Kusta Bukan Kutukan, Yuk Simak Penjelasan dari Dokter Spesialis RSUD Genteng

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Hingga saat ini, penyakit kusta dianggap sebagai kutukan dan menimbulkan stigma sosial bagi penderita. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin RSUD Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur, dr. Riezky Januar Pramitha,Sp.DV, memastikan bahwa kusta bukan kutukan. Penyakit ini dapat disembuhkan dan penderita kusta dapat menjalani hidup normal seperti orang lain.
"Kusta adalah penyakit yang menyerang sistem saraf tepi, kulit dan organ tubuh bagian dalam yang mengakibatkan sebagian anggota tubuh tidak berfungsi dengan normal. Kusta dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat," jelas dr. Riezky, Selasa (28/03/2023).
Advertisement
Namun mirisnya, stigma sosial dan ketakutan tentang kusta masih ada di masyarakat. Hal ini terutama terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit ini. Penderita kusta sering kali diisolasi dan dianggap sebagai kutukan atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
Tidak jarang penderita penyakit itu dijauhi atau bahkan terisolisasi dan dikucilkan dari masyarakat luas. Bahkan, mereka tidak diakomodir dengan baik oleh masyarakat umum dan juga beberapa instansi.
"Kusta dapat dicegah dan disembuhkan. Penting diperlukan deteksi dini, karena keterlambatan deteksi dan pengobatan yang tepat dapat menimbulkan kecacatan yang berdampak sosioekonomi yang luas," terang dokter spesialis Kulit dan Kelamin RSUD Genteng tersebut.
Untuk itu, jelas dr. Riezky, penting untuk mengenali dan mengetahui tanda-tanda terjangkit penyakit Kusta.
Penularan kusta dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita dan juga melalui udara pernafasan. Namun, hal ini tergantung dari imunitas tubuh individu. Jika imunitas tinggi, kemungkinan untuk terserang penyakit ini sangatlah jarang.
Oleh karena itu, lanjut dr. Riezky, penyakit kusta disebut juga dengan penyakit imunologik, karena derajat berat dan bentuk klinisnya tergantung pada sistem imunitas selular penderita.
Adapun gejala penyakit Kusta diantaranya, adanya bercak-bercak pada kulit, jika pada kulit gelap akan berupa bercak putih, sedangkan pada kulit terang berupa bercak berwarna merah atau tembaga. Adanya penebalan saraf tepi dan anestesi atau mati rasa di daerah bercak kulit.
"Ada empat gejala klinis penderita kusta. Seseorang dapat dikatakan menderita kusta jika ditemukan dua atau tiga gejala pada tubuhnya," terangnya.
Jika diketahui tanda-tanda yang dimaksud, tambah dr. Riezky, sebaiknya penderita segera melakukan pemeriksaan. Penyakit Kusta dapat dicegah dan disembuhkan.
Melalui kampanye edukasi dan penanganan yang tepat, dr. Riezky berharap bahwa stigma sosial tentang kusta dapat dikurangi dan masyarakat dapat memahami bahwa kusta bukanlah kutukan. Penderita kusta juga dapat mendapatkan pengobatan yang tepat dan kembali hidup normal seperti orang lain.
"Kami di RSUD Genteng siap memberikan pelayanan terbaik kepada pasien kusta. Kami berharap dapat membantu mereka untuk kembali hidup normal dan menghilangkan stigma sosial tentang penyakit ini," tutup dr. Riezky.
Terpisah, Direktur RSUD Genteng dr Siti Asiah Anggraeni, M.MRS, menerangkan bahwa pihaknya terus menerus berbenah untuk memberikan pelayanan terbaik. Masyarakat yang merasakan atau mengalami keluhan kesehatan bisa segera datang ke RSUD Genteng.
"Kami selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk kesehatan masyarakat. Dengan tenaga medis yang berpengalaman," ungkap dr Asiyah, sapaan akrab Direktur RSUD Genteng, Banyuwangi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.