Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) Bisa Sembuh, Mitos atau Fakta?

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Diabetes melitus (DM) menjadi salah satu penyakit yang mengerikan di Indonesia. Apakah itu DM? Apakah bisa disembuhkan? Apa penyebabnya? Apa faktor risikonya? Berikut analisis dari Ge Recta Besok, founder AMRO Insitute Surabaya.
***
Advertisement
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar glukosa dalam darah tinggi) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Data International Diabetes Federation (IDF) mencatat 537 juta orang dewasa atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes di seluruh dunia, dan menyebabkan 6,7 juta kematian per tahun atau 1 kematian setiap 5 detik. IDF pada 2021 juga menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi ke-5 dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 19,47 juta, prevalensi diabetes sebesar 10,6 persen.
Mengapa Kadar Gula Glukosa Darah Tinggi?
Makanan seperti karbohidrat, misalnya nasi, roti, pasta, dan tepung akan dipecah oleh enzim dalam usus menjadi glukosa yang akan diserap oleh usus masuk ke dalam sirkulasi darah yang mengalir ke seluruh tubuh. Glukosa ini akan diserap oleh sel-sel berbagai organ tubuh untuk membentuk energi.
Sel membutuhkan insulin untuk memasukan glukosa ke dalam sel.
Insulin adalah hormon yang dibuat oleh sel pankreas dan dilepas ke dalam sirkulasi darah.
Insulin adalah kunci untuk membuka pintu pada permukaan sel sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel yang selanjutnya dimetabolisir oleh sel menjadi energi.
Diabetes Melitus (DM) terjadi manakala tubuh tidak mampu memasukan gula glukosa ke dalam sel sehingga kadar gula menumpuk di luar sel di dalam sirkulasi darah.
Penyebab DM
Pada penderita DM terjadi:
1. Sel beta Pankreas tidak dapat membuat insulin atau dalam jumlah yang kurang.
2. Sel beta pankreas dapat membuat insulin tetapi setelah insulin berikatan dengan reseptornya pada permukaan sel gagal membuka pintu masuk glukosa kedalam sel, sehingga kadar glukosa darah menjadi tinggi. Inilah yang dinamakan Resistensi Insulin.
Ada berapa tipe DM?
Ada beberapa tipe DM antara lain:
1. DM tipe1 (DMT1), adalah penyakit autoimun dimana respon imun tubuh merusak sel beta pankreas. Tipe ini kira-kira hanya 10% orang. Orang yang menderita tipe ini setiap hari harus suntik insulin. Faktor genetik atau infeksi virus dapat menyebabkan hal ini. Munculnya gejala biasanya cepat terjadi dalam waktu minggu atau bulan. Gejala muncul pada masa anak-anak sampai dewasa muda.
2. DM tipe 2 (DMT2), disebabkan karena sel beta pankreas tidak cukup membuat insulin atau terjadi resistensi insulin. Sebanyak 95% orang menderita tipe ini. Mulai terjadi pada masa dewasa sampai lansia.
Faktor Resiko Terjadinya DMT2.
1. Keturunan dari keluarga
2. Obesitas (kegemukan) dan berat badan lahir bayi besar
3. Hipertensi
4. Aktifitas fisik yang kurang, tidak pernah olah raga
5. Umur di atas 45 tahun.
6. Mempunyai Diabetes selama kehamilan
7. Riwayat penyakit jantung atau stroke
8. Perokok terutama yang berat
Gejala Klinis DMT2
Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penderita Diabetes antara lain: sering kali merasa haus, lemah mudah capai, mata kabur, rasa tebal dan kesemutan pada tangan dan kaki, luka lambat sembuh, berat badan menurun, sering kencing, mulut kering mudah terjadi infeksi.
Pada wanita kerap terjadi infeksi jamur atau infeksi saluran kencing. Sedangkan pada laki dapat terjadi libido menurun, gangguan ereksi, kekuatan otot menurun.
Penyakit DMT2 jangan dianggap remeh atau tidak tertib dalam menjalani pengobatan. Dalam waktu yang panjang dapat terjadi komplikasi yang fatal.
Bahaya Komplikasi DMT2
Tingginya kadar gula dan kolesterol akan merusak pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) maupun pembuluh darah besar (makrovaskuler) dalam bentuk penimbunan plaque dalam dinding pembuluh darah sehingga lubang menjadi sempit dan kaku menyebabkan komplikasi kerusakan pembuluh darah dan hipertensi dengan segala akibatnya.
Kerusakan pembuluh darah mikrovaskuler mengakibatkan kerusakan pada:
1. Mata dengan akibat retinopati, katarak, glaukoma dengan gejala mata kabur sampai buta, sakit kepala.
2. Ginjal terjadi nefropati, gagal ginjal dengan pengobatan cuci darah yang berkepanjangan dengan biaya mahal.
3. Neuropati, hiperglikemia/kadar gula yang tinggi dapat merusak syaraf tepi dengan gejala nyeri dan atau kesemutan tangan kaki. Luka pada kaki yang tidak terasa dan mudah infeksi akan berkembang menjadi gangrene (pembusukan) kaki yang bisa berakhir dengan amputasi kaki.
Kerusakan pembuluh darah makrovaskuler akan terjadi kerusakan pada:
1. Otak dengan resiko stroke (pecahnya pembuluh darah) dan penyakit cerebrovascular antara lain TIA (transient ischemic attack), gangguan kognitif, depresi, dementia (mudah lupa), gangguan pendengaran.
2. Penyakit Jantung Koroner, serangan jantung dengan gejala nyeri dada, gagal jantung.
3. Extremitas (tangan dan kaki) akibat penyempitan pembuluh darah dan kadar gula yang tinggi sehingga aliran darah berkurang dengan akibat luka infeksi yang sukar sembuh dengan resiko gangrene (ulkus kaki diabetik).
Melihat adanya komplikasi yang berkepanjangan dan fatal dan akan sangat mengganggu kualitas hidup, maka hal yang sangat bijaksana dan harus dilakukan adalah mencegah terjadinya DM dan pengobatan yang holistik dan komprehensif. Manakala sudah terjadi diabetes supaya tidak terjadi komplikasi.
Egregious Eleven, 11 Jalur Patogenesis DMT2
Schwartz pada tahun 2016 menyampaikan, bahwa tidak hanya otot, hepar, dan sel beta pankreas saja yang berperan dalam patogenesis (asal muasal) DMT2, tetapi terdapat delapan organ lain yang berperan, yang disebut sebagai the egregious eleven, seperti gambar berikut.
Gut dysbiosis merupakan central patogenesis hiperglikemia
Dysbiosis, SCFA Berkurang, Inkretin Berkurang dan Insulin Berkurang
Gut Microbiota (mikrobiota usus) adalah komunitas ekologis mikroba dalam usus, yang terdiri dari bakteri, jamur dan virus. Usus yang sehat memiliki mikrobiota yang beragam dan seimbang, yang dinamakan Eubiosis. Apabila usus sehat maka semua organ menjadi sehat. Ada interkoneksi antara usus dengan semua organ (Gut-Many Organ Axis).
Manakala Patogen (mikroba yang merugikan) mengambil alih dominasi Probiotik (mikroba yang menguntungkan) terjadilah ketidakseimbangan, yang dinamakan Dysbiosis. Asam lemak rantai pendek (SCFA) yang merupakan metabolit probiotik menjadi berkurang.
Seiring berkurangnya SCFA, produksi hormon inkretin (GIP dan GLP-1) oleh sel enteroendokrin dalam usus juga berkurang dan pada gilirannya mengurangi produksi insulin oleh sel beta pankreas.
Dysbiosis, Peradangan Kronis dan Resistensi Insulin
Dysbiosis ditandai dengan menipisnya lapisan lendir (mukus) yang melumuri dinding usus. Sel-sel epitel penyusun dinding usus merenggang sehingga terjadi kebocoran dinding usus (leaky gut).
Leaky gut memungkinkan terjadinya translokasi patogen dan metabolitnya dari usus ke dalam pembuluh darah dan tersebar ke seluruh organ tubuh melalui peredaran darah. Endotoxin patogen seperti LPS, TMAO dan Flagellin menyebabkan terjadinya keradangan derajad rendah, sistemik dan dalam jangka waktu yang panjang menjadi peradangan kronis, yang ditandai dengan kenaikan sitokin proinflamasi TNF alfa dan IL-6. Hal ini mengakibatkan produksi GLUT-4 terganggu. GLUT-4 ini merupakan protein pengantar masuk glukosa darah ke dalam sel. Inilah yang dinamakan resistensi insulin.
Resistensi Insulin Memicu Lipolisis pada Jaringan Lemak
Resistensi insulin pada jaringan lemak meningkatkan lipolisis Trigliserida/TG diurai menjadi free fatty acid/FFA dan gliserol, lalu masuk ke dalam peredaran darah.
FFA dan gliserol disintesis kembali menjadi TG dalam darah. Peningkatan kadar TG dalam darah menjadi hipertrigliseridemia.
Peningkatan FFA dalam sel hati dan sel otot memacu glukoneogenesis di hati dan memperparah resistensi insulin di otot. Akibatnya gula darah semakin tinggi dan terjadi glukotoksistas.
Restorasi Dysbiosis jadi Eubiosis adalah Targeted Treatment yang Komprehensif
Pada penderita DMT2 sudah terjadi keadaan dysbiosis ataupun dysbiosis oleh penyebab yang lain dapat memicu proses terjadinya DMT2. Dengan konsep pengobatan atau managemen yang ada saat ini sudah memberikan hasil yang baik tetapi belum optimal. Dengan menambahkan konsep Gut-Many Organ Axis pada manajemen tersebut adalah sangat relevan dengan alasan yang akan disampaikan di bawah ini secara singkat.
Eubiosis Perbaiki Permeabilitas Usus, Naikkan SCFA, Modulasi Inkretin dan Insulin
Dominasi patogen digeser oleh probiotik dengan suplementasi probiotik multistrain. Permeabilitas usus membaik seiring bertambahnya SCFA. Ikatan antar sel epitel dinding usus menjadi erat dan dilumuri dengan mukus. Dengan demikian terbangun barrier pelindung usus sehingga patogen dan toxin tidak bisa masuk.
Endotoxin LPS dicerna oleh probiotik menjadi SCFA, yang diperlukan oleh sel enteroendokrin usus untuk membuat hormon inkretin. Eubiosis akan memodulasi produksi hormon inkretin dan pada gilirannya hormon inkretin memodulasi sel beta pankreas memproduksi insulin.
Eubiosis dan Antinflamasi Alami Probiotik Multistrain Meredakan Peradangan Kronis dan Memperbaiki Resistensi Insulin
Anti inflamasi alami yang merupakan metabolit aktif probiotik multistrain seperti Embelin, Gingerol, Diallyl Sulfide dan 16α-hidroxysterone dapat mengurangi sitokin proinflamasi sekaligus meningkatkan sitokin antiinflamasi sampai terjadi keseimbangan, lalu peradangan kronis reda.
Eubiosis memodulasi sistem imun dengan menyeimbangkan antar sel Th1, Th2, Th17 dan Treg beserta sitokin-sitokinnya. Dengan demikian peradangan kronis menjadi reda dan pada gilirannya resistensi insulin diperbaiki.
Insulin Sensitive Hentikan Lipolisis di Jaringan Lemak
Suplementasi probiotik multistrain berefek menurunkan TNF alfa di sel lemak agar hormon sensitive lipase (HSL) tidak aktif dalam mengurai TG dalam sel lemak menjadi FFA dalam darah dengan kata lain TG bisa diturunkan.
Penurunan FFA dalam sel hati menghambat glukoneogenesis dan memperbaiki transportasi GLUT-4 ke membran sel otot.
Riset AMRO Institute
Probiotik multistrain terbukti memiliki manfaat menurunkan kadar HbA1c sekaligus menurunkan tekanan darah ke level aman dan memulihkan luka diabetik.
1. Efek Pemberian Probiotik Multistrain Terhadap Profil Glukosa Darah dan Tekanan Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi
• 19 subyek pada kelompok intervensi diberikan probiotik multistrain dengan dosis 15 mL tiap 8 jam (3 kali sehari) selama 8 minggu.
• Terjadi penurunan bermakna kadar HbA1c pada kelompok intervensi dan penurunan bermakna jika dibandingkan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
• Penurunan bermakna tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi.
2. Pemanfaatan Probiotik Multistrain untuk Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Kaki Diabetik
• 20 subyek pada kelompok intervensi diberikan probiotik multistrain dengan dosis 15 mL tiap 8 jam (3 kali sehari) selama 8 minggu.
• Terjadi penurunan bermakna kadar HbA1c pada kelompok intervensi dan penurunan bermakna jika dibandingkan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
• Penurunan bermakna pada parameter WBC pada kelompok intervensi dan penurunan bermakna jika dibandingkan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
• Penurunan bermakna pada parameter LED pada kelompok intervensi.
• Penurunan bermakna pada parameter proinflamasi IL-6 pada kelompok intervensi dan penurunan bermakna jika dibandingkan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
PRO EM1 adalah Suplemen Kesehatan dengan lisensi EMRO Okinawa, Jepang, yang mengandung probiotik multistrain yang hidup dan metabolit aktif dengan masa simpan yang panjang. Berbahan baku alami 100% asli Indonesia yang telah mendapat izin edar BPOM sebagai Suplemen dan Sertipikat Halal dari BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal) Kementerian Agama RI.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rochmat Shobirin |