Dinkes Banyuwangi Imbau Warga Waspada Wabah Leptospirosis

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Meskipun kasus leptospirosis di Bumi Blambangan masih nihil, Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi, Jawa Timur, mengimbau warga untuk mengenali penyebab dan cara pencegahan leptospirosis yang bisa menimbulkan penyakit serius dan bahkan berakibat fatal.
Plt Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat mengatakan, meskipun belum ditemukan tanda-tanda penyebaran penyakit Leptospirosis di Bumi Blambangan, namun tetap diperlukan upaya untuk menjaga dan mengantisipasi paparan wabah itu. Pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat.
Advertisement
"Banyuwangi belum ditemukan adanya tanda-tanda terpapar Leptospirosis," kata Amir, sapaan akrab Plt Kadinkes Banyuwangi, Rabu (15/3/2023).
Amir menjelaskan, Leptospirosis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira interrogans yang bisa menjangkit manusia dan hewan. Bakteri tersebut, paling umum memasuki tubuh melalui hidung, mulut dan mata, atau melalui abrasi kulit saat orang terpapar air yang terkontaminasi urin hewan yang telah terinfeksi.
"Kita mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk menerapkan PHBS," ungkapnya.
Gejala Leptospirosis, lanjut Amir, yang perlu diperhatikan ialah demam 38,5 derajat, sakit kepala, nyeri otot, hingga kesulitan berjalan, kemerahan pada selaput putih mata dan kekuningan pada mata dan kulit. Infeksi leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik dan mengembalikan fungsi tubuh yang terganggu akibat kondisi ini.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari paparan wabah leptospirosis menurut Dinkes Banyuwangi :
- Hindari kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi. Jangan berenang atau mandi di air yang terkontaminasi, dan hindari berjalan di daerah yang tergenang air yang mungkin terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi. Pastikan juga untuk mencuci tangan Anda setelah terkena tanah atau air yang tidak bersih.
- Jaga kebersihan lingkungan sekitar. Bersihkan rumah dan lingkungan sekitar secara teratur, termasuk membuang sampah dengan benar dan menjaga agar tikus dan hewan ternak tidak masuk ke rumah.
- Gunakan perlindungan saat melakukan kegiatan yang berisiko. Jika Anda bekerja di lapangan atau melakukan kegiatan yang mungkin terpapar dengan urin hewan, pastikan untuk menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu boots
"Intinya penangkal utama Leptospirosis sejak dini adalah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, agar tidak terjangkit bakteri leptospira," jelasnya.
Amir menambahkan, pihaknya telah melakukan berbagi cara untuk mecegah penyakit Leptospirosis. Dengan menggerakkan seluruh petugas kesehatan untuk segera menangani jika terjadi tanda-tanda mengenai penyakit Leptospirosis. Dan mengimbau kepada masyarakat untuk waspada dan melakukan pencegahan.
"Dengan deteksi dini, penyakit lebih mudah disembuhkan. Jika sudah parah, membutuhkan pengobatan ekstra," ujarnya.
Meskipun belum ditemui tanda-tanda penyebaran penyakit Leptospirosis di kabupaten ujung timur pulau Jawa yang berbahaya bagi manusia ini, Dinkes Banyuwangi terus melakukan sosialisasi untuk mencegah terpapar penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan kematian tersebut.
Selain itu, edukasi PHBS dan pencegahan dini dengan berperilaku hidup bersih sehat dan sehat dengan menjaga sanitasi lingkungan. Menggenakan alat pelindung jika berada area yang beresiko menularkan bakteri leptospira. Dan tentunya, menutup luka dengan plaster tahan air, terutama sebelum kontak dengan air diluar, serta perhatikan penyimpanan makanan dan minuman dari jangkauan tikus.
"Pastikan lingkungan bersih dari tikus dan hindari air yang kemungkinan terkontaminasi bakteri leptospira penyebab penyakit Leptospirosis," pungkas Amir Hidayat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sholihin Nur |