
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pada Hari Anak Nasional (HAN) 2024 yang mengusung tema "Anak Terlindungi, Indonesia Maju", Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan komitmennya untuk melindungi anak-anak Indonesia melalui upaya pencegahan stunting dan perlindungan dari polio.
Juru Bicara Kemenkes, M. Syahrir, dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat (26/7/2024), menyatakan bahwa Kemenkes melakukan dua upaya strategis untuk memastikan setiap anak tumbuh dan berkembang dengan baik.
Advertisement
"Kami memastikan setiap anak tumbuh dan berkembang melalui intervensi pencegahan stunting dan perlindungan dari penyakit berbahaya seperti polio," ujar Syahrir.
Pencegahan Polio Melalui Imunisasi
Syahrir menjelaskan bahwa pemerintah memberikan imunisasi polio pada anak karena polio adalah penyakit yang sangat menular, yang menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kecacatan permanen bahkan kematian.
"Kecacatan akibat infeksi polio tidak dapat diobati, tetapi dapat dicegah melalui pemberian imunisasi," jelasnya.
Menurut penilaian risiko dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia masuk kategori berisiko tinggi polio dengan 32 provinsi dan 399 kabupaten/kota masuk kategori tersebut.
Sejak akhir 2022, kejadian luar biasa (KLB) polio tipe 2 dilaporkan di beberapa provinsi seperti Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Kasus polio tipe 1 juga ditemukan di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, yang kemudian dinyatakan sebagai KLB Polio.
Untuk memutus transmisi virus polio dan meningkatkan imunitas anak, Kemenkes melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio.
"Pada pelaksanaan PIN Polio tahap 1 maupun 2, kami menargetkan 95 persen sasaran menerima dua tetes manis imunisasi polio," imbuh Syahrir.
PIN Polio tahap dua dimulai pada 23 Juli 2024, bertepatan dengan HAN 2024, dengan target 16.420.460 anak di 27 provinsi.
Pencegahan Stunting
Selain polio, stunting masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. "Stunting mempengaruhi kondisi fisik anak serta perkembangan kognitif dan kinerja jangka panjang akibat perkembangan otak yang tidak optimal," ujar Syahrir.
Angka stunting nasional masih jauh dari target 14 persen pada 2024. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting nasional sebesar 21,5 persen, turun sekitar 0,8 persen dibanding tahun sebelumnya.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah melakukan dua intervensi: intervensi gizi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi gizi sensitif menyasar keluarga dan masyarakat terkait penyediaan air bersih dan peningkatan akses pangan.
Sedangkan intervensi gizi spesifik menyasar remaja putri, ibu hamil, bayi, dan balita dengan berbagai program seperti pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan, pemberian ASI eksklusif, pemantauan pertumbuhan balita di posyandu, dan pemberian makanan pendamping ASI kaya protein hewani. Serta menerapkan tata laksana balita bermasalah gizi dan imunisasi dasar lengkap. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |