkes bersama BPOM, Ahli Epidemiologi, IDAI, Farmakolog dan Puslabfor Polri melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut.
 
Dalam pemeriksaan yang dilakukan terhadap sisa sampel obat yang dikonsumsi oleh pasien, sementara ditemukan jejak senyawa yang berpotensi mengakibatkan AKI. Saat ini Kemenkes dan BPOM masih terus menelusuri dan meneliti secara komprehensif termasuk kemungkinan faktor risiko lainnya.
 
Untuk meningkatkan kewaspadaan dan dalam rangka pencegahan, Kemenkes sudah meminta tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/sirup, sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas.
 
Kemenkes juga meminta seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk cair/sirup kepada masyarakat sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas.
 
“Kemenkes mengimbau masyarakat untuk pengobatan anak, sementara waktu tidak mengkonsumsi obat dalam bentuk cair/sirup tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan,” tutur dr Syahril.
 
“Sebagai alternatif dapat menggunakan bentuk sediaan lain seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya,” katanya.
 
Perlunya kewaspadaan orang tua yang memiliki anak balita dengan gejala penurunan jumlah air seni dan frekuensi buang air kecil dengan atau tanpa demam, diare, batuk pilek, mual dan muntah untuk segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
 
Keluarga pasien diminta membawa atau menginformasikan obat yang dikonsumsi sebelumnya, dan menyampaikan riwayat penggunaan obat kepada tenaga kesehatan.
 
Sebagai langkah awal untuk menurunkan fatalitas AKI, Kemenkes melalui RSCM telah membeli antidotum yang didatangkan langsung dari luar negeri.
 
Kemenkes sudah menerbitkan Keputusan Dirjen Yankes tentang Tata Laksana dan Manajemen Klinis AKI pada anak yang ditujukan kepada seluruh dinas kesehatan dan fasyankes. Kemenkes juga telah mengeluarkan surat edaran kewajiban penyelidikan epidemiologi dan pelaporan kasus AKI yang ditujukan kepada seluruh Dinas Kesehatan, fasyankes, dan organisasi profesi. Imbauan ini berkaitan dengan terus bertambahnya pasien anak dengan gangguan ginjal akut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES