Gagal Ginjal Akut pada Anak, Sri Sultan HB X: Kita Tunggu Hasil Penelitian
TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Penyakit gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membuat banyak pihak khawatir. Masyarakat pun diminta mengantisipasi terhadap penyakit yang penyebabnya masih misterius tersebut. Sebab, hingga saat ini belum ada yang mengetahui pemicu penyakit tersebut.
Sejauh ini, 13 anak di Yogyakarta dinyatakan mengidap penyakit gagal ginjal akut itu. Dari jumlah tersebut sebanyak 6 orang anak di antaranya meninggal dunia.
Advertisement
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku masih menunggu hasil penelitian yang dilakukan pemerintah pusat untuk menentukan langkah antisipasi penyebaran penyakit selanjutnya.
“Kita kan belum tahu persis sebetulnya kenapa itu bisa muncul dan kasusnya tidak hanya terjadi di Yogya. Di tempat tempat lain juga banyak kasus serupa. Jadi kita tunggu hasil penelitiannya, semoga cepat diketahui,” jelas Sri Sultan HB X, Kamis (20/10/2022).
Pemda DIY juga memastikan telah mengikuti segala arahan dari pemerintah pusat khususnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mengantisipasi penyakit gagal ginjal akut pada anak.
Salah satunya melarang dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk meresepkan obat-obatan dalam bentuk cair atau sirup. Selain itu, apotek juga dilarang untuk menjual obat bebas dalam bentuk sirup kepada masyarakat.
Hal itu untuk mengantisipasi melonjaknya kasus gagal ginjal akut meski konsumsi obat sirup dengan kandungan tertentu belum bisa dipastikan sebagai penyebab munculnya penyakit.
Sultan meminta masyarakat untuk mematuhi segala ketentuan tersebut. “Hanya sampai sekarang arahan dari pusat (obat) yang cair yang sifatnya sirup tidak boleh. Dimungkinkan itu penyebabnya tapi belum pasti. Ya kita tunggu aja akhirnya disebabkan apa dengan obat apa,” jelas Sri Sultan.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie, menjelaskan anak-anak yang terkena gagal ginjal akut tersebut menunjukan gejala demam, batuk, pilek disertai penurunan volume urine, harus segera dibawa ke rumah sakit.
Sejumlah gejala dari penyakit ginjal akut ini di antaranya demam, batuk pilek,mual atau muntah pada anak. Kemudian pada hari ketiga hingga kelima, volumeurine pada anak tersebut mulai menurun, urine berwarna keruh. Bahkan ada beberapa anak yang tidak bisa mengeluarkan urine.
“Urine sangat sedikit, karena tidak ada yang bisa dikeluarkan. Ketika sudah seperti ini harus diwaspadai, jangan-jangan ginjal tidak bisa berfungsi dengan baik, maka harus segera dibawa ke fasyankes secepatnya,” ungkapnya.
Meski demikian, masyarakat tidak perlu khawatir atau panik berlebihan dalam merespons kondisi ini. Dia meminta masyarakat agar tetap mewaspadai penularan Covid-19 dengan tetap menjaga prokes, karena ada kasus yang disebabkan oleh komplikasi Covid-19. Kasus ini sedang diteliti parapakar dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan.
Menurutnya banyak pihak yang masih kebingungan karena anak-anak yang terkenatidak memiliki catatan gagal ginjal. “Makanya sering disebut inimisterius karena tidak diketahui apa penyebabnya, ini gagal ginjal tetapi tidakdiketahui penyebabnya,” ujarnya.
Sedangkan Tim Medis Penanganan Gagal Ginjal Akut pada Anak RSUP Dr Sardjito, mengungkapkan bukan paracetamol yang menjadi pemicu penyakit tersebut.
Anggota Tim Medis Penanganan Gagal Ginjal Akut pada Anak RSUP Dr Sardjito, dr Kristia Hermawan MKes SpA, mengugkapkan gagal ginjal akut ini sebenarnya bukan penyakit baru, tapi timnya melihat, kasus kali ini perjalanan ke arah memburuknya begitu cepat.
“Maka, gagal ginjal akut ini disebut atipikal karena polanya tidak khas, membuat pasien yang terpapar bisa masuk ke kategori derajat berat dalam beberapa hari ke depan,” jelasnya.
Sejauh ini RSUP Dr Sardjito menangani 13 kasuspasien anak gagal ginjal. Enam anak meninggal dunia, tiga dinyatakan sembuh dan empat anak masih menjalani rawat inap.
Kristia mengungkapkan 13 pasien anak yang datang ke RSUP Dr Sardjito sudah dalam kondisi gagal ginjal derajat berat. Sehingga, gagal ginjal akut derajat berat itu menyebabkan komplikasi pada organ dan pendarahan.
Sedangkan dr Retno Palupi yang juga menjadi tim penanganan mengatakan, hingga kini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) masih menginvestigasi kausa dari kasus ini.
“Masih dalam investigasi, jadi butuh waktu. Sampai saat ini belum bisa disimpulkan apa sebabnya,” ucap Retno.
Menurutnya tiga pasien anak bisa cepat sembuh karena mereka tidak memiliki banyak komplikasi penyakit. Termasuk, pembekuan darahnya tidak terlalu tingti sehingga komplikasi organ tidak setinggi pasien meninggal.
“Saran bagi orangtua, terutama yang memiliki anak di bawah usia enam tahun, maka orangtua harus perhatian terhadap anak dengan melakukan deteksi dini kesehatannya,” terang dia.
Salah satu yang perlu diwaspadai antara lain adanya gejala penurunan volume atau frekuensi urine atau tidak ada urine baik dengan atau tanpa gejala demam. Selain itu, munculnya gejala diare dan batuk pilek perlu pula diwaspadai.
“Orangtua yang memiliki anak terutama yang berusia balita, diimbau sementara tidak mengkonsumsi obat obatan yang didapatkan secara bebas tanpa anjuran dari tenaga kesehatan yang kompeten sampai dilakukan pengumuman resmi dari pemerintah,” ujarnya terkait upaya pencegahan gagal ginjal akut pada anak. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |