SSR YABHYSA Peduli TBC Kota Malang Gelar Seminar untuk Kader dan Organisasi Profesi

TIMESINDONESIA, MALANG – Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan beban tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia setelah India. Hal itu berdasarkan Global Tuberculosis Report yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2022.
Diperkirakan terdapat 562.049 penduduk Indonesia menderita TBC tahun 2019. Dengan jumlah 92.700 orang meninggal akibat TBC, atau sekitar 11 orang meninggal akibat TBC perjamnya.
Advertisement
Di Kota Malang, data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Kota Malang, sejak 2022 hingga Januari 2023, terdapat sebanyak19.157 temuan kasus yang diduga TBC. Dari angka keseluruhan, secara detail, untuk pasien yang diobati ada 1.970 orang, pasien TBC resisten obat (RO) yang diobati sebanyak 23 orang, TBC Anak sebanyak 248 orang, TBC HIV sebanyak 71 orang dan kasus kematian akibat TBC sebanyak 84.
Berbagai langkah pun dilakukan untuk dapat terus menekan angka TBC ini. Seperti yang dilakukan oleh SSR YABHYSA Peduli TBC Kota Malang pada Sabtu (20/5/2023). Mereka menggelar seminar dengan judul Terapi Pencegahan Tuberkulosis Untuk Mendukung Tuber Kulosis 2030, untuk para kader dan organisasi profesi lainnya.
Kepala SSR YABHYSA Kota Malang, Ruly Narulita mengatakan, seminar ini bertujuan agar seluruh kader dan pihak lainya bisa mengetahui tentang TBC secara detail. Mulai dari gejala hingga penanganan awal yang bisa dilakukan.
"Bapak ibu yang hadir di seminar ini diharapkan bisa menularkan dan memberikan informasi kepada yang lain. Sehingga bisa semakin luas jangkauannya dan dipahami masyarakat luas," ucapnya, Sabtu (20/5/2023).
Dengan adanya seminar ini, pihaknya yakin, upaya untuk terus menekan angka TBC di Kota pendidikan ini bisa membuahkan hasil. "Sehingga TBC yang ada di kota Malang ini semakin berkurang," imbuhnya.
Ruly menegaskan, perjuangan untuk Indonesia bebas TBC ini tidak bisa jika hanya dilakukan oleh pihak kesehatan saja. Butuh dukungan seluruh pihak. Sehingga dia berharap ada kolaborasi yang bagus dari berbagai elemen agar penyakit menular ini bisa tuntas atau ditekan.
"Apapun profesi kita, kita bisa memberikan edukasi kepada masyarakat," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.