Kehamilan IVF Meminimalisir Potensi Kelahiran Bayi Down Syndrome

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Memiliki buah hati sehat merupakan dambaan setiap pasangan suami istri. Namun adakalanya mereka harus menghadapi situasi tak terduga ketika melihat bayi tumbuh dengan down syndrome atau keterbatasan lain (aneuploidi embrio).
Kejadian ini meningkat dipicu pertambahan usia ibu saat hamil. Meningkatnya usia ibu adalah faktor utama penurunan harapan kelahiran hidup per siklus.
Advertisement
Faktor lain selain usia wanita saat hamil, yaitu kualitas sel telur dan sperma serta riwayat kelainan genetik. Potensi bayi lahir down syndrome dengan usia ibu di atas 35 tahun bahkan meningkat tiga kali lipat jika dibandingkan wanita yang hamil di bawah usia 34 tahun.
Itu karena pengaruh kualitas sel telur dan sperma yang secara alamiah menurun seiring pertambahan usia seseorang. Penurunan itu memang tak terlihat secara tampilan fisik seseorang.
Berdasarkan catatan HFEA (Human Fertilisation & Embriology Authority), usia 35 tahun ke atas hingga lebih dari 45 tahun berpotensi mengalami aneuploidi embrio dari 20 persen sampai 80 persen. Sementara angka harapan hidup berkisar 5 persen sampai 20 persen saja. Sel DNA, sel telur dan sel sperma menentukan kondisi bayi saat lahir.
Salah satu langkah meminimalisir adalah dengan melakukan proses IVF atau bayi tabung.
"Banyak mitos beredar kalau melakukan bayi tabung, anaknya lebih bermasalah, justru tidak. Pada saat proses bayi tabung IVF tanpa PGT-A, kita melakukan seleksi telur, sperma dan embrio. Apalagi kalau ditambah PGT-A," terang dr. Benediktus Arifin, MPH, SpOG(K), FICS, salah satu dokter dari Morula IVF Surabaya dan National Hospital saat acara 26 Tahun Anniversary Morula IVF di Ciputra Hotel Surabaya, Senin (10/6/2024).
Ia memastikan 99,99 persen hasil pemeriksaan dapat memastikan apakah kondisi sel telur dan sperma berpotensi aneuploidi embrio maupun tidak jika berkembang nantinya, sehingga metode IVF dapat membantu meminimalisir kelahiran dengan kondisi down syndrome.
"Ini membantu sekali untuk mereka yang mungkin ingin menghindari bayi dengan down syndrome," terangnya.
Dokter Ben Arifin, sapaan akrabnya, mengatakan sampai saat ini sudah banyak pasangan memilih IVF untuk meminimalisir bayi dengan down syndrome.
"Mungkin bisa jadi tren tapi biaya memang masih harus dipertimbangkan ya, bukan berarti di atas usia 35 tahun harus bayi tabung," tandasnya.
Ia menganjurkan untuk usia pasangan suami istri di bawah 35 tahun, disarankan untuk tidak menunggu lebih dari 4 tahun ketika ingin program hamil. Sementara, untuk pasangan suami dan istri yang usianya di atas 35 tahun, jangan menunggu lebih dari 1 tahun.
Talkshow IVF saat acara 26 Tahun Anniversary Morula IVF di Ciputra Hotel Surabaya, Senin (10/6/2024).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
“Cukup 6 bulan saja menunggunya, tidak berhasil program kehamilan secara alami langsung cari penyebabnya apa,” paparnya.
Berdasarkan catatan dan pengamatan, sesuai cycle per tahun, lebih kurang 50 persen dari jumlah keseluruhan yang melakukan program IVF berusia di bawah 35 tahun. Dokter Ben Arifin mengungkapkan, saat ini, kesadaran terhadap IVF mulai meningkat. Hal itu dibuktikan dengan pasangan suami dan istri yang datang ke Morula IVF Surabaya semakin muda.
Sementara itu, Agustinus Tjahja Nugroho, selaku Chief Sales Operation Morula Indonesia, menuturkan, market IVF di Surabaya menunjukkan sentimen yang positif tiap tahunnya.
Dia berharap, Morula IVF Surabaya menjadi klinik bayi tabung (IVF) untuk wilayah jawa timur hingga Indonesia Timur yang dapat menjangkau captive market lebih banyak lagi dalam memberikan pelayanan kepada para pejuang dua garis menjalani program bayi tabung (IVF).
“Oleh karena itu, Morula IVF Surabaya berkomitmen dalam pelayanan berkualitas, inovasi teknologi terkini, dan memberikan harapan kepada pasangan yang mengalami kesulitan dalam fertilisasi alami,” ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |