TIMESINDONESIA, JAKARTA – Berita tentang aspartam sebagai pemicu kanker telah menimbulkan perdebatan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Sebuah laporan dari International Agency for Research on Cancer (IARC), cabang khusus dari World Health Organization (WHO), menyatakan bahwa aspartam "mungkin" merupakan penyebab kanker. Namun, sebuah kelompok pakar lain yang juga meninjau bukti yang sama menyatakan bahwa penggunaan pengganti gula ini masih aman dalam jumlah terbatas.
Aspartam adalah sejenis pemanis buatan yang digunakan untuk menggantikan gula dalam berbagai produk makanan dan minuman rendah kalori atau bebas gula. Pemanis ini jauh lebih manis daripada gula sukrosa dan memiliki sedikit atau bahkan tanpa kalori. Oleh karena itu, aspartam sering digunakan dalam produk-produk diet dan rendah kalori untuk memberikan rasa manis tanpa menambahkan jumlah kalori yang tinggi.
Advertisement
Dalam komposisinya, aspartam terdiri dari dua asam amino, yaitu asam aspartat dan fenilalanin, yang diikat bersama oleh metanol. Ketika aspartam dikonsumsi, tubuh memecahnya menjadi komponen asam amino yang lebih sederhana dan metanol. Metanol sendiri terdapat dalam jumlah kecil dalam banyak makanan sehari-hari seperti buah-buahan dan sayuran.
Bahkan sejak tahun 1981, aspartam telah diizinkan untuk digunakan sebagai pemanis buatan oleh badan pengawas makanan dan obat di berbagai negara termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa. Penggunaan aspartam telah melewati serangkaian uji coba dan penelitian untuk memastikan keamanannya.
Makanan Apa Saja yang Mengandung Aspartam?
Aspartam biasanya digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman, terutama yang diklaim sebagai "diet", "rendah kalori", atau "tanpa gula". Berikut adalah beberapa contoh makanan yang biasanya mengandung aspartam:
- Minuman Diet: Soda diet, minuman berkarbonasi rendah kalori, dan minuman ringan dengan label "diet" atau "light".
- Permen Karet: Permen karet tanpa gula yang diklaim sebagai alternatif rendah kalori.
- Produk Rendah Kalori: Makanan penutup, makanan manis, atau makanan olahan dengan label "rendah kalori" atau "tanpa gula tambahan".
- Pemanis di Makanan dan Minuman: Aspartam sering digunakan sebagai bahan pemanis dalam banyak produk makanan dan minuman, termasuk permen, jeli, yogurt, minuman olahraga, dan sejenisnya.
"IARC mengklasifikasikan aspartam sebagai kemungkinan karsinogenik bagi manusia (Grup 2B) berdasarkan bukti terbatas untuk kanker pada manusia (khususnya, untuk karsinoma hepatoseluler, yang merupakan jenis kanker hati). Ada juga bukti terbatas untuk kanker pada hewan percobaan dan bukti terbatas terkait dengan kemungkinan mekanisme penyebab kanker," tulis WHO melalui laman resminya.
Kontroversi seputar Kanker dan Aspartam
Penilaian tentang keamanan aspartam telah menjadi subjek perdebatan selama bertahun-tahun. Beberapa studi pada hewan percobaan telah menunjukkan potensi hubungan antara aspartam dan perkembangan tumor tertentu. Namun, hasil studi ini belum dapat dipastikan relevansinya pada manusia. Banyak penelitian pada manusia yang telah dilakukan untuk menguji potensi risiko aspartam terhadap kanker, tetapi hasilnya tidak konsisten.
Kemudian, pada tahun 2013, IARC mengklasifikasikan aspartam sebagai bahan "mungkin karsinogenik bagi manusia" berdasarkan bukti dari studi hewan dan manusia. Meskipun demikian, pernyataan ini tidak mengindikasikan seberapa besar risiko tersebut dan perlu dipahami dengan konteks yang tepat.
Dalam prakteknya, badan pengawas makanan di berbagai negara tetap mengizinkan penggunaan aspartam sebagai pemanis buatan dengan batasan tertentu, berdasarkan kesimpulan bahwa aspartam dalam jumlah yang wajar aman untuk dikonsumsi oleh manusia.
Seperti halnya dengan banyak bahan makanan lainnya, penggunaan aspartam harus tetap berada dalam batas wajar yang direkomendasikan. Jika anda memiliki kekhawatiran tentang aspartam atau sedang menjalani diet khusus, selalu bijaksana untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau profesional kesehatan yang kompeten sebelum membuat keputusan tentang konsumsi makanan dan minuman tertentu.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khodijah Siti |
Publisher | : Rizal Dani |