Kesehatan

Kasus Demam Berdarah di Bondowoso Meningkat, Ada yang Meninggal

Kamis, 18 Januari 2024 - 15:41 | 35.54k
Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah (FOTO: pexels.com)
Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah (FOTO: pexels.com)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Memasuki musim pancaroba, kasus demam berdarah (DB) yang disebabkan nyamuk Aedes Aegypti di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, menunjukkan terjadi peningkatan. 

Pada 2023, kasus demam berdarah di Kabupaten Bondowoso meningkat dibandingkan tahun 2022.

Advertisement

Administrator Kesehatan Ahli Muda pada Dinas Kesehatan Bondowoso, Goek Fitri Wulandari mengatakan, total kasus DB Tahun 2022 sebanyak 231 kasus. Bahkan empat orang di antaranya meninggal dunia. 

Sementara pada 2023 kasus DB di Kabupaten Bondowoso sebanyak 304 orang, dua orang dinyatakan meninggal dunia.

Menurutnya, untuk case fatality rate atau tingkat kefatalan di 2022 mencapai 1,73 persen. 

“Tapi untuk 2023 ini turun menjadi 0,6 persen. Jadi separuhnya," jelas dia. 

Menurutnya, demam berdarah adalah penyakit yang bisa menularkan kepada orang di sekelilingnya. 

Oleh karena itu kata dia, jika terdapat kasus DB di wilayahnya, maka akan dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE) masing-masing petugas Puskesmas.

"Jadi pasien bila dinyatakan positif menyerahkan Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS) kalau dia pernah dirawat," jelas dia. 

Selain itu, pasien harus menyerahkan hasil laboratorium sebanyak dua kali berturut-turut yang menunjukkan bahwa trombositnya di bawah 100.000, untuk kemudian dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE). 

"Jika wilayah itu positif maka akan dilanjutkan dengan fogging," paparnya. 

Mitigasi Bencana Hidrometeorologi

Pekan lalu, Pj.Bupati Bondowoso, Bambang Soekwanto  melaksanakan  karya bhakti di Desa Penambangan Kecamatan Curahdami. 

Kegiatan tersebut sebagai upaya mitigasi atau pencegahan bencana hidrometeorologi, khususnya penyebaran demam berdarah. Pertimbangannya, wilayah Bondowoso memasuki musim penghujan dengan intensitas yang tidak menentu.

Menurut Bambang Soekwanto, musim hujan dengan intensitas yang tidak menentu, justru rentan terjadi wabah demam berdarah, terutama di lingkungan yang kurang bersih.

Karenanya, kata dia, karya bhakti dilakukan untuk membersihkan saluran saluran irigasi, atau selokan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES