Dokter RSUD Dr Soetomo Anjurkan Ibu Hamil Screening HIV

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Menurunkan angka HIV sangat sulit karena tingkat kesadaran masyarakat masih minim. Baik pada proses penyembuhan maupun screening ibu hamil dampaknya yang janin sedang dikandung.
Anak-anak yang terinfeksi makin bertambah kasus terinfeksi HIV. Ibu hamil yang seharusnya melakukan screening HIV ternyata jarang sekali memeriksakan kandungannya untuk mendeteksi apakah janin terinfeksi virus HIV atau tidak. Jika saja screening dilakukan angka tertular makin berkurang.
Advertisement
"Permenkes tahun 2014 menyatakan screening ibu hamil perlu dilakukan untuk mendeteksi apakah terdeteksi virus HIV atau tidak," kata Dr. Musofa Rusli, dr, Sp.PD, Kepala Instalasi Intermediate Penyakit Infeksi RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Jumat (1/12/2023).
Jika saja pemeriksaan saat hamil dilakukan, maka kecil kemungkinan kasus baru muncul. Proses melahirkan dapat ditangani dengan baik sehingga tidak terjadi luka pada bayi sehingga terhindar dari infeksi.
Jika dinyatakan ada virus, HIV maka proses melahirkan dengan jalan operasi hal ini mengurangi resiko bayi yang tertular.
Sementara dengan ibu yang tidak melalui screening resiko makin tertular makin tinggi baik pada si bayi maupun petugas medis.
Apalagi, proses melahirkan dilakukan dengan normal. Di masyarakat kita hal ini masih sering terjadi, sehingga kasus baru muncul. Secara otomatis bayi tertular.
Sementara pemeriksaan bisa dilakukan di Puskesmas yang sudah ditunjuk pemerintah dalam penanganan HIV. Tidak harus dirujuk dirumah sakit besar tingkat A.
Menurunkan jumlah orang dengan HIV tidak bisa turun. Yang bisa diturunkan jumlah kasusnya dengan menjalani terapi dengan baik. Ibu hamil yang terinfeksi, baiknya menjalani screening kehamilan jika terdeteksi minum obat secara teratur maka virus dapat ditekan sampai nol sehingga tidak menimbulkan resiko pada janin
"Pentingnya screening waktu hamil mengurangi transmisi HIV Atau mengurangi HIV," tutur dr. Mustofa saat ditemui di Ruang Instalasi Penyakit Infeksi RSUD Dr Soetomo.
Cara pencegahan yang lain jika dinyatakan terinfeksi, minum obat secara rutin wajib dilakukan. Sementara masyarakat masih belum komitmen melakukan terapi minum obat secara rutin.
Dr. Mustofa mengatakan, masalah klinik sebetulnya tidak terlalu rumit. Kontrol tiap bulan dan bisa satu bulan sekali dan minum obat satu hari sekali. Masalah ada pada masyarakat yang kurang komitmen dalam proses terapi. Sedangkan obat yang disuplai negara melalui APBN ini cukup ampuh. Minum obat secara rutin selama satu tahun maka virus bisa turun hingga nol.
Namun, jika tidak dilakukan, akan timbul komplikasi sakit lainnya karena virus sudah menjalar dalam tubuh kekebalan imun makin di serang. Kemudian meningkat menjadi AIDS dan proses penyembuhannya makin lama hingga berujung pada kematian.
Pasien yang saat ini ditangani RSUD Soetomo paling banyak terapi untuk mengembalikan kondisi pasien. Yang makin membaik diberikan antivirus.
Sedangkan kekebalan menurun seseorang dengan lainnya berbeda sehinga setiap pasien mempunyai infeksi yang berbeda juga.
Akhir wawancara, dr. Mustofa berpesan screening HIV sangat dianjurkan kelompok resiko ditambahkan kelompok rentan (ibu hamil). Screening bisa diakukan di manapun setelah dinyatakan positif bukan berati tidak ada harapan masih ada harapan.
Obat yang dikonsumsi pasien HIVsaat ini cukup efektif. Walapun belum dikatakan sembuh. Obat yang diminum sanggup membuat virus hiv turun menjadi nol selama setahun jika masyakarat mau komitmen menjalani terapi. Jika life style bisa dirubah maka kasus baru tidak akan muncul dan angka yang terinfeksi HIV turun dengan sendirinya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |